Part 24. Brengsek

449 18 0
                                    

"Hmmph!" Syila masih berusaha melepaskan bekapan itu. Sampai dia melihat siapa orang yang sudah membekapnya.

"Ck! Elo--."

"Suara apa itu, Yang?" sang cewek yang berbicara.

"Ga tau. Bentar ya, biar aku cek."

Seketika Syila dan juga Dean sama-sama membulatkan matanya. Dan Dean melepaskan bekapannya.

"Gimana nih?" ucap Syila setengah berbisik.

Sejenak Dean mengedarkan pandangannya dan sesekali melihat kearah 'sepasang kekasih' tadi. Ternyata sang cowok memang sedang berjalan menghampiri tempat mereka berdua sekarang.

"Ayo ikut gue!" Dean menggandeng tangannya Syila dan mengajaknya pergi darisana.

              ***

"Kenapa tadi kamu bekap aku?"

"Kenapa elo tadi ngintip mereka berdua? Hah?" Dean balik nanya ke Syila yang tengah berkacak pinggang padanya.

"A-aku..."

"Apa?"

Syila salah tingkah sendiri. Dia bingung harus jawab apa.

"Emmm...niatku sih, aku mau ke toilet. Biasalah urusan perempuan. Tapi ga taunya ada yang sedang pacaran."

"Dan lo shock? Kenapa? Karena Doni? Iya?" Dean bertanya bertubi-tubi.

"Bukannya elo tadi lagi cari dia ya? Ga berniat ke toilet."

Syila membulatkan matanya. Tau darimana Dean kalo dia sedang mencari Doni sedari tadi.

"Tau darimana kamu?" akhirnya kalimat itu terlontar.

"Gue ikutin elo kali daritadi."

Syila kembali kaget.

"Ja-jadi kamu ikutin aku daritadi?"

Dean hanya mengagguk santai.

"Kenapa?"

"Gue penasaran. Gue liat gerak-gerik elo keluar dari kelas tadi lumayan aneh. Jadi gue ikutin. Eh! Ga taunya ternyata lo cari Doni. Kenapa?"

"Kenapa apanya?" Syila ga paham.

"Kenapa elo cari Doni? Ada urusan apa elo sama dia?"

Syila diam.

"Jawab, Syil."

Syila bingung. Masa dia harus beritau Dean alasannya cari Doni?

"Oke fine! Aku akan ngaku." sejenak Syila menarik napas dalam dan menghembuskannya.

Dean memicingkan matanya.

"Kan aku udah bilang tempo hari kalo Dea sama Doni satu SMP dulu. Dan aku sempat ingat di perpustakaan itu Doni bilang kalo Dea ga kayak dulu. Aku simpulin berarti Dea dulu ga sedingin dan secuek sekarang. Jadi aku ingin nanya ke Doni penyebabnya. Dan juga, alasannya dia bekerja. Emangnya orang tuanya dimana?" setelah itu Syila menarik napas.

"Elo mau sefrontal itu nanya sama Doni? Lo ga mikir, kemungkinan Doni mau jawab atau ga? Hah?"

Benar! Syila ga mikir sejauh itu. Dan Syila hanya bisa menggeleng pelan.

"Ya... aku pikir Doni bakalan mau jawab kalo aku tanya. Kan dia orangnya baik."

Dean terkekeh pelan.

"Tau darimana kalo Doni baik? Hm?"

Syila menggaruk tengkuknya pelan. Dia berasa makin tersudut.

"Kan setiap harinya dia emang baik." jawabnya pelan.

"Ck! Dia pacaran dengan cewek lain tadi elo bilang baik? Hah? Padahal sebelumnya dia kesini buat apa? Buat balik sama Dea, kan? Tapi sekarang apa? Dia malah pacaran sama cewek lain."

"Kenapa kamu marah-marah mulu daritadi, sih?" Syila yang sudah tidak tahan dari tadi kena marah Dean mulu, angkat bicara.

"Gue ga suka liat Doni kayak gitu."

"Apa alasan kamu ga suka?"

"Gue ga suka liat Dea dikecewain kayak gitu! PHP tau ga!" akhirnya kalimat itu terucap. Kalimat yang berusaha Dean redam daritadi.

Hening sejenak.

"Kamu suka kan, sama Dea?" Syila bertanya menurut kesimpulannya mengenai sikapnya Dean pada Dea.

Otomatis Dean diam seribu bahasa. Jujur, dia tidak tau harus jawab apa. Bukannya may bohong atau apa. Karena dia memang beneran tidak tau semua ini apa. Yang ia tau, dia cuma tidak ingin melihat Dea tambah murung, tambah cuek, tambah dingin terhadap sekitar. Apalagi padanya.

"Gue ga tau." dan Dean pergi meninggalkan Syila yang menatapnya nanar.

Jujur aja ga papa kali, De.

--------------***------------








DETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang