"Syil, Syil! Tunggu bentar!" Syila berbalik, dan menunjukan wajah sebalnya. Sebentar dia membenarkan letak kacamatanya.
"Kenapa kamu manggil-manggil aku?"
"Gu-gue--."
"Maaf ya, kalo ga penting, aku mau ke perpus dulu." saat Syila akan berbalik, dengan cepat Dean menarik tangan kanannya. Otomatis Syila kembali berbalik.
"Ini penting, Syil! Please dengerin gue dulu!"
Sejenak Syila menghembuskan napasnya pelan.
"Ada apa sih?"
"Dea." Dean berhenti sejenak.
"Dea? Kenapa Dea? Apa yang terjadi padanya?" terlihat kalo Syila sangat mengkhawatirkan Dea.
"Dia, kerja."
"Maksud kamu, De?" Syila masih ga paham.
"Dia kerja! Gue kemarin liat dia kerja disupermarket. Pukul setengah 6 sore."
"Ka-kamu ga salah liat kan, De?" Syila memicingkan matanya.
"Beneran, Syil! Gue ga salah liat. Gue liat dengan mata kepala gue sendiri kalo dia kemarin kerja disupermarket."
Sejenak Syila berpikir.
"Kamu bohongin aku, ya?" tanyanya dingin.
"Eh? Malah dikira bohongin. Enggak! Gue ga bohong kali!"
"Kalo kamu ga bohong, terus kenapa Dea bisa kerja. Kakinya kan diperban." Syila menatap Dean tajam.
Dan Dean hanya bisa menggaruk tengkuknya.
"Yah... Kalo itu sih, gue ga tau."
"Tapi bener kok, dia kerja! Dan kakinya juga masih diperban." lanjutnya, sambil narik-narik kedua lengannya Syila. Berusaha meyakinkannya.
"Jadi Dea kerja sambil kakinya diperban gitu? Sambil sakit?"
Dean terlihat berpikir sejenak.
Kok kayaknya Syila kayak ga percaya sama gue gitu, ya?
"Ya... Iya."
Syila tertawa sejenak.
"Aku ga percaya." Syila kembali berbalik, berniat untuk meninggalkan Dean. Tetapi lagi-lagi tangannya ditarik oleh Dean.
"Apa lagi sih?" tanyanya sebal.
"Gue bisa anterin elo liat sendiri entar. Pukul setengah 6 sore. Seperti kemarin."
Syila terlihat berpikir sejenak.
"Boleh."
"Yah!! Gitu dong daritadi. Kan jadinya gue--."
"Tapi ada syaratnya." dan senyum misterius muncul diwajahnya Syila.
"Ck! Elo jangan senyum kayak gitu juga kali! Gue mulai takut nih." seketika Syila menoleh kearah Dean dan senyumnya tadi menghilang.
"Ck! Kamu nih! Orang drama sedikit masa ga boleh?"
Dean hanya tertawa garing.
"Kocak lo."
"Emang syaratnya apa?" lanjutnya.
"Aku punya satu syarat kalo kamu ga bisa nunjukin Dea ada disana. Alias kamu bohong. Dan syaratnya itu, rahasia." Syila kembali tersenyum seperri tadi. Dan kali ini dibiarkan saja oleh Dean.
Sok misterius. Batin Dean.
***
"Mana? Katanya ada Dea?"
"Ck! Gue juga ga tau. Bentar lagi."
"Daritadi bentar mulu! Sakit nih kulit aku daritadi digigit nyamuk mulu."
"Sstt diam! Jangan berisik! Entar ketahuan kalo kita lagi mata-matain supermarket itu."
Ya, mereka berdua tengah mengawasi supermarket tempat kerja Dea kemarin. Mereka tengah bersembunyi dibalik pagar. Dengan motornya Dean dibelakang mereka. Terpakir sempurna.
15 menit kemudian...
"Mana? Entar aku dimarain Mama kalo pulang malam-malam."
"Sstt! Bentar lagi. Mungkin Dea lagi terjebak macet." lalu Syila mengedarkan pandangannya kearah jalanan.
"Jalanannya sepi-sepi aja. Ga mungkin kalo Dea sampai terjebak macet."
"Mungkin kemarin kamu salah liat kali." lanjutnya.
Lalu sedetik kemudia Dean menoleh kearah Syila.
"Ck! Gue ga salah liat kali! Itu beneran Dea. Dia kemarin nangis ditaman deket sini." Dean mulai pegel sendiri.
"Na-nangis?"
"Iya, dia kemarin nangis ditaman deket sini. Dalam tangisannya itu, dia teriak kenceng banget. Kayak luapin semua masalahnya gitu." jelas Dean panjang lebar.
"Lalu setelah nangis, dia masuk kedalam supermarket dan bilang 'selamat datang' kepada pelanggan."
Syila berpikir sejenak.
"Kamu ga bohong kan?"
"Eh? Bener, gue ga bohong."
"Tapi kalo kamu ga bohong, mana Dea-nya?" ucapnya Syila sambil berkacak pinggang.
"Gu-gue ga tau."
"Ah! Aku pulang aja lah!" Syila beranjak pergi.
"Loh loh? Kok main pulang aja?" Dean menghentikan Syila.
"Ini udah malam kali, De. Tolong ngertiin aku dong! Aku ga boleh pulang malam-malam sama Mama."
"Dan mungkin kemarin kamu cuma salah liat. Ga mungkin kan, orang sakit kerja?"
Dean berpikir sejenak.
"Baiklah, ayo kita pulang. Gue anter."
Syila berjalan duluan menuju motornya Dean. Diikuti Dean dibelakangnya.
Elo kemana sih, De? Susah banget nyariin elo. Sering ngilang!
Sedangkan ditempat lain...
"Selamat datang! Mau pesen apa?"
--------------***------------
KAMU SEDANG MEMBACA
DE
Roman pour Adolescents"Cinta? Huh! Rasanya mustahil sekali bagiku. Sesuatu yang ga berguna, yang membunuhku perlahan. Memikirkannya saja aku tidak pernah, bahkan aku tidak ingin memikirkannya." Dea, siswi cantik yang duduk di bangku SMA itu sudah merasakan pukulan dunia...