Part 17. Ketemu

533 21 0
                                    

Tante Sinta berjalan menuju pintu depan. Saat akan memegang gagang pintu, Dea keburu lari kearah Tante Sinta dan berteriak.

"Tante! Tunggu bentar." Dea terengah-engah.

"Kenapa sih pake lari-lari segala? Ada apa?" Tante Sinta menatap heran pada gadis yang tengah cengengesan ga jelas itu.

"Fila mau ketoilet bentar."

"Kalo mau ke toilet ya tinggal ke toilet lah, udah tau kan tempatnya?"

Dea mengangguk cepat.

"Eh Tante!" teriak Dea ketika Tante Sinta hendak memegang gagang pintunya.

Tante Sinta menghembuskan napas lelah.

"Ada apa lagi sih, La?"

Ting ting!

"Tuh! Orangnya udah nunggu daritadi. Kasihan." saat Tante Sinta akan memgang gagang pintunya kembali, Dea cepat-cepat lari kebelakang. Sejenak Tante Sinta yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala.

Cklek

"Oh, Dean. Baru pulang? Ayo makan dulu!" Dean mengabaikannya dan lebih memilih jalan. Tante Sinta mengikutinya dari belakang.

Banyak banget makanannya?

Tante Sinta yang seakan mengerti isi hatinya Dean seketika menjawab.

"Lagi ada tamu. Jadi Mama masak banyak."

"Ga nanya." Dean berjalan kedepan. Tepatnya menuju kamarnya. Meninggalkan Tante Sinta yang tengah tersenyum getir.

              ***

Dea terus berlari. Menjauh dari rumah keduanya itu. Sesekali dia menengok kebelakang, takut-takut kalo Tante Sinta mencarinya.

Dirasa cukup tau, Dea berhenti sejenak dan tengah terengah-engah.

"Hah! Capek! Lari mulu dari kemaren. Udah nih perut masih belum kenyang lagi."

Ting

Terdengar suara chat. Dan Dea membukanya dengan malas.

"Kamu dimana? Katanya ke toilet. Tapi Tante cari-cari ga ketemu."

Dea tertawa sejenak.

"Maaf Tante, tadi Fila ada urusan bentar. Mendadak. Jadi maaf kalo Fila udah berlaku ga sopan sama Tante. Main pergi aja tanpa pamit."

10 detik kemudian suara chat masuk berbunyi.

Dengan langkah cepat Dea membuka isi chatnya. Dia kira dari Tante Sinta. Ternyata enggak.

"De, kamu kerja ga hari ini? Udah dua hari kamu ga masuk."

Dea masih setia memandang chat tersebut.

Gue kerja apa ga ya hari ini? Tapi badan gue rasanya pegel semua. Tapi kalo ga kerja ya juga ga dapat uang.

Dea menimang-nimang sejenak.

"Iya, gue kerja hari ini."

              ***

"Selamat sore, mau cari apa?"

"Iya, sebelah sana!"

"Terimakasih sudah mau datang, kapan-kapan datang lagi ya!"

Dengan lemas Dea memberikan jasa pelayanannya kepada pelanggan-pelanggannya. Dan untungnya hari ini ga seramai biasanya.

"De, elo sakit? Ga usah kerja kali. Istirahat gih!" ucap teman satu kerjanya, yang melihat Dea seperti tidak biasanya.

"Gue ga papa." Dea tetap melayani pelanggannya.

"Tapi elo pucet kali, De." ternyata temen satu kerjanya tadi masih khawatir.

"Gue ga papa. Dan gue mau, elo ga usah urusin gue. Urusin urusan elo aja. Ga usah ikut campur." dengan tatapannya tajamnya, Dea mengucapkan itu.

Temannya itu hanya menghela napas lelah. Karena dia sudah terbiasa dengan sikap Dea yang seperti itu. Lalu dia meninggalkan Dea yang melayani pelanggannya sendirian.

Ckring

"Selamat datang, mau cari--."

Ucapan Dea terhenti karena melihat seorang gadis yang baru saja masuk ke supermarket.

"De-Dea? Kamu masih kerja disini?" Syila berjalan sedikit berlari kearah kasir.

"Darimana elo tau gue kerja disini?" Dea memicingkan matanya. Berasa heran, kenapa Syila bisa tau kalo dirinya kerja disini?

Seketika Syila membulatkan matanya, dia kelepasan.

"K-kan aku care sama kamu. Peduli sama kamu. Jelas aku tau lah."

"Just bullshit." masih dengan tatapan datarnya.

Syila memperhatika sejenak wajah gadis didepannya ini. Wajah datar itu, sepertinya sudah banyak mendapat kekecewaan. Entah itu darimana.

"Kamu sakit, De?" Syila tiba-tiba menyadari kalau wajah Dea pucat.

"Bukan urusan elo."

"Kalo sakit ga usah kerja ya, De. Biar aku bilang ke pemilik supermarketnya." Syila berjalan melewati Dea. Tapi sedetik kemudian lengannya dicekal oleh Dea. Otomatis Syila menoleh kearah Dea.

"Gue bilang, itu bukan urusan elo. Dan kalo lo ga ada urusan disini, mending sekarang elo pergi!" Syila tidak kuat mendengar ucapannya Dea yang menurutnya sedikit kasar. Syila hampir menangis dibuatnya, tapi dia harus kuat.

"Tapi De, kamu... De! Kamu kenapa? De?" Syila terkejut ketika Dea meringis kesakitan sambil memegang kepalanya.

"Shhh! Gue ga papa. Pergi lo dari sini!" Dea mendorong keras tubuh Syila. Dan akibatnya Syila terjatuh.

"Aw!"

Sedetik kemudian Dea juga ikutan terjatuh.

"DE!"

--------------***------------

DETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang