Part 49. Hari Kelima

286 12 0
                                    

Tok tok!

Seorang gadis disana tengah berguling-guling dibawah selimutnya. Dia sangat malas bangun hari ini. Padahal dia dengar, didepan sana ada seseorang tengah mengetuk pintu. Masa bodoh, pikirnya.

Tok tok!

Dea kembali berguling. Menarik selimutnya sampai mukanya. Dan akhirnya menutupi seluruh badannya.

"Dea! Bangun sayang! Ini Tante. Kamu hari ini ada jadwal apa? Inget-inget lagi. Jangan sampai telat!" Tante Sinta nekat berteriak didepan pintu.

Karena Dea yang sedari tadi sudah bangun, hanya saja dia malas, sejenak Dea berpikir.

Gue mau ngapain hari ini?

Dea masih berpikir dibalik selimutnya. Tapi rasa malasnya lebih besar. Jadi Dea memutuskan kembali memejamkan matanya.

"Tiket! Kamu lupa?!"

Seketika Dea berdiri dari tempat tidurnya, sebelum dia menepuk dahinya sendiri.

Sial! Gue lupa.

              ***

"Tante! Tunggu sebentar!" Dea tergopoh-gopoh mengikuti langkahnya Tante Sinta yang lumayan cepat hari ini.

Dengan keadaan Dea yang tengah mengambil sesuatu didalam tas kecilnya itu, dia lebih susah menyeimbangi langkah kakinya Tante Sinta. Dan alhasil, Dea lumayan tertinggal jauh.

Sebentar Tante Sinta menoleh kebelakang. Tepatnya kearah Dea yang tengah sibuk sendiri mencari sesuatu didalam tasnya.

Dengan cepat Tante Sinta berjalan berbalik.

"Ck! Kamu lama banget jadi orang! Entar kalo tiketnya habis gimana?"

Tante Sinta memarahiku habis-habisan. Sampai-sampai banyak orang berlalu lalang menatap kami heran. Tapi Tante Sinta tidal peduli, dia masih memarahiku. Dan anehnya lagi aku senang akan hal itu.

"Ya maaf Tante. Fila kecapekan."

"Terus tadi rogoh-rogoh tas cari apa?" Tante Sinta berkacak pinggang.

Dea terkekeh sebentar kemudian memperlihatkan benda yang sedari tadi ia cari saat dijalan.

"Ini Tante."

"Charge?"

Dea mengangguk dengan semangat.

"Kamu ga charge hp kamu dirumah kemarin?" Tante Sinta menyentuh kedua bahunya Dea.

"Ga Tante. Kemarin Fila keluar sebentar, Fila langsung tidur. Itupun sampai ga ganti baju." ucapnya santai. Dan tanpa ia ketahui, ternyata Dea tadi keceplosan.

"Apa? Keluar? Kemana? Sama siapa?"

Tuh kan! Tante Sinta malah bertanya macam-macam.

"Emm Fila..."

"Apa?" Dea bingung harus jawab apa. Ga mungkin kan dia bilang kalau dia kemarin dari rumah sakit? Dia ga mau bikin Tante Sinta khawatir. Lagian, penyakitnya juga hampir sembuh kok. Dia cuma harus lebih hati-hati.

Ting!

"Fila kemarin keluar sebentar cari makan, Tante!" Dea nyengir. Berusaha meyakinkan perempuan paruh baya didepannya itu.

"Masa cari makan sampai HP nya ga di charge?" Tante Sinta memicingkan matanya.

Duh! Gue harus jawab apa lagi nih?

Sejenak Dea melihat keadaan didepannya saat ini. Sudah sedikit orang yang mengantri didepan loket. Padahal tadi banyak banget.

Ting!

"Tante! Cepetan kita kesana yuk! Keburu habis tiketnya entar!" Dea buru-buru menarik Tante Sinta kearah antrian orang-orang itu.

Ya, ini udah bagus. Seperti ini aja.

Dea berlari sambil sesekali menengok kebelakang, tepatnya kearah 'Bundanya' ini.

Sejenak Dea menghembuskan napas leganya. Ya, dia senang. Dia senang karena Tuhan mempertemukannya dengan orang yang saat ini tengah ia genggam tangannya. Setidaknya Tuhan memberikannya 'teman' di dunia yang kejam dengannya ini. Padahal dulu Dea menganggap Tuhan sangat kejam padanya.

Dan maka dari itu juga, Dea tidak mau ada seorang pun tau kalau saat ini dia tengah 'sakit'. Ya, cukup dirinya dan Tuhan saja yang tau. Selain karena Dea tidak mau ada orang yang menganggapnya lemah, dia juga tidak mau orang-orang disekitarnya yang menyayanginya seperti keluarga, merasakan sakit. Dea tidak mau itu. Cukup dirinya saja yang merasakan sakitnya.

--------------***------------

DETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang