Part 16. Gawat!!

544 21 0
                                    

"Hiks hiks, lepasin gue..."

Seketika Dean terbangun dari tidurnya, karena mendengar suara tangisan seseorang.

Ternyata Dea?

"De! Bangun De." Dean menggoyangkan tubuh Dea pelan. Dan seketika Dea membuka matanya, masih dengan air mata yang jatuh di pipinya. Cepat-cepat dia usap air mata itu, dan beranjak ke duduk.

"Akh!" ringkihnya saat akan duduk. Tapi dengan sigap, ditolong oleh Dean. Saat posisinya sudah benar-benar duduk, Dea menepis tangannya Dean.

"Gue dimana ini?"

"Elo di rumah sakit."

"Lho? Kok?..."

Dea ingat, dia terakhir kali sadar saat dia berada di taman belakang sekolah. Tapi kenapa dia tiba-tiba ada dirumah sakit? Siapa yang membawanya?

"Gue yang bawa elo kerumah sakit. Gue tadi liat elo pingsan di taman belakang sekolah. Pertama gue kira lo tidur, eh tapi ga taunya saat gue panggil elo ga jawab. Dan gue goyangin tubuh elo juga ga ada respon."

Dea diam mendengarkan.

"Kenapa lo nangis?" tanya Dean setelah sekian lama hening.

"Siapa yang nangis?" elak Dea.

"Elo lah! Kedengeran kali."

Dea diam sejenak. Dia tidak tau harus jawab apa. Tapi wajahnya masih saja datar. Tidak senyum sama sekali.

"Ga usah ngurusin gue."

"Kenapa lo dingin banget sih sama gue?" setelah sekian lama akhirnya kalimat itu terucap dari mulut Dean.

"Bukan, bukan sama gue aja. Tapi sama Syila, juga sama semua orang. Kita tuh peduli sama elo tau ga!" emosi Dean mulai tidak stabil.

"Apa hak lo nanya privasi gue?"

"Gue peduli sama elo."

"Jangan peduliin gue. Peduliin orang-orang disekitar elo yang bener-bener sayang sama elo. Dan itu bukan gue." setelah mengucapkan kalimat itu, Dea berusaha meninggalkan Dean yang tengah melamun dengan jalan yang sedikit tertatih dan perut yang bener-bener butuh diisi.

             ***

Diperjalanan pulang, Dea menerawang kedepan. Kembali memikirkan mimpinya tadi.

Kenapa gue sering ngimpiin Doni sih? Udah dua kali lho.

Saat Dea masih melamun kedepan, tiba-tiba terdengar suara chat dari seseorang. Dengan malas dia membuka handphonenya dan memeriksanya.

Oh! Dari Tante Sinta. Kenapa?

Dea membuka isi chat itu.

"La, pulang sekolah kamu datang kerumah Tante ya! Makan bareng Tante, sama Nino juga. Katanya dia kangen kamu."

Dea tersenyum melihat isi chat itu. Ternyata masih ada yang peduli sama dia.

Tante Sinta tau aja kalo perut gue perlu diisi.

Dea berjalan senang menuju kerumahnya Tante Sinta. Tapi lima detik kemudian dia menyadari sesuatu.

"Tante, dirumahnya Tante ada siapa saja?"

Dea mengirim pesan itu dengan cepat. Dia berharap kalau dirumah Tante Sinta hanya ada Tante sama Nino doang.

Ting

Dengan cepat Dea membuka chat tersebut.

"Cuma ada Tante sama Nino doang. Kenapa emangnya?"

Dea menghembuskan napas lega setelah tau kalo dirumahnya Tante cuma ada dia dan Nino.

"Ga ada apa-apa kok, Tan. Fila akan kesana."

              ***

"Makan yang banyak dong!"

Dengan ragu-ragu Dea mengambil makanan sedikit lebih banyak.

"Jangan sungkan-sungkan dong, anggap aja rumah sendiri. Kan kamu udah Tante anggap putri sendiri."

Dea tersenyum tulus.

"Makasih ya, Tante. Untuk makanannya dan perhatiannya."

"Sama-sama, De. Lagipula Tante juga senang kok udah anggap kamu putri Tante sendiri."

Dea tersenyum lalu melanjutkan makannya.

Sekitar 30 menit setelahnya, dan makanan Dea udah hampir habis, terdengar suara bel pintu. Yang menandakan sedang ada orang datang.

Seketika Dea menghentikan makannya dan melihat kearah pintu.

"Siapa ya, De?"

Dea menggeleng dengan gugupnya.

Gawat kalo itu, Dean.

"Yaudah, kamu lanjut aja ya makannya. Tante buka pintunya dulu."

Tante Sinta beranjak dari duduknya dan berjalan kearah pintu.

--------------***------------


DETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang