Aldrich Ed Stanford | Chapter 24

133K 7.1K 90
                                    

Matahari semakin meninggi, sinarnya masuk melalui sela-sela ventilasi serta jendela besar yang kurang rapat tertutup tirai. Namun keadaan tersebut rupanya tidak mempengaruhi sosok yang masih bergelung dalam selimutnya, sampai bunyi dan getaran tidak berujung akhirnya membuat sosok itu terbangun secara paksa.

Ashley mengerang kesal merasa waktu tidurnya masih kurang dan sekarang terganggu oleh bunyi nyaring dari benda di balik bantalnya. Mata yang tadinya setengah terpejam itu membelalak sempurna melihat nama serta jumlah panggilan tak terjawab yang tertera di layar ponselnya. Tidak ingin membuat si penelepon semakin mengamuk dengan segera ia mengangkat panggilan itu setelah bunyi nada dering kedua.

"Kenapa baru sekarang kau mengangkat telponku, Ashley?! Apa kau sudah bosan berada di sana??" Ashley sampai harus menjauhkan ponsel itu agar tidak merusak gendang telinganya.

"Maafkan aku, Kevin. Aku baru bangun setelah mendengar bunyi telepon yang kesekian kalinya." ia menatap sekeliling kamarnya, "jam berapa ini?" gumamnya, masih terdengar oleh Kevin diseberang sana.

"Pukul 2 siang."

Ashley menghela napas pelan, "maksudku disini bukan disana." ia melihat kearah jam dinding yang ada di depannya menunjukkan pukul 9 pagi.

"Astaga! Ini sudah siang. Bagaimana bisa aku-" pekiknya langsung terpotong oleh pria itu.

"Kau memang terlambat bangun dan melupakan sarapanmu, princess. Sekarang bersihkan dirimu setelah itu minta makan padanya. Jika dia tidak memberimu makanan berikan ponselmu padanya biar aku yang bicara! Kupikir tidak ada salahnya berkenalan." Suara Kevin tidak terdengar bercanda. Pria itu benar-benar serius akan perkataannya.

Ashley membulatkan matanya. Tidak bisa. Ia tidak akan membiarkan itu terjadi sebelum Aldrich menerima dengan baik dirinya. Bagaimana jika Kevin sampai tahu bahwa Aldrich belum bisa menerimanya atau lebih parahnya menunjukkan rasa tidak sukanya pada Kevin? Jangan sampai!

Komponen mereka bagaikan air dengan minyak. Jadi dapat di banyangkan interaksi di antara mereka nantinya. Kevin dengan sifat keras kepalanya dan Aldrich yang dingin dan arrogant. Jelas itu bukan perpaduan yang baik bagi keduanya.

Ashley sudah berlarian kesana kemari seperti kesetanan kemudian masuk ke kamar mandi, melaksanakan perintah Kevin sesaat setelah pria itu menyelesaikan ucapannya.

"15 menit," pintanya dengan napas terengah-engah. "Beri aku waktu 15 menit untuk membersihkan diri setelah itu kau bebas menghubungiku lagi untuk bicara denganku bukan dengannya, my prince. Setuju?" ia tidak dapat melihat Kevin yang tengah mengulum senyum di seberang sana.

"Sebesar itukah ketakutanmu, princess? Aku akan menghubungimu lagi nanti. Tidak ada alasan untuk tidak mengangkat panggilanku. Ini hari minggu dan aku bebas berbicara sepuasnya denganmu!"

Tut!

Ashley meringis mendengarnya. Hari minggu adalah hari yang panjang begitupun dengan Kevin yang akan lama mengajaknya bicara ditelepon. Sebenarnya dirinya tidak masalah dengan itu tapi sekarang ia bukan lagi tinggal di apartemennya melainkan di kediaman orang lain. Dan Kevin tentu tahu hal itu.

"Jika itu keputusanmu, aku bisa apa disini? Tapi ingat! Jaga dirimu baik-baik, jangan mudah terperdaya oleh rayuan pria dan laporkan padaku jika pasienmu itu bertindak macam-macam kepadamu. Hati pria siapa yang tahu? Walaupun kau bilang dia mirip denganku bukan berarti kau memperlakukannya sama persis sepertiku. Ingat! Aku istimewa untukmu sedangkan dia tidak."

"Terimakasih banyak, Kevin! Al- maksudku pria yang tidak boleh kusebut namanya itu, dia pria baik, terhormat dan menjunjung tinggi nama baiknya jadi tidak mungkin dia berani macam-macam."

Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang