Part 2. Syila

1.3K 43 0
                                    

"Elo punya nama mirip lho sama nama gue. Gue Dean, nah elo Dea. Cuma kurang 'n' doang." Dean daritadi nerocos sendiri. Dia berniat mengajak cewek sebangkunya, ya Dea, untuk mengobrol.

Tapi daritadi yang didapatnya hanya keheningan. Karena Dea tidak berniat menjawab. Menoleh pun dia enggan.

"Emm elo--."

Tett tett!!!

"Nah! Udah bel istirahat tuh! Ayo kita--."

"De! Ayo kita kekantin!" gadis dengan kacamata dan kuncir kudanya mengajak Dea ngobrol.

Mungkin temannya?

Tapi lagi-lagi Dea hanya diam. Sejenak dia merogoh isi tasnya. Mengambil handphone dan juga headseatnya, lalu pergi keluar. Tanpa memperdulikan keduanya.

"De! Kamu mau kemana? Tungguin gu--."

"Elo siapanya dia?" tiba-tiba Dean bertanya kepada gadis berkacamata itu.

"O-oh! Aku temennya Dea."

"Beneran temennya? Tapi gue liat kok beda ya?" Sejenak gadis itu menggaruk tengkuknya.

"Emm ya bukan sih. Aku bukan temennya. Tapi aku akan berusaha untuk menjadi temennya." Dean melihat binar di mata gadis itu.

"Kenapa harus?" pertanyaan Dean membuat gadis itu terdiam kembali.

"Yah...karena memang harus."

"Alesannya?"

Sejenak gadis itu menghembuskan napasnya kasar.

"Gue cuma mau membuat Dea 'lebih hangat' dari ini."

"Apa dia dulu sempat 'hangat?'" Dean tidak bisa membendung rasa penasarannya.

"Emm...aku ga yakin sih, kalo Dea dulu pernah 'hangat'. Soalnya awal kita masuk di sekolah ini, dia sudah kayak gitu orangnya. Dingin."

"Kenapa elo begitu yakin kalo Dea dulu pernah 'hangat' orangnya?" tiba-tiba gadis itu tersadar dari lamunannya. Dia tadi sempat terbawa suasana saat membicarakan tentang Dea.

"Kenapa kamu pengen tau banget sih daritadi? Kalo mau tau, cari sendiri lah jawabannya." diiringi cengengesan diakhir kalimatnya.

"Lah?" Dean hanya bisa berkata seperti itu. Karena dia rasanya sudah seperti kena skakmat.

"Oh iya, kamu murid pindahan tadi kan? Kita belum kenal secara pribadi."

"Kenalin, aku Syila." lanjutnya.

"Oh iya, kenalin juga aku Dean."

"Udah tau tadi. Ga usah dikasih tau lagi." lalu keduanya tertawa.

"Kantin?" tawar Dean.

"Dea?"

"Mungkin dia udah disana, ninggalin kita tadi."

"Yaudah ayo!"

--------------***------------

DETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang