Part 13. First Dream

605 21 0
                                    

Dia berada di tengah tempat yang ia tidak tau dimana. Tidak ada siapa-siapa disana, hanya dia seseorang. Berbolak-balik dia mengedarkan pandangannya. Tetap tidak ada siapa-siapa. Dia sendirian disana, bersama dengan perasaan takutnya. Ya, ia takut dengan kesendirian.

"Siapapun!! Dimana semuanya? Tempat apa ini?" dia berteriak kencang, sampai-sampai tenggorokannya terasa kering. Tapi dia tidak menyerah. Dia tetap berlari, mencari sesorang yang kemungkinana juga ada disana.

Senyuman kecil muncul diwajah cantiknya. Dia melihat seorang pria sebayanya tengah berdiri tak jauh darinya. Dia berlari, hampir dekat dia berhenti sejenak. Dia terkejut.

"Do-Doni?"

"Dea?"

"Kenapa kamu disini?"

"Aku sedang menunggumu."

"Menungguku? Buat apa? Bukannya kamu dulu udah ninggalin aku?"

"Iya itu dulu, tapi sekarang tidak. Aku sayang sama kamu, De."

Gadis itu tersenyum haru, tidak disangka cinta pertamanya datang kepadanya lagi. Dia sangat bahagia.

Lalu mereka berdua berpelukan dengan mesranya.

"Aku harus pergi." ucapnya setelah melepas pelukannya.

"Kemana? Katanya ga mau ninggalin aku lagi?"

"Aku harus pergi bersama orang lain." dia lalu berjalan menjauh.

"Kenapa? Kamu bohong kepadaku lagi?" pria itu tidak menjawab dan masih tetap berjalan. Menghampiri seorang wanita, juga sebayanya, yang tengah tersenyum kepada cinta pertamanya itu.

Masih dengan mata terpejam, Dea menitikkan air matanya. Sepertinya dia terbawa oleh mimpinya. Sedetik kemudian dia membuka matanya, masih dengan air mata yang jatuh. Dia tidak berniat untuk mengusapnya.

"Kenapa gue kepikiran Doni lagi? Kan itu udah lama banget."

"Kenapa juga gue nangis?" Dea menyentuh air matanya. Sejenak dia kembali mengingat mimpinya beberapa menit lalu. Tapi sedetik kemudian dia kembali keasalnya.

"Kenapa gue juga nangisin orang yang sebrengsek itu? Jahat! Sia-sia air mata gue ini ngalir buat nangisin dia." secepat mungkin dia meraih jam weker di nakas, disamping tempat tidurnya.

06.00

"Gue harus siap-siap pergi sekolah dan segera mungkin ngelupain mimpi tadi."

              ***

"Aku pulang dulu ya, De!" teriak Syila sambil melambaikan tangannya kearah Dean.

"Tau Dea ga? Dia ngilang!"

"Aku ga tau, udah daritadi ga keliatan!"

Dean terdiam.

"Yaudah, aku pulang dulu ya! Kalo ketemu Dea, bilang kalo Syila khawatir sama dia." Dean hanya mengacungkan jempolnya. Dan dibalas senyuman dari Syila.

Kemana lagi sih elo, De?

              ***

Sambil mengendarai motornya, Dean menerawang kedepan. Dengan kecepatan sedangnya, dia tengah mencari keberadaan Dea. Kenapa dia sangat tertarik pada Dea? Dia juga ga tau.

Kruukkk...

Seketika lamunannya tergantikan dengan tatapan terkejutnya. Cepat-cepat dia menyentuh perutnya.

"Saking seriusnya gue mikirin elo, De, gue sampai lupa kalo gue belum makan siang."

Dean menepikan motornya dan merogoh saku depannya. Tidak ada. Lalu dia beralih ke saku celananya. Juga tidak ada. Sedetik kemudian dia menepuk dahinya pelan. Dia lupa kalo uang sakunya tadi dia pinjamkan pada ketua kelas, buat iuran beli barang dikelas.

Dengan sangat terpaksa, dia kembali menghidupkan mesin motornya dan berjalan menuju arah rumahnya.

              ***

Cklek

"Yey!! Kakak pulang lebih awal! Aku seneng deh." lagi-lagi Nino berlari dan memeluk Dean dengan eratnya. Dan lagi-lagi Dean berusaha untuk melepasnya.

"Tapi Kakak pulangnya terlalu lambat. Padahal aku lho pengen nemuin Kakak dengan Kak Fila. Dia baru aja pergi."

Sekali hentakan pelukan itu dapat Dean lepaskan.

"Itu bukan urusan gue."

--------------***------------

DETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang