Part 46. Hari Kedua

307 13 0
                                    

Seperti hari sebelumnya, Dea bangun dengan cepat dan melihat buku catatannya itu. Dea tersenyum seketika.

Hari kedua, Senin.

Ikut kegiatan Tante Sinta.

Dea berpikir sejenak.

"Oke, berarti hari ini gue pergi sekolah dulu. Lalu pulang cepet, baru pergi dengan Tante Sinta."

Dea menutup buku itu dengan cepat dan bergegas pergi mandi.

Hari ini harus sukses seperti hari kemarin.

              ***

"De, kantin yuk!"

Guru mapel sebelumnya sudah keluar kelas. Dan para siswa banyak yang sudah keluar kelas. Begitupun Dea, sebenarnya rencananya dia ingin pergi ke perpus. Ya, sekedar belajar agar bekalnya lebih banyak.

"Apa?" ulang Dea.

"Ayo kita ke kantin! Dean udah nunggu tuh didepan."

Dea menimang-nimang tawaran Syila itu. Tidak ada salahnya kan dia bolos belajar satu hari?

"Oke, ayo!"

              ***

"Dea! Mau kemana kamu?" Syila berlari menghampiri Dea yang sepertinya tengah buru-buru.

"Mau pulanglah."

"Kok tumben cepetan?" Dean yang udah nongol dibelakang Syila juga ikutan angkat bicara.

Dea terkekeh sejenak.

"Ga papa lah. Gue cuma pengen pulang lebih awal. Kan, waktu dirumah juga lebih banyak."

Syila manggut-manggut paham.

"Ga mau bareng gue aja, De?" Dean menghentikan Dea yang udah akan jalan lagi.

"Ah gausah lah. Entar ngerepotin lagi."

"Ck! Apaan sih? Ya ga lah." Dean terkekeh mendengar ucapannya Dea yang terkesan bukan dirinya saja.

"Eh tapi gue beneran lho, ga usah. Makasih. Lagian, lebih baik lo jaga Syila untuk sementara ya, sampai Mamanya datang jemput."

"Beneran nih ga papa?" kali ini Syila yang berbicara.

Dea berjalan mendekati Syila dan memeluknya erat. Sangat erat. Seakan tidak mau melepasnya pergi.

"Ga papa, lagian kan sesama temen juga harus gitu." tanpa ada siapapun yang tau, Dea menitikkan sedikit air mata, dan dengan cepat ia hapus.

Dea melepaskan pelukan itu dan mendapati Syila yang tengah tersenyum lebar kepadanya.

"Yaudah, gue langsung pulang ya ini." Dea pergi yang sebelumnya sudah melambaikan tangan kepada mereka berdua.

"Tante, Fila akan main kerumah Tante hari ini."

              ***

"Oh iya, ngomong-ngomong Nino nya mana ya Tante?" tanya Dea sekedar basa-basi.

"Ah Nino, dia sedang pergi main kerumah tetangga."

"Oh iya, kamu kesini mau ngapain? Mau ngajak Nino pergi main lagi?" Tante Sinta yang sudah selesai dengan urusan dapur, mendatangi Dea yang tengah duduk dimeja makan itu.

"Ga Tante, Dea cuma mau pergi bareng Tante." ucapnya lirih.

"Ha? Apa?"

Dea tambah gugup. Dia kesulitan bicara.

Ayolah Dea, ngomong langsung ga papa. Kenapa kamu gugup gini sih?

"Gini, Fila mau pergi jalan-jalan sama Tante. Hari ini kan waktuya Tante belanja?" Dea terkekeh.

Tante Sinta sedikit curiga dengan perilaku Dea saat ini.

"Jujur deh, ada apa?" Tante Sinta memicingkan matanya dan acak pinggang.

Dea menelan salivanya dengan gugup.

"G-ga ada apa-apa kok, Tante. Fila kan ga pernah ikut Tante belanja sebelum-sebelumnya. Ya... Sebelum Fila pergi ke luat negeri sih." ucap Dea santai. Tapi sedetik kemudian Dea dengan cepat menutup mulutnya sendiri.

Dasar nih mulut ga bisa direm apa?

"Apa?!" Tante Sinta histeris sendiri.

Dea menghela napas pasrah. Ya, memang sepertinya saat ini dia harus jujur. Toh, dia juga udah janji.

"Sebenarnya, Fila berangkat ke luar negeri hari sabtu depan." ucap Dea lirih.

"S-sabtu depan besok?!"

Dea hanya bisa menganggukkan kepala. Seketika Dea mendongak, ketika terdengar suara orang sedang terisak.

"Ta-tante! Tante kenapa?!" Dea menyentuh bahunya Tante Sinta. Dia panik sendiri.

Tante Sinta masih menangis.

"Ta-Tante padahal baru kemarin bisa merasakan gimana punya anak perempuan. Tapi-tapi... Sekarang dia akan pergi." Tante Sinta masih terisak.

Dea merasa bersalah.

"Maaf Tante." Dea menunduk. Dia tidak tau harus berkata apa lagi.

Tante Sinta menggapai dagunya Dea dan mengangkatnya. Sehingga kedua pasang mata itu bertemu.

"Ga. Fila ga salah kok. Tante seneng, kalo anak Tante sampai berhasil."

"Jadi, nanti kamu disana, harus berusaha dengan keras ya! Selalu semangat! Buktikan pada Tante, pada Bunda kamu juga!"

Dea tersenyum melihat 'Bundanya' ini.

"Dan jangan sampai lupa sama yang disini. Oke?!" tangisan Tante Sinta sekarang digantikan dengan senyuman cerah.

"Oke!!"

Dan alhasil, hari itu mereka menghabiskan waktu berdua. Mereka jalan-jalan sesuai keinginan Tante Sinta tentunya. Dan Dea hanya menurut. Tapi dia juga senang.

Paling banyak Tante Sinta mengajaknya ke area pusat perbelanjaan. Dan disana Tante Sinta banyak membelikan Dea barang-barang yang ia butuhkan dan harus dia bawa nanti. Alasannya sebagai kenang-kenangan. Dan Dea menerima semua itu.

--------------***------------








DETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang