"De! Lempar sini!!"
Dengan cepat Dea melemparkan bola itu. Dan dengan cepat juga bola tadi diterima dan dimasukkan ring.
Prriiiittt!!
"Yeyyy!!! Hebat lo, De!" seketika semua teman sekelasnya Dea, terutama yang cewek datang berhamburan kearah Dea. Saling mengucapkan selamat.
Dea menyambut berbagai uluran tangan itu dengan kikuk. Sebentar dia menggaruk tengkuknya sendiri.
"Hahaha!! Makasih. Tapi sebenarnya yang hebat tuh bukan gue. Tapi tuh!" Dea menunjuk Syila dengan dagunya.
"Lho? Kok--."
"Iya! Bener kata Dea!! Kan yang masukin bolanya tadi Syila!" seperti sebelumnya. Anak-anak cewek tadi berlari kearah Syila dan memberinya selamat.
"Hebat kalian berdua. Jadi iri gue." Dean tiba-tiba datang dari kerumunan para cewek.
"Hahah bisa aja kamu." Syila memukul bahunya Dean pelan. Dan mereka berdua tertawa bersama.
Dea yang melihat itu juga ikutan tertawa. Tepatnya tertawa bahagia.
Gue bahagia jadi sahabat kalian berdua. Gue seneng.
***
Krek
"Syil!"
"Woi!!" saking kagetnya. Buku yang akan Syila masukan kedalam lokernya sampai jatuh semua. Sebentar ia membenarkan letak kacamatanya sebelum mengambil buku-buku itu. Dengan cepat Dea membantunya.
"Hehehe maaf ya. Ini!" Dea memberikan buku yang baru ia pungut itu dan diterima oleh Syila. Lalu kembali dimasukkan kedalam loker.
"Oh iya, kamu tadi kenapa ngagetin aku kayak gitu? Mau ada yang diomongin?"
Dea menjentikkan jarinya. Karena sebelumnya dia memang lupa.
"Oh iya, gue mau ajak lo jalan." ucap Dea santai.
"Lho? Kok--."
"Sebagai hadiah dari kemenangan lo tadi." lanjut Dea sambil nyengir.
"Ck! Kamu kayak Dean ah! Suka banget nggoda orang."
"Kan ini emang gue." ucap Dea percaya diri.
"Gimana?" lanjut Dea lagi.
"Lha? Kamu ga sedang bercanda?" Syila membenarkan letak kacamatanya.
"Lha? Jadi daritadi lo anggep gue bercanda gitu? Ya ga lah!" Dea tertawa keras.
"Tapi... Kok tiba-tiba sih?" Syila masih heran.
"Lha? Jadi lo ga mau nih? Jarang-jarang lho gue mau ajak jalan orang. Lo yang pertama." Dea berniat berpura-pura beranjak dari sana. Tapi seketika berhenti ketika terdengar suara teriakan dari arah belakang.
"Oke! Aku mau jalan sama kamu!!" tanpa Syila tau, Dea tersenyum puas akan hal itu.
Kayaknya yang ini juga bakal lancar deh. Ck! Emang hebat lo, De. Batin Dea percaya diri.
***
"Disini?"
Dea mengangguk kikuk. Sedikit bingung memang.
"I-iya."
"Kamu juga suka sama fashion?" Syila bertanya dengan mata yang berbinar.
"Ga juga sih."
Syila diam sejenak. Benar juga sih, Dea mana suka sama yang namanya fashion? Dia aja pakaiannya ga nurut fashion kok. Liat aja sekarang, Dea hanya memakai kaos oblong polos, celana jeans, dan sneakers. Itu pun dia juga memakai jaket favoritnya.
Sebentat Syila geleng-geleng kepala sendiri. Merasa heran dengan fashionnya Dea.
"Bener juga kamu, De." gumam Syila. Masih menatap Dea dari atas ke bawah.
"Ha? Ngomong apa lo?"
"Ah ga!" Syila tertawa keras.
"Ayo masuk! Katanya mau ajak aku jalan-jalan." tanpa meminta persetujuan Dea, Syila dengan cepat meraih tangannya Dea, menggenggamnya dan menariknya kedalam.
***
"Lo pilih sesuka lo aja. Entar gue yang bayarin." ucap Dea santai masih memasukkan tangannya kedalam saku jaketnya. Dea tengah berdiri sambil memandang cuek kearah Syila yang sepertinya sangat antusias.
Dea heran, kenapa semua perempuan suka fashion? Seperti Tante Sinta dan Syila saat ini. Padahal dirinya aja ga. Ga pernah memikirkan itu malah.
"Udah De."
"Ha? Apa?" ucap Dea kaget. Sepertinya dia habis melamun.
"Iya, aku udah dapetin bajunya. Sekarang kamu tinggal bayarin di kasir sana gih!" Syila menunjuk kasir yang antreannya lumayan panjang.
Dea mengagguk dengan lemas dan berjalan kearah sana.
Sesekali Syila terkekeh sendiri karena kelakuannya Dea. Dea sedari tadi dengan tidak sabarnya menunggu antrean. Sampai-sampai Dea harus berkali-kali melihat antrean didepannya.
Sejenak Syila mengedarkan pandangannya pada pusat berbelanjaan ini. Dea sangat baik sampai-sampai mau membelikannya pakaian. Dapat uang darimana dia? Kadang-kadang Syila kasihan sendiri karena Dea adalah yatim piatu.
Syila membulatkan matanya ketika matanya tertuju kepada area tempat penjualan pernak-pernik disana. Cantik sekali. Tanpa sadar, Syila berjalan kearah sana dan berniat membelinya beberapa.
***
"Syil? Syila?" Dea berkeliling mencari keberadaannya Syila. Dea panik sendiri. Bukannya tadi Syila sedang menunggunya dibelakang? Tapi ini? Dia menghilang tiba-tiba.
Dea terus berkeliling. Sampai-sampai ada sebuah pemandangam yang menarik hatinya. Disana tengah ada seorang ahli sulap menunjukkan sulapnya. Tanpa sadar, Dea berjalan kearah sana.
Dea berhenti sejenak melihat trik-trik sulap didepannya itu. Dea tersenyum seketika. Sudah lama dia tidak melihat pertunjukkan seperti ini.
Tiba-tiba Dea merasakan sepasang tangan kecil menutupi kedua matanya. Dengan sigap Dea melepasnya dan berbalik badan.
"Ngapain kamu disini? Suka ya?" Syila nyegir ga jelas.
Tuk!
"Aw! Sakit ta--."
"Lo kemana aja sih?! Bikin orang khawatir aja. Gue udah cari lo muter-muter daritadi. Sampai-sampai gue capek nih." dengan kasar Dea melepaskan jaketnya dan memegangnya kuat.
"Kenapa lo senyum-senyum?" tanya Dea ketika melihat Syila yang tengah tersenyum-senyum.
"Ga! Ga papa kok." masih dengan senyum yang berusaha ia tahan.
Ternyata dugaan aku bener kan? Kalo kamu ga sedingin keliatannya. Kalo kamu peduli sama yang lainnya juga. Gue seneng.
"Ayo pulang!"
"Lho? Kok cepet banget?" Dea terheran sendiri melihat gadis didepannya itu. Bukannya setiap cewek suka belanja ya?
"Aku capek, De. Kita pulang aja, ya!"
Dea berpikir sejenak.
"Yaudah, kita pulang sekarang." Dea berjalan duluan meninggalkan Syila yang berdiri diam disana.
"De?" Dea berbalik. Menatap Syila bingung.
"Apa?"
"Makasih atas semuanya. Kamu sahabat aku yang paling baik." Syila tersenyum damai.
Tanpa sadar Dea juga ikutan tersenyum.
"Lo juga."
--------------***------------
KAMU SEDANG MEMBACA
DE
Teen Fiction"Cinta? Huh! Rasanya mustahil sekali bagiku. Sesuatu yang ga berguna, yang membunuhku perlahan. Memikirkannya saja aku tidak pernah, bahkan aku tidak ingin memikirkannya." Dea, siswi cantik yang duduk di bangku SMA itu sudah merasakan pukulan dunia...