Part 52. Selamat Tinggal

750 22 6
                                    

Tante Sinta masih terdiam melihat gadis didepannya ini sedang memeriksa barang-barang yang akan ia bawa. Jujur, dia masih tidak rela melepaskan Dea. Tapi apa boleh buat, semua ini sudah menjadi keputusannya Dea.

"Tante, ayo berangkat!"

"Ah! Udah ya?" ucap Tante Sinta spontan.

Dalam diam, Dea berjalan pelan mendekati Tante Sinta dan menggenggam tangannya.

"Tante gausah terlalu mikirin Fila ya? Fila bakalan baik-baik aja kok." Dea tersenyum lembut. Dibalas senyuman lembut juga dari Tante Sinta, juga anggukan.

"Ayo Tante!" Dea sedikit menggeret Tante Sinta beserta kopernya, keluar rumah.

             ***

Di kelas itu sangat ribut. Penuh dengan suara gaduh. Ada yang asik main musik menggunakan alat seadanya, ada yang asik mengobrol plus menggosip, dan ada juga yang main ps.

Dan Dean malah hanya terduduk diam di kursinya sambil menatap kursi disampingnya itu. Sebenarnya Dean sedang main hp saat ini, tapi pikirannya mengarah ke gadis yang duduk di kursi yang tengah ia lihat sedari tadi.

Kemana lagi lo, De?

Dean geleng-geleng kepala, berusaha mengenyahkan pikiran itu karena itu hanya membuatnya pusing saja. Dan dia lebih memilih melihat hp nya dan mendengarkan lagu.

Sebentar Dean melihat kursi didepan sana.

Lo juga kemana sih, Syil? Gue ga liat lo sedari tadi. Cuma ada tas lo aja disana.

Dean menghembuskan napas kasar dan kembali fokus pada handphonenya.

              ***

"Na, kamu duluan aja ya! Aku mau ke kantin sebentar." gadis yang dipanggil 'Na' tadi tersenyum sebentar lalu meninggalkan Syila yang masih menatapnya jalan menjauh.

Ya, dia ingin ke kantin sebentar hanya untuk membeli minuman dingin disana. Untuk dirinya juga untuk Dean. Pasti Dean saat ini tengah duduk sendiri di kursinya sambil memikirkan keberadaannya Dea. Syila tau persis, sikap yang Dean kepada Dea udah berbeda dengan sikap Dean pada orang lain. Dan Syila yakin, pasti Dean menyukai Dea. Syila tersenyum sejenak.

"Bu, minuman dinginnya dua ya!"

"Baik non!"

Syila menunggu pesanannya itu dengan duduk disalah satu bangku disana yang berada di ujung. Dekat dengan pintu masuk kantin. Ya, saat ini kantin sangat ramai. Karena hari ini semua kelas jamkos.

Syila menunggu pesanan itu sambil mainin hp nya. Sekedar menghilangkan rasa bosannya. Jujur, dia juga sangat rindu pada Dea. Tidak hanya Dean.

Syila masih mainin hp nya, sejenak dia sedikit mendengar suara yang mengatakan tentang sahabatnya itu. Dea berhenti mainin hp nya dan melihat keadaan sekitar.

Terlihat disana dua orang guru tengah bercakap-cakap dengan asiknya sambil sesekali tertawa. Syila sedikit mendekat kearah sana hanya untuk mendengar pembicaraan mereka yang tadi sempat menyebut-nyebut nama sahabatnya.

"Iya, hebat banget ya jadi siswi itu."

"Dea ya maksud kamu? Anak kelas 12 itu?"

Syila membulatkan matanya. Benar, mereka membicarakan tentang sahabatnya.

"Iya, pasti orang tuanya bangga punya anak seperti dia."

"Ck! Dia itu yatim piatu. Orang tuanya udah ga ada."

"Hmm kasian ya dia."

"Iya, oh iya. Ngomong-ngomong, dia dapat beasiswa dimana?"

Apa? Beasiswa? Syila bakan tidak pernah tau kalo Dea dapat beasiswa.

DETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang