Menjelang pagi. Suasana dapur di kediaman Stanford dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang tengah asyik menggantikan tugasnya. Untuk pertama kalinya, tidak ada seorang pria yang biasa berkutat dengan masakannya karena semua itu telah tergantikan oleh gadis cantik dengan apron merah yang melekat pas ditubuhnya. Surai hitamnya ia gelung tinggi tinggi, menyisakan beberapa helai rambut yang jatuh ditekuknya membuat penampilan itu terlihat natural dan manis.
Pemandangan indah yang terasa pas diawal harinya, begitu pikir Georgi. Pria yang sudah lama duduk dibalik meja pantry dengan menopang kedua tangannya didagu. Ia sama sekali tidak keberatan jika dapurnya dipakai oleh gadis itu, justru ia sangat antusias menunggu hasil masakan yang dibuat dari tangan mungil nan lincah itu.
"Kurasa ini masih terlalu pagi untuk menyiapkan sarapan." Ashley terlonjak kaget, ia melirik sekilas kearah Georgi yang tersenyum jahil kearahnya. "Kau mengejutkanku!" serunya lalu kembali sibuk dengan masakannya.
Georgi berjalan menghampirinya, "maafkan aku.. " sesalnya berbeda sekali dengan ekspresi diwajahnya saat ini dan Ashley tidak mempermasalahkan itu.
"Tapi tidakkah ini terlalu pagi? Kau hampir selesai sebelum pukul 6," tanyanya heran.
"Kau melupakan sesuatu. Seseorang akan berangkat pagi sekali jika kita tidak segera menyiapkan semua ini untuk mencegahnya." Ashley mengedipkan sebelah matanya seakan mengatakan 'kau tahu siapa yang kubicarakan' dan Georgi mengangguk mengiyakan.
Tanpa diminta, Georgi membantu dirinya menyelesaikan semua hidangan yang belum tertata rapi. Ia pun membiarkan pria itu mengambil alih tugasnya untuk memberikan sentuhan akhir pada hidangan yang terlihat menggiyurkan itu. Ashley lebih memilih mundur dan meninggalkan Georgi dengan segala keahliannya.
Aldrich mengerang dalam tidurnya. Ia merasakan benda lembut dan basah menjilati sekitar area lehernya. Semakin lama jilatan itu kian menjadi hingga mau tidak mau ia membuka mata untuk melihat siapa gerangan yang membangunkan tidurnya dengan cara yang cukup ekstrem itu.
Aldrich memicingkan matanya, "bagaimana kau bisa masuk, hm?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur. Pria itu secara tidak sadar telah mengikuti Ashley berkomunikasi dengan peliharaannya.
Guk!
Tory, si bola berbulu itu menghentikan aksinya yang siap mengendus dan menjilati leher Aldrich jikalau pria itu belum juga terbangun. Ekornya begerak lincah kekanan dan kekiri seolah puas dengan usahanya yang telah membangunkan pria tampan itu.
Aldrich mengusap lembut bulu Tory sebelum membawa tubuh bulat itu ke pangkuannya tanpa menghentikan usapan dari tangannya. Tory menatapnya berbinar, membuat dirinya terpaku melihat sepasang mata yang sama persis dengan pemiliknya, sepintas ia mengagumi bola biru bening itu. Sedangkan anjing betina itu terlihat nyaman dengan usapan tangan Aldrich yang semakin lama kian melembut dan semakin bahagia ketika pria itu tiba tiba memeluknya erat.
Ketukan pintu membuat Aldrich tersadar dengan apa yang dilakukannya, ia sedikit meregangkan pelukan itu dan langsung dihadiahi tatapan tajam dari Tory. Tidak ingin mengetahui arti dari tatapan itu, ia mengijinkan seseorang dibalik pintu kamarnya untuk masuk.
"Kau! Apa yang kau lakukan disini?" ia bergeming diposisi yang sangat menguntungkan wanita manapun.
Ashley berdiri kaku ditengah luasnya kamar Aldrich. Matanya melirik ke segala arah asalkan tidak menatap pria yang berada diatas ranjang itu dengan pose yang mampu membuat jantung meloncat dari katupnya. Semua tidak semudah yang dipikirkan begitu ia memutuskan untuk membangunkan pria itu dan mengajaknya sarapan bersama.
Ashley berdehem membersihkan tenggorokannya yang tiba tiba kering, "kami menunggu dimeja makan, tuan. Sarapan sudah siap sebelum kau pergi." ia mempertahankan suaranya agar tidak bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)
RomanceALDRICH ED STANFORD, sosok pria dengan kepribadian introvert (tertutup), pengalaman masa lalu menjadikan emosinya bagai buku yang tertutup rapat. Suatu ketika Aldrich bertemu dengan Ashley, seorang gadis berjiwa bebas yang mencintai hidup dengan mem...