BRAK!!
"DEA!!!" dengan cepat Dean berlari kearah Dea yang saat ini tengah terbaring ditengah jalan dikerumuni banyak orang.
Dean berusaha menepikan orang-orang yang menghalangi jalannya menuju posisi Dea. Dan akhirnya Dean sampai pada Dea yang matanya masih terbuka. Menatap sayu padanya.
Darah mengalir dari pelipisnya. Dean menangis. Dia tidak tega melihat keadaan Dea saat ini. Dea yang biasanya memberi tatapan datar padanya, gadis kuat, tapi berbeda dengan saat ini. Dea menatapnya sayu, dia terlihat lemah dengan darah yang terus mengalir itu.
"D-De..." Dean memegang kepalanya Dea dan ia taruh dipahanya sebagai bantalan.
"De, bangun De!"
Dea menggeleng pelan.
"Biarkan gue pergi..." ucapnya lemah.
Dibalas dengan gelengen cepat dari Dean.
"Ga De! Lo ga boleh pergi!"
Dea masih tersenyum lemah dan lambat laun mata kecil itu tertutup pelan.
"DEA! BANGUN DE!!"
***
Tit tit tit
Saat ini Dean tengah duduk dikursi tunggu rumah sakit. Dia tengah menunggu gadis yang ia tunggu sedari tadi. Cukup lama ia menunggu. Jujur, ia takut terjadi apa-apa pada gadis itu. Ya, gadis yang ia suka. Sekarang ia percaya itu.
Berkali-kali Dean bergumam. Merutuki dirinya karena dia lah semua ini terjadi. Jika dia tidak berusaha mengejar Dea tadi, Dea tidak akan sampai kecelakaan kayak gini.
"De! Dimana Dea?" seorang perempuan berkacamat disana tengah berlari menuju Dean dan duduk disana. Menyentuh bahu pria pelan.
"Dia didalam." jawabnya pelan.
"Ini semua salah gue, Syil! Gue penyebab Dea kecelakaan kayak gitu!" Dean menggaruk rambutnya frustasi.
"Sstt!! Bukan. Bukan salah kamu kok, De. Itu semua sudah ditakdirkan sama Tuhan." Syila berusaha menenangkan Dean.
"Ga Syil! Jika gue ga ngejar Dea kayak tadi, Dea ga akan terbaring lemah disana!"
Syila terdiam. Dia bingung harus bagaimana.
"Nak Syila?" seorang wanita paruh baya bersama anak laki-lakinya berjalan mendekati Syila dan juga Dean.
Dean terkejut melihat kedatangan orang yang ia benci.
"Tante..." lalu Syila menyalimi tangannya Tante Sinta.
Syila mempersilakan Tante Sinta untuk duduk ditempatnya tadi, karena Syila ijin ke toilet bentar.
Suasana hening menyelimuti mereka bertiga. Tante Sinta yang bingung harus bicara apa dan Dean yang memang sudah diam dari tadi. Tidak berniat berbicara. Apalagi dengan dia.
"Mama mama! Kak Fila nya mana Ma? Katanya kita mau ketempatnya Kak Fila."
"Sstt!! Jangan teriak-teriak, sayang. Kak Filanya lagi tidur didalam. Dia sakit."
"Dimana Ma?"
"Itu didalam sana." Tante Sinta menunjuk ruangan tempat Dea berbaring. Dean yang tau akan hal itu seketika menoleh ke Tante Sinta.
"Apa maksudnya?" tanyanya.
"Hm?" Tante Sinta masih belum mengerti apa yang dimaksud Dean.
"Fila... Siapa dia?"
"Fila? Dia gadis yang suka belajar bareng Nino." Tante Sinta sempat terkejut karena tidak biasanya anaknya yang satu ini bertanya padanya.
"Bukan itu, maksudnya...Fila itu, nama lengkapnya siapa?" Dean benar-benar penasaran. Kalau dipikir-pikir lagi, buat apa ibu tirinya ini datang kemari?
"Fila ya? Emm... Bentar Mama inget-inget dulu."
Deg deg
"Oh iya, namanya Dea Syafila. Iya!"
Dan ternyata benar. Fila yang dimaksud mama tirinya itu adalah Dea, gadis yang Dean sukai.
Jadi, Dea selama ini kerja dirumahnya juga? Kenapa sepertinya Dea kayak nanggung semuanya gitu?
"Kasihan Fila, dia udah ga punya orang tua. Jadi Mama menganggapnya sebagai anak mama sendiri. Dan dia seneng."
"Maksudnya?"
"Iya, Fila yatim piatu. Dia menghidupi kehidupannya sendiri. Sekolah, makan, semua ditanggungnya sendiri."
Berbagai masalah ia lalui sendiri? Tanpa teman?
Seketika Dean teringat ucapannya Dea tempo hari.
"Seharusnya elo peduli pada orang disekitar elo yang masih sayang sama elo. Bukannya ke gue."
Jadi yang ia maksud selama ini, Tante Sinta? Tante Sinta yang udah peduli sama gue.
"Elo punya orang yang masih peduli sama elo itu udah bagus."
Seketika Dean menangis. Dia tidak menyangka, selama ini dia tidak memandang semuanya. Dia melihat dirinya sendiri. Kehidupannya sendiri. Sampai-sampai dia tidak tau siapa saja yang sudah peduli sama dia.
"Eh De, kenapa nangis?" Tante Sinta yang melihat Dean menangis khawatir sendiri.
"Tante, maafin Dean ya! Dean udah jahat sama Tante. Sama Nino juga."
Tante Sinta ikutan menangis.
"Ga papa, Tante ngerti kok kamu bersikap kayak gitu. Tante paham kalo kamu masih belum bisa nerima kehadiran Tante dikeluarga kamu." mereka berdua berpelukan. Layaknya anak dengan ibunya.
"Dean janji, Dean akan berusaha menganggap Tante, Mama Dean sendiri."
Tante Sinta tambah menangis. Dia terharu.
"Terima kasih Dean, sudah mau mencoba nerima Tante."
Saat kedua orang itu masih berpelukan sambil menangis, tiba-tiba pintu ruangannya Dea terbuka.
Sontak kedua orang itu berdiri.
"Gimana keadannya Dea, Dok?"
Sebentar Dokter itu saling pandang dengan Suster disampingnya.
"Begini, pasien mengalami koma karena benturan dikepalanya cukup parah."
"Apa?!"
--------------***------------
KAMU SEDANG MEMBACA
DE
Teen Fiction"Cinta? Huh! Rasanya mustahil sekali bagiku. Sesuatu yang ga berguna, yang membunuhku perlahan. Memikirkannya saja aku tidak pernah, bahkan aku tidak ingin memikirkannya." Dea, siswi cantik yang duduk di bangku SMA itu sudah merasakan pukulan dunia...