"Disini?" Dea menatap keatas. Tepatnya melihat tulisan yang terpampang nyata disana.
"Iya! Disini tempatnya asik. Yuk kita duduk disana! Biar Dean yang pergi beli tiket."
Dean yang baru memakirkan mobilnya diparkiran, sedikit mendengar kalau mereka berdua menyebut-nyebut namanya.
"Ngomingin apa nih? Ngomongin gue yang ganteng ini ya?"
"Ihhhh PD banget. Tapi emang bener sih lagi ngomongin kamu." jawab Syila.
"Tuh kan bener! Pasti lagi--."
"Kamu yang beli tiket ya? Kita nunggu disana." Syila menunjuk sebuah bangku diujung sana.
"Loh? Kok gue sih? Kan--."
"Yaelah, De. Masa ga kasihan sama kita. Daritadi berdiri mulu." keluh Syila.
Sejenak Dean menatap mereka berdua. Bukan, bukan mereka. Tetapi hanya Dea. Dilihatnya sepertinya Dea juga tengah kecapekan. Dean ga tega melihat Dea seperti itu.
"Yaudah deh! Gue yang beli."
***
"Mau naik apa dulu nih?" Syila nampak heboh menggandeng tangan Dea. Sedangkan Dean tersenyum melihat Dea yang juga tengah tersenyum senang.
Ga nyangka gue bisa liat senyuman lo itu, De. Manis banget.
"Menurut kamu, De?"
"..."
"Woi De!!"
"Ah iya?" Dean terkaget sendiri. Seketika lamunannya menghilang gara-gara teriakan Syila.
"Menurut kamu kita main apa nih?"
"Terserah kalian aja lah. Gue ngikut." ucap Dean sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana depan.
"Gue juga ngikut." balas Dea juga memasukkan kedua tangannya kedalam saku depan jaketnya.
"Ck! Kalian ga asik ah!"
"Lah?" ucap Dean dan Dea bersamaan.
"Naik itu mau? Ya??" seketika Syila berteriak kencang sambil menunjuk roller coaster diatas sana.
"Oke." ucap mereka bersamaan lagi.
***
"Huuu! Capeknya!" keluh Syila sambil memegang lututnya.
"Kamu ga capek, De?"
Dea berpikir sejenak. Saat dia hendak menjawab, didahulu kembali oleh Syila.
"Gimana kalo kita minum es itu? Pasti seger."
Dean dan juga Dea melihat kearah Syila menunjuk. Disana tengah ada seorang pedagang es krim yang lumayan ramai pembeli.
Seketika Dean mempunyai suatu ide.
"Ah! Boleh juga tuh! Sekarang lo yang beli ya! Biar gue sama Dea nunggu disini." Dean cepat-cepat duduk dikursi kosong sana. Tak lupa dia juga menarik tangan Dea untuk duduk disampingnya.
"Lah? Tapi kan--."
"Aduhhh!! Pegel banget nih kaki. Masa ga ada yang kasian sih sama gue?" ucap Dean mendramasir keadaan. Dia berpura-pura menyentuh lututnya.
Terdengar disana helaan berat dari Syila.
"Ck! Iya-iya aku beliin. Asal kamu tau ya, aku itu orang yang sangat peka dengan keadaan. Jadi--."
"Ck! Iya-iya gue tau. Sana-sana, pergi lo! Cepet!" Dean melambai-lambaikan tangannya. Menyuruh Syila cepetan pergi darisana.
"Ck! Ceritanya kamu ngusir aku nih?!" Syila berkacak pinggang.
"Iya!" Dean juga ikutan berkacak pinggang.
Dea yang melihat kelakuan mereka berdua mulai pusing sendiri.
"Ck! Ini kenapa kalian berdua jadi bertengkar gini sih?!" Dea ikutan berdiri dari bangku taman itu. Berniat untuk melerai.
"Dia yang mulai duluan!" ucap mereka berdua bersamaa.
"Lah? Udah deh gini aja. Syila, lo pergi sana beli es krim dan gue sama Dean nunggh sini. Dan lo De!" Dea menunjuk Dean yang dibalas dengan tatapan 'ada apa?'
"Lo berenti bertengkar sama Syila dan diam aja disini bareng gue." Dea menarik cepat tangan Dean untuk duduk kembali. Sampai-sampai pantat Dean terasa sakit sampai kerasnya.
"Aku akan nurut. Tapi ini semua gara-gara Dea. Dan inget! Aku belum kalah. Awas aja kamu nanti!" Syila menunjuk-nunjuk muka Dean. Sebelum Syila pergi darisana, dia sempat menjururkan lidahnya.
"Woi!! Tuh anak! Awas aja lo!!"
"Sstt! Udah deh, De. Jangan mulai lagi." sejenak Dean menatap gadis yang juga tengah menatapnya disampingnya itu.
Tring!
Dean ingat rencana yang telah ia pikir sebelumnya. Sejenak dia celinguk-celinguk melihat keadaan sekitar.
"De, ikut gue!"
Dean buru-buru menarik tangannya Dea.
"Eh! Mau kemana? Syila gimana?" Dea panik.
"Ck! Udah ayo ikut gue! Syila ga usah dipikirin."
--------------***------------
Menurut kalian, lebih setujuan Dean sama Dea atau Dean sama Syila?
KAMU SEDANG MEMBACA
DE
Fiksi Remaja"Cinta? Huh! Rasanya mustahil sekali bagiku. Sesuatu yang ga berguna, yang membunuhku perlahan. Memikirkannya saja aku tidak pernah, bahkan aku tidak ingin memikirkannya." Dea, siswi cantik yang duduk di bangku SMA itu sudah merasakan pukulan dunia...