Part 30. Kembali

416 13 0
                                    

Seorang gadis tengah mengerjap-ngerjapkan matanya. Dia baru saja terbangun dari tidurnya. Setelah dia bangun total, seketika dia tersadar. Dia berada ditempat yang ia tidak ketahui.

"Halo!! Apa ada orang?"

Tapi nihil. Tidak ada suara menyahutnya. Dan gadis itu mulai ketakutan.

"Si-siapa pun, tolong saya!!"

Masih tidak ada tanggapan. Sejenak gadis itu memegang perutnya. Ya, dia lapar. Entah dia belum makan sejak kapan. Dia berjalan berniat mencari seseorang disana. Ya, jika seperti ini dia dapat mengingat kembali dengan kehidupannya. Seketika dia murung.

"Sayang?" sebuah suara mengagetkan Dea dan seketika dia berbalik. Menghadap sumber suara.

Dea tidak percaya apa yang dilihatnya. Benarkah wanita paruh baya yang berdiri disana adalah Bundanya?

"Bunda!!" Dea berlari dan memeluknya layaknya anak kecil. Masa bodoh, dia sangat rindu wanita didepannya saat ini yang juga tengah merangkulnya lembut.

"Dea rindu Bunda. Sangat." tanpa sadar air mata jatuh disana.

Sejenak Bundanya tersenyum hangat.

"Bunda juga rindu Dea. Anak Bunda satu-satunya ini sudah besar ya ternyata?"

Dea terkekeh sebentar. Tetapi kemudian dia tersadar.

"Bunda, Bunda jangan ninggalin Dea lagi ya?" pintanya.

Bundanya mengelus puncak kepalanya Dea.

"Dea ga suka disana. Orang-orang ga ada yang sayang sama Dea. Semuanya kejam!" Dea mengucapkannya dengan mengepalkan tangannya.

"Sstt! Jangan gitu ah!"

"Tapi memang kenyatannya seperti itu Bunda. Dea ingin ikut Bunda aja!"

"Dea, Bunda ga pernah pergi kemana-mana. Bunda akan selalu berada disini." Bundanya menunjuk dada Dea. Tepatnya hati Dea.

"Bunda akan selalu berada disamping putri Bunda ini."

"Berarti Bunda tau kan gimana kehidupan Dea? Disekolah, di rumah. Dea ingin ikut Bunda aja!" Dea tetap bersikeras.

"De... Ayo bangun. Buka matamu!" entah suara darimana, ada seseorang yang memanggil Dea.

Dea mengedarkan pandangannya mencari sumber suara. Tapi tidak ada.

"Nah, itu temen kamu udah manggil kamu. Kamu balik ya?"

Sejenak Dea berpikir, itu tadi suara perempuan.

"Syila sudah nunggu Dea disana." ucap Bundanya sekali lagi.

"Tapi dia jahat, Bun. Semua orang itu sama saja. Ga Doni, Dina, ataupun Bibi!"

"Iya Bunda tau, tapi Syila ga. Dia perempuan yang baik. Dia tulus ingin berteman dengan Dea. Buktinya, dari kelas 10 sampai sekarang, dia selalu ingin mengobrol dengan Dea. Iya kan?"

Dea terdiam. Memang benar, kalau dipikir-pikir, Syila selalu berada disisinya dari kelas 10.

"Begitu juga Dean. Bunda yakin, mereka berdua sahabat Dea yang sesungguhnya. Mereka bener-bener sayang sama Dea. Juga Tante Sinta. Dia 'bunda' Dea didunia. Dia sangat sayang sama Dea."

"Dea, ayo cepat buka matamu! Hari ini kamu harus bangun! Kita semua sayang sama kamu, De." suara itu berbunyi lagi.

Dea kembali terdiam. Sampai ada sebuah sentuhan dibahunya.

"Dea ikut mereka ya! Bunda ga mau Dea ikut sama Bunda. Dea kan masih muda. Kejarlah apa yang kamu inginkan dan cita-citakan, nak! Bunda percaya, anak Bunda ini sudah dewasa."

"Dan satu lagi, Dea berubah ya! Jangan dingin lagi. Bunda ingin, Dea seperti dulu. Anak bunda yang selalu tersenyum manis. Bunda yakin, mereka semua orang-orang baik. Mereka semua sayang sama Dea. Mereka ga mau kamu meninggalkan mereka."

Dea masih terdiam.

"Maafkanlah Dina, ya! Kasihan dia. Juga Doni. Jangan dendam dengan mereka. Walaupun mereka pernah buat salah, mereka kan dulu tetap sahabatnya Dea masih SMP. Yang selalu menemani Dea dikala sedih atau senang."

Dea masih terdiam. Menatap lurus kedepan. Sepertinya sedang memikirkan ucapan Bundanya.

"Ayo De! Kita ga mau kehilangan kamu!" suara itu terdengar lagi.

"Buat Bunda bangga sama putri Bunda ini ya, Dea?" Bundanya tersenyum hangat dan memeluk putrinya itu. Anak satu-satunya.

"Pasti Bunda! Dea bakal buat Bunda bangga." Dea membalas pelukan Bundanya.

"Dea?! Kamu bangun!"

--------------***------------

DETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang