Aldrich Ed Stanford | Chapter 13

130K 7.2K 71
                                    

Ashley berada didepan gedung pencakar langit yang begitu mengintimidasi. Stanford Group, perusahaan perhotelan terbesar di Amerika yang setidaknya telah mendirikan 10 hotel standar internasional bintang 5. Bagunan gedung didominasi dengan warna putih dan abu abu sehingga menciptakan kesan elegant dan mewah.

Aldrich Ed Stanford, pria pemilik perusahaan itu harus bosan mendengar segala pujian dari semua orang termasuk dirinya. Bagaimana tidak? Pria itu tidak hanya menikmati warisan yang diberikan orang tuanya saja. Justru pria itu mengembangkan Stanford Group menjadi lebih besar daripada sebelumnya diusia yang terbilang muda, 28 tahun. Dan jangan lupakan, wajah rupawannya yang menjadi paket lengkap kehidupan sang billionaire muda itu. Tuhan benar benar telah mengutuk pria itu dengan kesempurnaan.

Cukup lama Ashley mengamati bangunan gedung itu. Sekarang saatnya ia keluar dari mobil lalu masuk kedalam untuk bertemu atau lebih tepatnya menyampaikan sesuatu yang akan membuat pria itu terkejut, lebih parahnya menganggap dirinya gila. Itupun jika pria itu mampu mengekspersikan dirinya, cibirnya.

Mengajukan kesepakatan dengan orang asing yang baru dikenal semalam. Tentu saja siapa yang tidak akan menganggap dirinya gila? Tapi sebelum ia melakukan kegilaan itu. Ashley harus mengucapkan terimakasih kepada temannya yang sudah menarik hati pria gemas itu, Sam.

"Oh.. hai, baby! Terimakasih untukmu. Aku janji akan mencuci dan merawat dirimu lebih baik lagi. Dengan begitu, kau boleh menyombongkan dirimu pada mobil lainnya.. seperti biasa yang kau lakukan. Benar bukan?!"

Tinn.. tinn..

Ashley membunyikan klakson mobilnya, tanda persetujuan dari Maximus. Jangan aneh melihat tingkahnya, percayalah ia sering melakukan interaksi semacam itu. Karena Ashley begitu menghargai semua barang yang ia miliki. Dan terkadang ia sedikit terlalu..

Dengan semangat, Ashley meloncat dari mobil. Setelah sebelumnya ia mengambil paperbag ukuran sedang yang berisikan hasil masakannya sendiri. Dan sebentar lagi ia akan memberikannya kepada pria tampan pemilik gedung tinggi itu.

Ashley sudah berada di lobby. Matanya tidak bisa untuk tidak mengamati pergerakan karyawan yang berlalu lalang dengan mengenakan pakaian rapi. Sesekali mereka terlihat bertegur sapa dengan rekan kerjanya lalu keluar untuk makan siang, mungkin. Namun, bukan itu yang membuat dahinya berkerut dan menghela napas panjang seperti saat ini yang ia lakukan. Ternyata dari pengamatannya, Ashley menyimpulkan bahwa 70% perusahaan ini mempekerjakan karyawan pria dan sisanya wanita. Itu cukup membuktikan, Aldrich benar benar membatasi dirinya dari kaum hawa.

Sungguh sesuatu kau, Aldrich..

Apa pria itu mempekerjakan seorang pria sebagai petugas layanan hotelnya juga? Menggelikan, ketika pikirannya melayang pada seorang pria yang mengantar handuk baru, membereskan ranjang hotel atau membersihkan kamar. Hell, itu tugas seorang wanita!

Ashley menghampiri meja resepsionist yang berada tidak jauh dari tempatnya.

"Selamat siang, miss. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa ramah dari seorang resepsionist bernama Andreas Anderson, nama yang tercantum di nametag-nya.

Ashley tersenyum tipis, "selamat siang kembali untukmu. Namaku Ashley Alison. Aku ingin bertemu Tn. Aldrich. Apa dia ada ditempat?" Tanyanya penuh harap. Bagaimana pun ini waktu makan siang dan pria itu bisa saja pergi keluar.

Resepsionist itu mengangguk sopan, "ya.. Mr. Stanford ada diruangannya, miss. Apa anda sudah membuat janji sebelumnya?" Gerak geriknya terlihat salah tingkah melihat binar senang dimanik biru Ashley. Sangat sulit mengabaikan gadis cantik bukan?

Ashley menggaruk tekuknya yang tidak gatal,"ya. Mm.. tidak. Tapi Tn. Aldrich memberikan ini padaku," Bohong sekali kau, Ashley! Mana mungkin pria itu mau memberimu kartu nama dan kartu akses untuk naik ke gedungnya. Ia menyodorkan 2 kartu yang telah setia digenggamnya.

Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang