"Pagi, gue Dea." dengan datarnya siswi baru tersebut memperkenalkan dirinya saat MOS di sekolah SMA tempat ia akan menuntut ilmu.
"Emm...asal sekolahnya darimana, dek?"
"SMP Garuda." masih dengan muka datarnya.
Dan sepertinya kakak osis itu sudah kehabisan kata-kata. Dea sempat mendengar kalau orang-orang didalam kelas itu mengatainya. Ada yang bilang, dingin banget tuh cewek. Ada juga yang bilang, sombong banget jadi cewek. Tapi Dea tidak perduli.
"Yaudah, Dea, sekarang kamu duduk disana ya!" kakak osis itu menunjuk bangku dengan seorang gadis berambut kuncir kuda dan memakai kacamata tengah menatapnya takut-takut. Yup! Dia Nerd.
Dea berjalan perlahan kearah bangku yang ditunjuk tadi, dengan langkah yang cuek cuek aja.
"E-em...salam kenal. A-aku Syila." gadis bernama Syila itu mengajukan tangannya, berharap dapat bersalaman dengan Dea. Tapi yang didapatkannya nihil.
"O-oke." Syila kembali menarik tangannya lagi.
***
"De-Dea! Mau kemana?" Syila tengah berlari sambil membawa buku kecilnya menuju kearah Dea yang tengah berjalan tanpa memandang kearahnya.
"Em...De?" Syila memberanikan diri memanggil Dea.
"Hm." hanya gumaman yang dapat Syila dengar. Tapi itu sudah membuatnya gembira. Karena ini kali pertama Dea menjawab panggilannya.
"Mau ke kantin, ya?"
"Hm."
"A-aku ikut, ya?" Dea menoleh kearah Syila dengan muka datarnya, dan Syila hanya bisa tersenyum kikuk.
"Serah lo."
***
Mereka berdua tengah makan dalam diam. Dea yang sudah dari sananya diem, dan Syila yang tidak tau harus bilang apa lagi. Karena rasa-rasanya topik pembicaraannya sudah habis.
"Woy! Ada adek kelas cantik nih! Bagi nomer handphonenya dong!" tiba-tiba segerombolan anak cowok, dan bisa diperkirakan mereka semua kakak kelas, tengah duduk disampingnya Dea. Dan tetap, Dea menghiraukannya.
"Sombong banget nih cewek!"
Dea tetap diam. Masih dengan makanannya. Sedangkan Syila yang mulai takut-takut.
"Wahh!! Nantangin gue nih, Bro!" diiringi teman-teman yang lainnya tengah tertawa keras. Karena 'ketua' gengnya tadi tidak dapat tanggapan dari Dea.
"Maaf, bisa diem ga?" Tiba-tiba Dea mengucapkan kalimat itu masih dengan nada dinginnya. Disertai Syila yang menepuk dahinya sendiri.
"Apa?! Bilang apa lo tadi?"
"Ma-maaf Kak, temen aku tadi ga bilang apa-apa kok. Hehe..." potong Syila.
"Gue bilang bisa diem ga?" tapi Dea tetep keukeh dengan ucapannya. Dan kembali Syila yang menepuk dahinya sendiri.
"Wahh ngajak ribut nih cewek!" tiba-tiba kakak kelas tadi mengepalkan tangan kanannya, berniat untuk memukul Dea. Dan seketika Syila menutup matanya dengan kedua tangannya.
Tidak terdengar apapun? Dengan perlahan Syila membuka matanya dan disana Dea tengah mengunci tangan kakak kelas tadi.
"W-woy! Lepasin ga?"
Dea tetap setia memegang tangan kakak kelasnya tadi.
"Ck! Kenapa kalian diem aja sih?! Cepat bantuin gue!!"
"Kalau kalian maju selangkah aja, tangan ketua kalian ini akan gue patahin." ancamnya dingin dan menusuk. Seketika kakak kelas yang lainnya tadi mengurungkan niat mereka.
"Ck! Lepas ga?"
Dea melepaskan tangan cowok tadi dengan sekali hentakan. Dan meninggalkan luka memerah disana.
"Gu-gue masih ada urusan ya sama lo! Awas aja lo!" lalu mereka semua cabut dengan tergesa-gesa.
Dea hanya menatap kepergian mereka dengan wajah datarnya, seakan tidak peduli dengan ancaman tadi.
"De, kamu ga papa?" Syila dengan cepat menyentuh tangan Dea. Tetapi seketika tangannya dihempaskan.
"Gue ga papa. Dan lo ga usah sok peduli sama gue." Dea berjalan meninggalkan Syila yang tengah menatap kepergiannya.
Aku yakin, kamu ga sedingin ini orangnya.
--------------***------------
KAMU SEDANG MEMBACA
DE
Teen Fiction"Cinta? Huh! Rasanya mustahil sekali bagiku. Sesuatu yang ga berguna, yang membunuhku perlahan. Memikirkannya saja aku tidak pernah, bahkan aku tidak ingin memikirkannya." Dea, siswi cantik yang duduk di bangku SMA itu sudah merasakan pukulan dunia...