Setelah beberapa hari Dea dirawat dirumah sakit, akhirnya dia diperbolehkan pulang. Dan kali ini dia pulang dirumahnya Tante Sinta. Dan Tante Sinta seneng banget akan hal itu.
"Aduh aduh, Fila. Jangan angkat-angkat barang dulu, ya! Kamu kan baru sembuh. Biar Dean aja ya yang angkat."
Dea ingin menyangkal itu. Tapi saat dia akan membuka mulutnya, Tante Sinta lebih dahulu membuka mulutnya.
"Dean!" teriaknya.
"Ada apa, Ma?!" Dean juga ikutan teriak karena saat ini Dean masih berada diluar. Didalam mobil. Sedangkan Tante Sinta, Dea, dan juga Nino sudah berada didalam rumah.
"Kamu bantu angkat barang-barangnya Fila juga ya! Kan dia baru sembuh."
Dean datang dengan tergopoh-gopoh.
"Siapa, Ma?"
"Ck! Fila. Kamu sekalian bawa barang-barangnya ke dalam kamar tamu ya! Kan dia baru sembuh."
Dean diam sejenak. Siapa Fila? Tiga detik kemudian dia ingat. Dia memukul keningnya sendiri.
"Ma, lain kali jangan manggil Dea, Fila ya! Dean ga suka."
"Lho, kenapa? Mama suka kok. Nino juga suka. Iya kan, Nino?"
Nino mengangguk antusias.
Dea yang melihat pertengkaran kecil itu hanya tersenyum kecil. Dia senang keluarga ini dapat harmonis seperti yang Tante Sinta harapkan. Tapi sedetik kemudian, Dea ingat Bundanya.
"Lho, kenapa Fila diam aja sih? Sana ikut Dean kekamar kamu!"
Dea mengangguk dan berlari kecil mengejar Dean yang sepertinya sedikit kesulitan membawa barang-barangnya.
"Sini gue bantu!" Dea hendak merebut salah satu tas yang dibawa Dean disana, tapi dilarang oleh Dean.
"Ga usah. Kan elo baru sembuh. Lagi pula, kalo Mama sampai tau kalo putrinya yang baru sembuh ini suruh angkat-angkat barang, bisa-bisa gue kena omelannya lagi."
Dea terkekeh akan ucapannya Dean itu. Sejenak Dean terpukau akan wajahnya Dea yang entah mengapa keliatan lebih cantik dari biasanya. Apalagi saat tersenyum kayak gini.
"Woi Dean!!"
"..."
Dea menepuk bahu Dean cukup keras.
"Woi! Ngelamunin apa sih? Ngelamunin gue ya?" goda Dea.
"Ck! Kepedean sumpah." Dean cepat-cepat berjalan meninggalkan Dea yang tengah tertawa disana. Dean tidak mau kalau Dea sampai tau saat ini mukanya tengah memerah menahan malu karena tertangkap basah.
***
Cklek
"De?"
Tidak ada sahutan. Tapi sebuah suara yang lumayan berisik didalam sana membuat Dea memberanikan dirinya untuk masuk kamar itu lebih dalam.
"Dean?" Dea masih terus berjalan kesumber suara. Dan disana terdapat Dean yang tengah asik bermain ps. Dan Dea duduk disana sambil melihat layar monitor didepannya itu.
"Ya Tuhan, Dea! Bikin kaget aja tau ga!" Dean kaget karena tiba-tiba terdapat seseorang tengah duduk disampingnya sambil melihat layar monitor didepannya itu. Sampai-sampai Dean melemparkan stik psnya.
Dea terkekeh melihat kelakuan Dean itu.
"Ternyata elo juga suka main ps?"
Dean kembali mengambil stiknya tadi dan kembali melanjutkan permainannya yang sempat tertunda.
"Juga? Emang lo juga suka main ps?" sebentar Dean menoleh kearah Dea. Tapi selanjutnya Dean kembali menatap layar monitor itu.
"Suka banget malah. Asal lo tau, gue jago main ps. Apalagi kalo soal fighting yang kayak lo mainin sekarang."
Dean berdecak pelan.
"Ga percaya nih? Mau gue buktiin?" Dea lumayan tersulut emosi.
Tanpa jawaban dari Dean, Dea mengambil stik yang lainnya disana dan mengeluarkan game yang sedang Dean mainkan itu dan kembali memasukkannya kebagian awal.
"Kok lo keluarin sih? Padahal gue hampir menang!"
Dea berdecak pelan.
"Yaelah, menang dari monitor aja bangga. Level easy lagi."
"Elo nantangin gue?" Dean mulai marah. Tapi dia tidak dapat menyembunyikan senyumnya disana. Menurutnya, malam ini Dea keliatan lucu.
"Daritadi kali."
"Oke ayo! Gue terima tantangan elo. Kita buktikan, siapa yang lebih hebat dari kita." ucap Dean percaya diri.
"Oke! Siapa takut!"
Lalu mereka berdua bersama-sama menghabiskan malam itu dengan main ps bersama. Tak lupa diiringi gelak tawa dari Dea, karena berkali-kali Dean mengalami kekalahan dari Dea. Dan Dea berkali-kali mengolok-ngolok Dean atas kekalahannya itu.
--------------***------------
KAMU SEDANG MEMBACA
DE
Teen Fiction"Cinta? Huh! Rasanya mustahil sekali bagiku. Sesuatu yang ga berguna, yang membunuhku perlahan. Memikirkannya saja aku tidak pernah, bahkan aku tidak ingin memikirkannya." Dea, siswi cantik yang duduk di bangku SMA itu sudah merasakan pukulan dunia...