Part 5. Gadis Itu

952 31 0
                                    

"Dea kemana sih?"

"Aku juga ga tau, De."

"Dari kemarin lho! Gue pikir kalo hari ini dia masuk. Tapi nyatanya ga kan?"

Ketika Syila sedang diam, mikirin Dea. Tiba-tiba ketua kelas datang.

"Ekhem! Tau dimana Dea ga?"

"Kenapa elo nanya kita?" tanya Dean.

"Ya... Kan kalian temennya."

"Emang elo bukan temennya gitu?" Dean tambah ngelunjak. Dan bisa diliat kalo ketua kelas yang notabenya cowok, sepertinya dia marah.

"Apa maksud elo hah?"

"Gue ga maksud apa-apa kok. Emang kalian temennya juga kan?"

"Aduh udah deh! Ngapain jadi  ribut kayak gini sih?" Syila melerai.

"Elo bilangin sama temen elo ini ya! Jangan suka buat marah orang kalo ga mau kena bogeman mentah." ketua kelas mendorong pelan bahunya Dean dengan jari telunjuknya.

"Gue ga takut! Sini lo maju!"

"Eh udah deh! De!"

"Mending sekarang kamu pergi." lanjutnya menyuruh ketua kelas pergi. Dan dia mengikuti apa yang dibilang Syila tadi.

"Kamu kenapa emosi kayak gitu sih, De?!"

"Ck! Dia yang mulai emosi gue duluan. Kenapa nyalahin gue?!"

"Elo marah karena Dea kan?"

"Jawab jujur!" lanjutnya dan seketika Dean terdiam.

"Gue ga tau." lirihnya.

Pelan-pelan Syila menyentuh bahunya Dean. Berusaha untuk menenangkannya.

"Kalo kita mau cari Dea, ga harus dengan emosi kayak gini."

"Terus harus gimana coba?!" Dean kembali emosi.

"Yah kita kan bisa mencarinya nanti, De."

Dean diam.

"Udah, sekarang kamu cepetan balik ke bangkumu. Gurunya udah datang."

              ***

"Ga pulang?" tanya Syila ketika akan keluar dari kelas. Tetapi Dean masih berada dikelas.

"Pulang. Ini gue cuma lagi beresin buku-buku aja."

Syila hanya mengangguk dan tetap diam di ambang pintu kelas.

"Kenapa elo ga pulang?" Dean sudah memakai tasnya dan memegang kunci motornya. Yang sebelumnya sudah diambil dari tasnya.

"Nunggu kamu."

"Oh." Dean berjalan menghampiri Syila.

"Ayo!"

              ***

"Pulang bareng siapa?" tanya Dean memecah keheningan.

"Bareng Mama. Entar dijemput."

Mereka berdua tengah duduk disalah satu tempat duduk yang tersedia ditempat parkir.

"Dan kamu?"

"Apa?" tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Ga pulang?"

"Nunggu elo lah."

"Kenapa nunggu aku?"

"Yah... Kan tadi elo udah nunggu gue. Lagipula ga baik anak cewek ditempat sepi kayak gini. Lebih baik gue temenin kan?"

Syila hanya mengangguk.

"Ga cari Dea?" Syila bertanya setelah keduanya lumayan lama terdiam.

"Emmm... Gue ga tau."

"Kenapa? Kalo mau cari, kan tinggal kita cari. Entar sore juga kan bisa?"

"Kalo masalah itu gue juga bisa. Cuma kita carinya kemana? Kita ga punya petunjuk tentang Dea sama sekali. Dia aja ga pernah ceeita tentang kehidupannya sama elo kan?"

"Iya. Kamu benar, De." ucap Syila murung. Memang, sudah 3 tahun lamanya Syila berusah mengajak ngobrol Dea. Tapi gadis itu tetap menutup rapat tentang dirinya.

"Itu, Mama kamu?" tanya Dean ketika melihat sebuah mobil yang berhenti didepan sana.

"Iya, itu Mama aku. Yaudah, aku duluan ya. Kamu juga cepet pulang! Jangan pake belok!"

Dan dibalas dengan kode 'oke' lewat tangannya.

Elo kemana sih, De?

              ***

Sore itu, Dean mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Sambil menerawang kedepan, memikirkan tentang keberadaannya Dea.

"Cewek itu emang penuh rahasia. Dari awal dia masuk sekolah, dia udah kayak gitu. Dingin, ga kesentuh. Emangnya, apa yang udah terjadi padanya?"

Sambil tetap mengendarai motornya dalam kecepatan sedang dan tetap menerawang kedepan, tiba-tiba pandangnnya teralihkan oleh seorang gadis yang sedang berjalan dipinggir jalan, sambil membawa alat bantu jalan? Dan kaki yang diperban?

"I-itu, beneran Dea?"

--------------***------------

DETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang