Aldrich Ed Stanford | Chapter 9

149K 8.6K 162
                                    

"Dia.. cantik." Gunamnya pelan, setelah lama Mark terdiam mengatupkan mulutnya rapat rapat.

"Astaga! Aku tahu dia cantik. Dia wanita, Mark!" Georgi berdecak kesal dan memutar bola matanya jengah. Demi apapun, tidak tahukah Mark bahwa dirinya telah dilanda rasa penasaran tingkat berat? Dan lagi kapan dirinya mendengar curahan hati dari si duplikat Aldrich ini.

Georgi pernah berpikir mengapa Tn. John menempatkan Mark untuk berada paling dekat disisi Aldrich? selain William tentunya. Dan lambat laun pikirannya terjawab sudah, alasannya karena mereka sama sama berhati dingin, kaku dan tertutup.

Benar benar pasangan serasi! Rutuknya dalam hati.

Mark mengabaikan ucapan pria yang 2 tahun lebih tua darinya, "aku mengaguminya sebelum-" kalimatnya tiba tiba terhenti.

"Sebelum?" Sesosok pria dingin,terlebih dulu memotong ucapan Mark yang menurutnya membuang banyak waktu.

Pria itu Aldrich. Pria yang berada satu tingkat diatas rasa penasaran Georgi. Aldrich tidak menyadari bahwa pertanyaannya mengundang semua pasang mata yang menatapnya terkejut.

Tidak sadarkah Aldrich, sikapnya malam ini sedikit berbeda? Ya. Sedikit, ingat itu..

William menghela napas, "biarkan Mark menyelesaikan ucapannya dulu, Ed!" Ia menengahi situasi ini. Tubuh tegap Aldrich menegang sekilas, saat William tidak sengaja memanggil nama kecilnya. Namun, pengendalian dirinya selama ini cukup hebat dan kuat. Sehingga tidak ada yang menyadari sikap refleksnya tadi.

"Dia wanita cantik dan aku mengaguminya sebelum dia melarikan diri bersama pria lain dan membawa kabur sejumlah uang yang telah dicuri dari calon suaminya sendiri." Mark mengusap kasar wajahnya, "calon suaminya yang tidak lain sahabatku." Tambahnya. Mereka dapat melihat kilat kebencian dari sorot mata itu, dan tidak ada siapapun yang bertanya lebih lanjut.

"Ya Tuhan.. sepertinya aku akan mematenkan nama Ashley untuk diriku sendiri!" Pekiknya. Ashley menekuk wajahnya lucu, mengabaikan mereka yang tersenyum geli melihat tingkahnya.

Aldrich, pria itu memalingkan wajahnya kesamping dan menarik sudut bibirnya keatas. Seakan tersadar apa yang baru saja dilakukan, ia kembali memasang wajah dingin dan datarnya.

Ashley tiba tiba bangkit dari duduknya, ia berjalan pelan dan berdiri tepat dihadapan Aldrich yang tengah duduk disingle sofa. Dirinya yakin, tadi saat semua orang sibuk menertawakannya. Ia dapat melihat sekilas, pria itu sempat menyembunyikan seulas senyum kecilnya.

Namun saat dirinya telah mendekat, Ashley justru tidak menemukan jejak senyuman itu.

Apa tadi dirinya yang salah melihat?

Karena hanya sorot mata kosong dan pandangan yang terlihat menerawang jauh yang ada disana. Oh, kemanakah tatapan tajam penuh kewaspadaan itu? Entahlah. Bahkan pria itu seperti tidak menyadari keberadaannya.

Apa yang kau pikirkan?

Apa kehadiranku mengingatkan sesuatu?

Pikiran itu terus berputar diotak pintarnya. Banyak sekali yang ingin Ashley ketahui tentang pria bernama Aldrich itu. Pria yang terlihat menyimpan seribu kisah misteri dan kekosongan yang tersimpan dalam hati yang kelam.

Hati kelam akan sulit ditembus. Namun, jangan panggil dirinya Ashley jika ia tidak dapat menembus dan memberi seberkas cahaya untuk orang yang telah menarik hatinya.

Benar, sejak awal hatinya memang sudah tertarik oleh sang pemilik manik abu gelap itu, sampai ia nekat membuang harga dirinya jauh jauh.

Lalu apa yang akan didapatkannya jika ia telah mampu menembus hati pria itu?

Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang