Part 31. Perubahan

432 15 0
                                    

"De?! Kamu bangun!!"

"Tante! Dea bangun!!"

Dea mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang ada disana. Seketika suatu bau menyeruak masuk kepernapasannya. Juga alat-alat medis yang melekat pada tubuhnya. Ya, ini dirumah sakit. Saat Dea berusaha mengingat kejadian yang sudah menimpanya, seketika kepalanya berdenyut. Refleks Dea memegang pelipisnya.

"Dea! Aku sangat rindu kamu!" terlihat disana Syila menitikkan air matanya. Seketika Dea terdiam, benar kata Bunda. Sepertinya dia harus kembali seperti dulu.

Dea merasakan ada seseorang yang memegang kepalanya. Bukan, tapi memeluknya.

"Putri Bunda ini bikin Bunda khawatir aja!"

"Bunda seneng banget, La. Kamu ga ninggalin kita semua. Kami semua rindu kamu!" pelukannya dilepas.

Terlihat Dea tersenyum damai. Tidak seperti biasanya yang hanya menampakkan kedinginan.

"Dea juga rindu kalian semua."

             ***

Dean berlari cepat menuju rumah sakit setelah ditelpon Syila kalau Dea sudah tersadar dari komanya. Dean sangat senang saat itu. Suatu keajaiban, tepat dihari ke 20, alat-alat yang menempel pada tubuhnya akan dilepas, tetapi dia bangun terlebih dahulu. Dan tanpa sadar Dean menitikkan air matanya.

Memang, Dean tidak dapat menunggu Dea hari ini. Karena dia tidak tega saat alat-alat itu dilepas. Pengecut memang. Tapi benar, Dean tidak tega melihat Dea pergi. Dan alhasil, Dean lebih memilih menggantikan tugas Bundanya menjemput Nino dari sekolahnya.

Tunggu gue, De!

              ***

Brak!

Sontak salah satu suster disana menoleh ke sumber suara. Disana terdapat Dean yang terengah-engah. Ya, dia habis lari.

"Maaf Suster, pasien yang dirawat diruangan ini dimana ya?" memang, disana hanya terdapat dirinya juga suster yang sedang merapikan ruangan itu.

"Oh, pasien tadi pamit keluar dulu. Katanya mau menghirup udara segar. Dia bersama seorang temannya."

Tanpa berniat berkata lagi, Dean dengan cepat berlari menuju tempat yang kemungkinan terdapat Dea disana.

             ***

Seorang gadis tengah duduk dikursi roda. Ditemani seorang gadis lainnya dan anak kecil yang sesekali menimbulkan gelak tawa. Sepertinya mereka sedang dilanda kebahagiaan.

"Dea!" Dean yang melihat mereka bertiga, meskipun dari belakang memberanikan diri berteriak memanggil gadis yang sedari tadi ia cari. Lalu Dean berlari menghampiri mereka.

"D-Dea? Ini beneran lo kan?" Dean tidak percaya jika gadis yang tengah duduk dikursi roda didepannya ini tersenyum kepadanya?

"Iya, De. Ini beneran gue kok." masih dengan senyum lembutnya itu. Dan Dean berkali-kali mengerjapkan matanya. Dia masih tidak percaya jika Dea tersenyum kepadanya.

Syila yang sadar telah mengganggu mereka berdua, berniat undur diri.

"Nino, ayo kita pergi main disana? Banyak mainannya lho."

"Ayo kak!" lalu mereka berdua pergi dengan Syila yang menggiring Nino berjalan.

Dean kembali menatap Dea. Kali ini Dean memilih jongkok didepannya Dea.

"Gue...gue masih ga percaya kalo gadis didepan gue ini adalah gadis yang sama, yang duduk sebangku dengan gue, yang setiap hari selalu kasih tatapan dingin ke semua orang."

Dea terkekeh pelan.

"Iya... Itu memang gue. Tapi itu kan dulu. Sekarang ini gue, gue yang sebenarnya."

Dean ikut terkekeh.

"Gue seneng elo balik lagi, De. Senenh banget malah. Jujur, gue takut elo--." ucapan Dean terhenti karena saat ini ada sebuah telunjuk mungil dibibirnya.

"Tapi saat ini kan gue ada disini."

Mereka berdua diam sejenak dengan pikirannya masing-masing. Sampai ada sebuah suara memecahkan keheningan tersebut.

Dean terkekeh.

"Elo laper, De?"

Dea mengangguk malu.

"Kita pergi makan, yuk!"

"Es krim ya?" ucap Dea sumringah. Sudah lama dia tidak makan eskrim.

"Tapi elo kan belum makan apapun, De. Kita makan dulu, terus pergi beli es krim. Gimana?"

Dea menggeleng cepat.

"Ga! Gue maunya makan es krim dulu terus makan siang."

Dean menghela napas lelah. Capek juga harus bertengkar dengan Dea.

"Oke, kita pergi beli es krim!"

Dean mendorong kursi roda itu dengan tawa yang tak luput sedari tadi. Begitupun Dea. Baru kali ini dia merasakan kebahagian kembali padanya setelah Bundanya tiada.

Dea Dea... Jujur, sulit bagi gue untuk percaya kalo ini elo. Gadis yang dulunya cuek dan dingin banget sekarang jadi gadis yang tak luput dari senyuman? Elo emang udah berubah, De. Ya... Meskipun sifat keras kepala lo masih melekat sama diri lo. Tapi, gue tetep suka kok.

--------------***------------










DETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang