Part 23. Merasa Kehilangan

466 15 0
                                    

Sudah tiga hari Dea menjalani harinya dengan 'ketenangan'. Kenapa? Karena dia tidak diganggu oleh kehadiran Dean dan si brengsek itu. Begitupun Syila, yang bagai ditelan bumi. Hilang semuanya.

Tapi entah kenapa Dea merasakan rasa sedikit sakit didadanya. Bukan karena Dean ataupun Syila. Anehnya lagi, itu semua sepertinya karena Doni. Ya, mantan brengseknya dulu waktu SMP. Sudah tiga hari ini Dea tidak melihatnya. Dikelas pun, Donj tidak seperti biasanya. Yang biasanya selalu menyapanya dipagi hari, sekarang tidak. Dia lebih memilih handphonenya.

Tapi kenapa Dea memperdulikan itu? Dia harus ingat, bahwa Doni lah yang membuatnya seperti ini. Bersama dengan mantan sahabatnya itu. Tapi, kenapa Dea sekarang berasa seperti kehilangan?

"Sendiri aja, De?"

Dea menoleh sebentar, kemudian kembali fokus pada bukunya.

"Emang biasanya gue kayak gini, kan?"

Penjaga perpus itu terkekeh sebentar. Dia heran, kenapa ada remaja sedingin Dea sih?

"Yaudah, gue tinggal dulu ya!"

Dea hanya bergumam sebagai jawaban. Karena dia lebih memilih fokus kepada buku yang ia baca.

              ***

"Anak-anak, Ujian Nasional tinggal 2 bulan lagi. Dan kalian harus mulai bersiap-siap dari sekarang! Bapak harap, kalian semua dapat lulus dengan nilai yang terbaik. Dan dapat masuk ke Universitas terbaik. Ingat! Kalian harua mulai kerja keras dari sekarang!"

"Baik Pak!"

"Baiklah, Bapak tinggal dulu ya!"

Guru itupun pergi meninggalkan kelas. Kelas yang tadinya sepi sunyi seketika ramai. Anak cowok yang kebanyakan melalukan orkestra kecil-kecilan dengan alat-alat yang seadanya dan anak cewek yang asik bergosip.

Dan Dea? Seperti biasa. Dia tidak suka dengan suasana ramai seperti ini. Jadi dia lebih memilih bersama headseatnya dan memejamkan matanya.

Sejenak Dea merasakan satu sentuhan dilengan kirinya. Apakah itu Doni? Kenapa tiba-tiba dia berharap cowok brengsek itu yang menyentuh lengannya? Tapi mau tidak mau dia harus membuka matanya dan melihat gadis berkaca mata itu. Dea menatapnya datar.

"Kamu lagi ngapain, De?" Syila berpindah duduk yang tadinya dikursinya Doni, berpindah ke kursinya Dean. Dean kemana? Dia bersama teman-temannya bermain orkestra tadi. Sesekali tertawa bersama. Ah...sudah berapa lama Dea tidak merasakan suasana sehangat itu?

"Kamu lagi dengerin musik, ya?" seketika lamunan Dea buyar.

"Hm."

"De?"

"..."

Syila hanya bisa menghela napas.

"Nanti kamu kuliah dimana?" dengan hati-hati Syila bertanya seperti itu. Karena yang ia tau, Dea kan bekerja. Berarti ekonominya juga tidak baik. Dan dia tidak tau, kemana kedua orang tuanya?

Seketika Syila membulatkan matanya. Kenapa dia tidak tanya ke Doni aja? Kan mereka temen se-SMP dulu.

"Ga tau." seketika Syila kembali kedunia lagi. Dan Dea kembali memejamkan matanya. Masih duduk disana, sebentar Syila mengedarkan pandangannya. Mencari keberadaan Doni. Tapi hasilnya nihil.

Akhirnya, Syila memutuskan untuk keluar mencari Doni. Dan gerakan Syila itu tidak luput dari pandangan seseorang.

              ***

"Ck! Doni kemana sih? Aku udah muter-muter kali! Capek nih kaki aku." Syila ngos-ngos an.

"Aduh, kenapa aku kebelet ke toilet waktu kayak gini sih?" akhirnya Syila ngacir ke toilet perempuan. Dia menyerah sebentar mencari Doni.

Saat hampir sampai di toilet, Syila menhentikan langkahnya. Karena sepertinya, dia mendengar suara pria. Kenapa anak cowok ada di toilet perempuan? Sebentar Syila mengurungkan niatnya untuk ke kamar mandi. Karena dia juga mendengar suara perempuan juga tengah tertawa. Dan saat ini dia hanya dibatasi oleh tembok.

"Kamu cantik banget sih hari ini?"

"Hahaha... Kamu bisa aja sih, sayang. Emang aku setiap harinya ga cantik?"

"Ck! Yah nggaklah. Setiap hari kamu cantik kali. Buktinya aku suka kan sama kamu."

"Hmm...makasih, Yang. Kamu juga hari ini ganteng deh."

"Setiap hari kali."

"Huh dasar ke-PD an."

"Lha? Aku bukannya sok PD, Yang. Kalo aku ga ganteng, kamu ga akan mau jadi pacar aku kan?"

"Hahaha iya iya, deh. Aku kalah."

Lalu terdengar mereka tengah tertawa bersama.

Syila yang sudah sangat penasaran siapa cowok yang sudah berani masuk ke toilet cewek, dia memutuskan untuk melihatnya dengan mendongakkan kepalanya. Seketika dia membulatkan matanya. Dia terkejut.

"Do-DON--."

Ucapan Syila terhenti, karena ada sebuah tangan yang lumayan besar yang tengah membekap mulutnya.

--------------***------------

DETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang