"Dea mana?"
"Ga tau. Mungkin dia udah pulang tadi."
Dean dan juga Syila tengah berjalan menuju parkiran, sambil sesekali menyeruput es yang tengah berada ditangan masing-masing. Ya, mereka berdua habis dari kantin.
"Ga biasanya deh, Dea kayak gitu." ucap Dean. Dan hanya mendapat balasan anggukan dari Syila.
Seketika Syila membulatkan matanya dan menjentikkan jarinya.
"Gimana kalo nanti malam kita main kerumah Dea?"
Dean juga ikutan membulatkan matanya.
"Wah! Bener juga tuh! Ide bagus."
***
Personal chat...
"De, lo hari ini dirumah kan?"
Dean menunggu harap-harap cemas. Saat ini sudah pukul 18.30. Dan rencananya akan main kerumah Dea pukul 19.00.
Tring!
Dengan cepat Dean melihat ke layar tipis itu.
"Iya, emang kenapa?"
Dean tersenyum lebar.
"Entar jam 7 malem gue sama Syila pergi main kerumah lo. Boleh?"
"Sorry ya, De. Gue sibuk. Gue mau belajar. Kan UN tinggal beberapa minggu lagi."
Dean membaca isi chat itu, wajahnya murung.
Yah? Ga jadi nih ceritanya?
"Yaudah deh. Kapan-kapan aja kita mainnya kerumah lo. Sorry, udah ganggu lo belajar."
Ditempat lain, Dea yang membaca isi chat itu, wajahnya ikutan murung.
Maafin gue, De.
"It's ok."
***
"Dea mana?" Dean tengah berdiri didepan meja Syila. Dan Syila tengah menata buku-bukunya disana. Ya, dia baru datang kesekolah.
"Lha? Aku pikir kamu udah jemput dia. Soalnya tadi aku liat dirumahnya udah ga ada orang."
"Lah? Terus kemana dia, dong? Tasnya aja ga ada kok." ucap Dean.
"Masa dia sakit lagi?" lanjutnya. Seketika mendapat pukulan keras dari Syila.
"Aww!!"
"Makanya punya mulut dijaga! Jangan suka asal ngomong!"
"Ihh... Lo kasar banget sih jadi cewek? Kan gue cuma menerka-nerka. Kan siapa tau." Dea memasang wajah tanpa dosanya.
"Ck! Tapi aku ga suka kamu bilang kayak gitu!"
"Ck! Yaudah deh. Terus gimana nih?" Dean kembali membicarakan topik masalahnya.
"Aku juga-- Dea??" Syila yang tau, seorang gadis dengan tas yang ia bawa dipunggungnya, seketika berlari cepat kesana. Diikuti Dean yang berjalan cepat.
"Kamu kemana aja sih?! Kan aku khawatir. Aku cari dirumah kamu, tapi kamu ga ada. Aku kira kamu udah berangkat. Tapi--."
"Sstt! Ngomong juga dikasih rem kali." potong Dea dan jari telunjuknya menempel dibibir Syila. Lalu ia lepaskan. Dan terkekeh pelan.
"Tapi kan aku khawatir sama kamu."
"Iya bener kata Syila, De. Lo tiba-tiba ga ada kan kita jadi khawatir sama lo." Dean juga ikutan memarahi Dea.
Dea hanya tersenyum disana. Tidak menyangka kalau 'kehilangannya' barusan sudah membuat Syila dan Dean khawatir. Apalagi kalau Dea hilang untuk waktu yang cukup lama. Dia tidak bisa membayangkan itu.
"Emangnya kamu habis darimana sih? Dari kantin ya?"
"Ga. Gue habis dari perpus. Belajar dikit. Kan ini nanti kita akan ulangan. Jam pertama lagi."
"Oalah...kamu di perpus tadi, belajar buat ulangan." Syila berkata santai.
Tapi sedetik kemudian dia membulatkan matanya.
"Hah! Ulangan?!" Syila mulai panik.
Dea menatap Syila bingung.
"Kenapa? Lo belum belajar ya?"
"Yah belum lah! Buka buku enggak malahan." Syila tambah panik.
"Aduh!! Gimana nih?! De, kamu udah belajar?" Syila lupa kalau daritadi Dean hanya diam mendengarkan.
"Ya udah lah." ucapnya santai.
"Loh? Kok--."
"Makanya, kalo malam tuh belajar! Jangan main hp mulu." lalu Dean pergi meninggalkan Syila. Tidak lupa dia juga mengajak Dea pergi darisana untuk segera duduk dibangku mereka karena 5 menit lagi pelajaran pertama akan dimulai.
Wajahnya Syila pias seketika.
Aduh... Gimana nih? Gawat!!
--------------***------------
KAMU SEDANG MEMBACA
DE
Teen Fiction"Cinta? Huh! Rasanya mustahil sekali bagiku. Sesuatu yang ga berguna, yang membunuhku perlahan. Memikirkannya saja aku tidak pernah, bahkan aku tidak ingin memikirkannya." Dea, siswi cantik yang duduk di bangku SMA itu sudah merasakan pukulan dunia...