Radhika membawa rasha masuk kedalam kamarnya terlihat sekali wajah rasha sedang menahan rasa perih akibat pecahan kaca..
"sss auhh" lagi dan lagi rasha meringis radhika terus saja meniup niup jari rasha yang masih berlumuran darah
"sebentar ya sayang mama mau ambil kotak p3k dulu dibawah ,rasha tunggu sini ya jangan kemana mana" pamit radhika iya bergegas keluar dari kamar
Selang 5 menit radhika masuk kembali kekamar dimana rasha berada tak lupa ada kotak p3k ditangan kananya..
Saat radhika sedang membuka kotak p3k tiba tiba terdengar suara anak kecil seumuran rasha memnaggil nama radhika,
Radhika menoleh kesumber suara disana sudah ada misha yang berdiri diambang pintu dengan rambut yang acak acakan serta mata yang sembab akibat tangisanya semalaman radhika yang kaget melihat misha langsung menghampirinya, iya berlutut mensejajarkan tingginya dengan misha
"sayang kok kamu kaya gini" radhika merapihkan rambut misha tanpa diduga misha langsung memluk tubuh radhika dengan erat tidak ada sepatah katapun yang keuar dari mulut misha namun sedetik keudian bibirnya mengeluarkan suara sesenggukan yang artinya dia menganis lagi untuk kesekian kalinya..
Secara naluriah radhika mengusap punggung misha untuk menenangkanya,dan ya usaha radhika berhasil buktinya saja misha langsung berhenti menangis..
Memang sejak kecil misha lebih manja dari rasha dan radhika selalu memenuhi apapun yang misha minta sejak itulah misha menjadi anak yang sangat sangat manja tapibmisha hanya manja kepada radhika kalo kepada shakti dia tidak berani karena shakti lebih memperhatikan rasha..
Pernah dulu waktu usia mereka 3 tahun rasha dan misha saling berebut boneka panda al hasil boneka itu rusak yang membuat misha menangis tapi tidak untuk rasha dia menangis karna radhika memperingatinya shakti yang tidak bisa menerima perlakuan radhika ikut turun tangan ,sehingga bukan hanya rasha dan misha saja yang bertangkar kedua orang tuanya pun ikut bertengkar radhika menggendong misha lalu memasuki kamarnya sedangkan shakti menggendong rasha masuk kedalam kamar rasha..
"udah udah mama disini kamu jangan nangis lagi ya" radhika menangkup kedua pipi misha
Misha menarik tangan radhika untuk mengikutinya ,,mereka berdua pergi maninggalkan rasha ..
Seakan lupa dengan rasha radhika tidak menoleh sedikitpun kebelakang,, mata rasha sudah memerah sejak tadi bukan karna darah yang keluar dari jarinya tapi karna ada alasan lain..
"bibi saya tinggal keatas dulu ya mau lihat rasha tadi dia kena pecahan kaca" ucap shakti setelah mengumpulkan pecahan pecahan kaca
Ya,memang tadi shakti menyuruh bibi untuk meminta bantuan tapi kata bibi salah satu art yang bekerja dirumahnya meminta ijin sehari karena anaknya sedang sakit mau tidak mau shakti membantu bibi karna iya kasihan kalo bibi harus membereskan semuanya sendirian..
Berhubung usia bibi hampir sama dengan mamanya iya tidak tega iya sudah menganggap bibi sebagai orang tuanya.."iya tuan,terimakasih ya tuan sudah bantu bibi pekerjaan bibi jadi cepat selesai" ucap sang art
"iya bi,ya udah saya tinggal ya" shakti melangkahkan kaki jenjangnya menaiki satu persatu anak tangga
"tuan shakti baik sekali, selalu beri kebahagian kepada keluarga ini ya tuhan" ucap art melihat kepergian shakti sambil tersenyum
"sayang" shakti berjalan sedikit cepat melihat darah yang berceceran dilantai ,darah siapa lagibkalau bukan darah yang menetes dari jari rasha
"sini sini papa obatin,ini pasti sakit banget ya kan, kenapa kanu tidak minta bantuan mama nak hmm" perlahan shakti mengoleskan obat yang berwarna sama seperti darah di kapas kemudian iya oleskan secara pelan kepada telunjuk rasha
"aww sakit pah" keluh rasha wajahnya meringis menandakan iya sedang menahan sakit
"bukanya tadi kamu kekamar sama mama ya sekarang mama dimana" tanya shakti namun rasha tidak segera menjawabnya
"sama ka misha" ucap rasha lirih, shakti mendongakan kepalanya melihat wajah rasha setelah iya selesai membalut luka rasha
Shakti bangun dan segera duduk disamping rasha karena sejak tadi shakti berlutut dilantai
"mungkin mama lagi nenangin ka misha,kamu sama papa aja ya" shakti membawa rasha dalam pelukanya
"pah bibi neha kemarin nawarin aku buat ikut ke roma katany.."
"ngga boleh rasha ngga boleh pergi dari rumah apalagi ke roma itu jauh sayang" shakti memotong perkataan rasha sebelum dia menyelesaikanya
"kamu mau bikin mama sedih, kamu taubkan kalau mama itu sedang mengandung dan itu artinya tidak boleh stress kalo rasha pergi pasti mama bakal sedih" shakti terus memberikan pengertian kepada anak kesayanganya walaupun kini pikiranya sudah panas mendengar perkataan rasha
"bibi neha bilang kalo mama bakal lebih sedih kalo ka misha yang pergi, kalo rasha ngga mau ikut bibi neha dia akan bawa ka misha pergi sebagai gantinya karna kata bibi neha dia masih punya hak atas ka misha,pa rasha tau kalo ka misha bukan anak kandung papa dan mama jadi bibi neha berhak membawa ka misha, bibi neha punya surat hak asuh dan bibi neha siap merebut ka misha melalui surat itu pa" kata demi kata yang keluar dari mulut rasha membuat shakti terpaku, bagaimana rasha tau kalau misha bukan anak kandungnya
"dan sekarang rasha percaya omongan bibi neha" shakti melepaskan pelukanya kemudian shakti memandangi wajah rasha
"percaya, percaya apa sayang?" tanya shakti
Rasha mengambil nafas dalam dalam sebelum menjawab pertanyaan shakti
"percaya kalau mama satu tingkat lebih sayang ka misha dibanding aku" rasha memejamkan matanya
"ngga sayang itu ngga bener mama sayang sama ka misha sama seperti sayang sama kamu nak" shakti kembali memeluk tubuh anaknya
"papa cuma buat aku seneng kan tapi rasha udah besar pa rasha tau perbedaanya, kalo mama lebih sayang sama ka misha" rasha melepaskan pelukan dari shakti
"rasha akan ikut bibi neha" ucap rasha mantap
"NGGA!! papa ngga ijinin" shakti berdiri mencoba menahan emosinya
"pa rasha cuma sebentar kok setelah rasha dapat tanda tangan pengalihan hak asuh ka misha dari tangan bibi neha ke mama dan papa rasha akan kembali,papa akan bantu rasha kan" rasha menarik tangan ayahnya
"tapi ini menjadi rahasia kita berdua dan mama ngga boleh tau apalagi ka misha,ya pah aku janji aku akan secepatnya kembali" rasha terus saja membujuk papanya
"tapi nanti mama bakal sedih" shakti kembali duduk
"itu akan jadi tugas papa sama ka misha tapi papa harus janji setiap minggu papa harus mengirim foto papa sama mama kalau rasha sudah berada di roma" rasha memberikan senyumnya
"sayang papa bamgga sama kamu,kamu sudah berpikir seperti orang dewasa papa sayang sama kamu" shakti menggendong rasha
"mama juga sayang sama kamu" shakti membalikan tubuhnya iya melihat istrinya sedang berjalan kearahnya
"kok pada nangis?" tanya radhika kemudian iya melingkarkan tanganya dipingginga shakti serta menyenderkan kepalanya dibahi kanan sang suami
"nangis bahagia ma, karna sebentar lagi ka misha akan menjadi milik mama seutuhnya" tambah rasha dalam hati
Radhika hanya tersenyum kearah rasha..
"mama bahkan ngga pernah tau, bahwa ada yang sedang mengesampingkan egonya demi menukar kebahgiaan mama dengan lukanya"
"yaitu aku mah rasha, anak kandung mama" ucap rasha dalam hati
*****
TbcOmg mendekati konflik..
Ayo dong vote and comment nya tak tunggu loh hihiHappy reading guys

KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
FanfictionAir mata tidak akan berhenti menetes untuk mengingat orang yang membuat kita selalu tersenyum, tapi dengan berjalanya waktu air mata itu akan berkurang dengan hadirnya sosok yang sama pada orang yang berbeda..