"Dea kembali ga masuk sekolah?" tanya Dean.
Syila hanya mengangguk lemas.
"Aku ga tau harus cari kemana lagi. Di cafe, dia udah ga ada. Di supermarket katamu, dia juga ga ada. Terus kemana lagi?" lanjutnya sambil menatap Dean putus asa.
"Ke rumahnya?"
Syila memghembuskan napas sejenak.
"Aku ga tau rumahnya dimana."
"Gue tau kalo elo ga tau rumahnya. Tapi gue tau, siapa yang bakal tau tempat tinggalnya Dea." Dean tersenyum misterius sambil menerawang kedepan.
"Siapa?"
***
"Eh! Mas dan Mbak kemaren. Mau pesen apa?"
"Maaf Mbak, saya ga lagi mesen apa-apa. Saya cuma mau nanya sesuatu." jawab Dean kepada mbak kasir.
"Oh boleh, mau nanya apa?"
"Em...kita boleh tau alamat rumahnya Dea? Waiters yang udah keluar kemaren."
"Oh sebentar ya Mas, saya cari sebentar daftar alamat pekerja disini." Mbak kasir tadi pergi meninggalkan Dean dan Syila yang tengah menatapnya penuh harap.
Setelah lumayan lama menunggu, akhirnya mbak kasir tadi datang.
"Gimana mbak?" tanya Dean antusias.
"Emm maaf ya Mas, alamat rumahnya Dea ga ada."
"Lho? Kok bisa?"
"Iya, kata pekerja yang lain, kemarin sebelum Dea keluar dari cafe ini, dia minta info tentang dirinya dihapus dari buku catatan pekerja. Sekali lagi maaf ya Mas, Mbak." ucap mbak kasir itu lemas.
"Hmm yaudah deh mbak, gapapa. Maaf ya udah ngerepotin. Kami permisi dulu." Dean berjalan pelan menggiring Syila yang berjalan lemas.
***
"Catatan tentang Dea? Oh ada! Sebentar ya." dan ucapan mbak kasir itu membuat Dean dan Syila tersenyum sumringah.
Akhirnya ada juga.
"Ini." ucap mbak kasir itu sambil menyerahkan secarik kertas dengan segal info tentang Dea disana. Lengkap.
"Emm kalo boleh nanya, emang Mas Mbaknya nanya ini buat apa ya?"
Dean yang sebelumnya mengamati biodata tentang Dea, seketika menoleh kearah mbak kasir.
Dean berpikir sejenak, mencari-cari alasan yang pas.
"Oh! Kita sahabatnya waktu SMP dulu. Niatnya mau temu kangen sama dia." dapat dilihat kalo mbak kasir itu memicingkan matanya.
"Kalian temenan sama Dea?"
Sebentar Dean dan Syila saling pandang.
"Iya, mbak. Emang kenapa ya?"
"Gini lo, maaf ya Mbak Mas sebelumnya. Dea itu orangnya cuek banget. Saya lho ga yakin kalo dia punya temen. Eh! Ternyata ada juga."
Dean sedikit terkekeh pelan.
Emang dia cuek banget.
"Oh iya mbak, kalo boleh tau, saya perhatiin kok ga ada Dea ya daritadi?"
"Jadwalnya bukan hari ini Mas. Dea hanya kerja hari selasa sampai jumat, pukul 17.30 an sampai pukul 21.00."
Berarti sepulang sekolah dia langsung kerja? Sampai malam? Kemana orang tuanya?
"Oh yaudah Mbak, makasih ya. Kita permisi dulu." Dean dan Syila tersenyum sebentar kepada Mbak kasir dan mereka berdua keluar dari supermarket sama-sama.
"Gimana? Pergi sekarang?" tawar Dean.
"Ayo!"
--------------***------------
KAMU SEDANG MEMBACA
DE
Roman pour Adolescents"Cinta? Huh! Rasanya mustahil sekali bagiku. Sesuatu yang ga berguna, yang membunuhku perlahan. Memikirkannya saja aku tidak pernah, bahkan aku tidak ingin memikirkannya." Dea, siswi cantik yang duduk di bangku SMA itu sudah merasakan pukulan dunia...