Aldrich Ed Stanford | Chapter 48

116K 6.8K 328
                                    

Ashley menarik tangan Aldrich, panik melihat tatapan terluka pria itu. Semua karena dirinya tidak melihat nama yang tertera di layar ponsel sebelum menerima panggilan tersebut di depan Aldrich.

Setelah ini apa? Tanya Ashley kepada dirinya sendiri.

"Kapan kau pulang, hmm? Kau pikir bisa meninggalkan semua mata kuliahmu begitu saja. Dimana tanggung jawabmu?" suara Kevin di sebrang sana bisa terdengar oleh Aldrich karena dirinya tak punya pilihan lain,  selain mengeraskan suara panggilan tersebut.

Ashley bangkit berdiri, menghela Aldrich untuk kembali duduk di sampingnya. Beruntung pria itu mau kalau tidak ia mungkin lebih memilih menutup sambungan daripada membiarkan Aldrich berpikir yang lain-lain. Apalagi sampai menyakiti hatinya.

"Kevin.. Mungkin aku akan mengulang semesterku—" kalimatnya harus terputus karena Kevin sudah lebih dulu membentaknya.

"Apa?! Menurutmu hanya itu alasanku menyuruhmu pulang?!" Kevin berteriak di telpon tanpa tahu kalau dirinya sedang bersama seseorang disini.

Ashley bisa melihat rahang Aldrich mengeras, bibir yang membentuk garis tipis serta tangan yang tiba-tiba mengepal kuat seakan ingin menghancurkan sesuatu. Oh.. Tidak. Sekarang ia menyesali keputusannya dengan membiarkan pria itu mendengar amarah Kevin. Dirinya lebih takut melihat Aldrich marah daripada Kevin yang berteriak-teriak diujung sana atas keputusan sepihaknya.

"Ah.. Aku tahu, pria sialan itu yang membuatmu berubah pikiran. Dia sudah mencuci otakmu, Ashley. Sedari awal aku tidak setuju kau tinggal bersama orang asing. Sekarang lihat, dia menuntut agar kau membalas perasaannya dan melupakan kehidupan nyatamu disini." ucap Kevin sinis.

Kata-kata itu semakin menyulut amarah Aldrich. Beruntung Ashley membaca gerakan pria itu yang akan merebut ponsel darinya. Ia segera beranjak menuju sisi sofa yang tak jauh dari sana.

Aldrich menggeram marah, berani sekali pria sialan itu menjelek-jelekkan dirinya. Ia bukan pria seperti itu, Aldrich tulus menerima Ashley untuk tinggal di mansionnya. Bahkan dirinya tidak pernah memakai uang sewa bulanan yang Ashley berikan, sampai sekarang uang itu masih ada dan siap ia lemparkan ke wajah pria itu.

"Berikan padaku, biarkan aku yang bicara padanya.. " Aldrich berjalan menuju tempat Ashley berdiri.

"Kau sedang bersamanya?" pertanyaan itu membuat Ashley menegang seketika, "jawab, aku!" teriak Kevin lagi.

"Ya! Dia bersamaku. Di dalam kamarku!" kali ini gerakan Aldrich yang merebut ponselnya, tidak terbaca sama sekali. Dalam sekejap pria itu bisa sangat cepat melesat kearahnya.

"Sialan! Jangan berani menyentuhnya!" Kevin mungkin sedang murka disana, beruntung Ashley tidak melihatnya. Namun, keberuntungan itu lenyap setelah Aldrich membalas perkataan Kevin.

"Aku sudah menyentuhnya, dia begitu hangat dipelukanku—" kalimat Aldrich harus terputus karena Ashley tiba-tiba menerjang pria itu untuk merebut kembali ponselnya.

"Tidak, Kevin. Itu tidak seperti yang kau bayangkan!" pekiknya.

Aldrich tidak bisa menyembunyikan suasana hatinya yang dibanjiri rasa takut dan khawatir. Bisa saja, Kevin kembali membuat Ashley berubah pikiran dan meninggalkan dirinya. Aldrich menghela napas berat, pria bernama Kevin itu berhasil membuat dirinya sadar akan posisinya yang tidak menempati hati gadis itu.

Perdebatan Ashley dan Kevin sudah tak di dengarkan Aldrich lagi. Pria itu lebih memilih membaringkan tubuhnya di ranjang, sadar kalau kondisinya memang belum pulih. Dan lagi, dirinya tak sanggup mendengar kenyataan yang lebih buruk dari masa lalu orang tuanya. Sudah cukup untuk hari ini, hati dan pikirannya lelah. Aldrich menyerah untuk tidur, mengistirahatkan dirinya dari dunia nyata.

Aldrich Ed Stanford (Tersedia di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang