Saat jam makan siang seperti ini, kantin sangat ramai. Padahal kantin ini begitu luas dan besar.
Sudah hampir 3 menit Jungkook mengelilingi kantin luas ini, tapi ia belum juga menemukan meja yang kosong. Sampai ada seorang gadis tengah melambaikan tangan kearahnya.
“Jungkook-ah!!” teriak gadis itu dengan riangnya.
Tak ada pilihan lain, Jungkook lalu menghampirinya dan duduk di bangku kosong di hadapan gadis ‘riang’ itu. Atau dalam bahasa inggrisnya, Joy. Ya. Di hadapan Joy.
Jungkook dan Joy memang sudah berkenalan saat mereka di kelas seni lukis tadi pagi.
Jungkook bukannya tidak suka pada Joy. Tapi baru kali ini ada anak perempuan yang mau berteman dengannya. Di Gwinam, dia dikenal sebagai ‘anak mama’, karena itulah tidak ada yang mau berteman dengannya, apalagi seorang perempuan yang mendekatinya.
Jungkook masih diam, memasang wajah datar tanpa melihat Joy sedikitpun, ia sangat sangat canggung dengan keadaan yang seperti ini.
“kau kenapa? Kau..tidak suka makan denganku, ya?” tanya Joy setelah menyadari ekspresi Jungkook.
“Eo? Aniya...aku suka.”
“Lalu..kenapa kau diam saja daritadi? Tidak apa apa.. jika kau merasa tidak nyaman, aku bisa pergi.” Saat Joy hendak beranjak dari duduknya, Jungkook langsung menahan tangannya. Namun sedetik kemudian, Jungkook terkejut dan langsung melepaskan tangannya dari tangan Joy. ‘Kenapa aku memegang tangannya?!’ Jungkook mendadak gugup setengah mati.
“Eo...bu..bukan seperti itu.. kau tidak perlu pergi. Aku..aku hanya merasa canggung.”
Joy kembali duduk, “canggung kenapa?”
“karena...kita baru saja kenal. Jadi..aku tidak tahu harus membicarakan apa.” jawab Jungkook dengan hati hati. Ia tidak mau Joy merasa tersinggung.
Namun bukannya tersinggung, Joy malah tertawa, “kau tidak perlu canggung karena hal itu, Jungkook. Baiklah, kalau begitu, aku yang akan bicara.”
Joy lalu bercerita tentang dirinya yang sangat suka melukis, tentang betapa ia mengagumi orangtuanya, tentang ia yang sangat suka menonton anime saat kecil dulu, tentang ia yang selalu mendapat juara 1 saat sekolah dasar, dan tentang alasan ia bersekolah di Sekolah Kepribadian ini, yaitu karena keinginan orangtuanya. Joy dididik tegas dan disiplin oleh orangtuanya, dan orangtuanya berharap di sekolah ini, ia bisa mendapat ilmu baru dan menjadi anak yang lebih baik lagi. Dan Joy pun menuruti permintaan orangtuanya itu tanpa ada rasa terpaksa sedikitpun.
“kau tahu? Sebenarnya aku ini anak yang sangat pemalu.”
Jungkook langsung menghentikan kunyahannya dan menatap Joy dengan tatapan tak percaya.
“Kau pasti tidak percaya. Sebelumnya.. aku tidak pernah bertingkah seperti ini pada orang yang baru kukenal. Aku cenderung menunggu orang untuk menghampiri dan mendekatiku.” tiba tiba Joy menatap Jungkook serius, “tapi setelah bertemu denganmu tadi pagi dan tahu bahwa kau juga suka melukis... Aku jadi suka padamu.”
Seketika Jungkook merasakan pipinya mulai panas dan perlahan mulai memerah. Ia bahkan belum pernah punya teman perempuan, tapi sekarang, malah ada seorang perempuan yang mengungkapkan perasaannya secara langsung, perempuan yang baru saja ia kenal beberapa jam yang lalu.
Dalam keadaan absurd seperti ini, Jungkook benar benar tidak tahu harus berbuat apa.
‘Apa aku pura pura mati saja?’
‘Apa aku harus melakukan kissing scene seperti di drama yang sering ditonton ibu?’
‘Ah, tidak! Itu malah akan membuatku jadi pria murahan.’
Begitulah kira kira pikiran konyol yang mendadak masuk ke otak Jungkook.
“Kau..su..suka..padaku?” Jungkook memberanikan diri untuk mencoba meyakinkan Joy bahwa cinta pandangan pertama itu tidak pernah bertahan lama.
“Ya! Aku suka padamu..”
Jungkook menurunkan bahunya. Ia tidak menyangka Joy benar benar yakin dengan perasaannya.
Joy melanjutkan, “aku sangat suka memilki teman yang mempunyai hobi sama denganku. Karena kita bisa sharing dan bertukar pengalaman. Dari dulu aku ingin sekali memiliki banyak teman yang sehobi denganku. Dan aku harap disini, aku punya lebih banyak teman lagi, teman sepertimu.”
Kata ‘teman’ seakan diteriakkan di telinga Jungkook. Ia kemudian menghela napas selega mungkin. Ia sangat lega karena tidak perlu berpura pura mati atau melakukan kissing scene dengan Joy. Ia langsung melahap habis makan siangnya.
“Jungkook-ah, bagaimana denganmu? Apa alasanmu datang ke sekolah ini?”
Jungkook lagi lagi menghentikan kunyahannya, kini, entah kenapa sorot mata Jungkook menjadi redup.
Joy menunggu jawaban Jungkook cukup lama sampai akhirnya bel berbunyi lagi. Jam makan siang sudah berakhir.
Jungkook lalu bangkit dan mengangkat nampan makan siangnya, “Aku harus cepat ke kelas Biologi. Jadi, aku..duluan.” Sebelum berbalik, Jungkook menatap mata Joy, “Terimakasih..Joy.” Jungkook tersenyum, lalu pergi.
Begitu bahagianya Joy saat ini. Sejak pertama mereka bertemu, kini Jungkook akhirnya memanggil namanya dan tersenyum padanya. Pikiran Joy yang mengatakan bahwa Jungkook adalah pria yang dingin dan tertutup seketika sirna. Sekarang ia yakin, Jungkook pasti orang yang sangat menyenangkan.
----
“..pasti orang yang sangat menyenangkan.”
Kayak pernah dengar kata kata itu(?)
Yap! Itu juga pernah dikatakan oleh Jisoo tentang Taehyung dan Jimin.
Kenapa mereka sama sama berpikir bahwa anak anak pindahan itu orang yang menyenangkan, ya?
Menurut kalian gimana?
Apa mereka semua akan menjadi orang yang menyenangkan? Khususnya, Taehyung dan Jimin..
Bagaimana caranya?
*apaan sih min kok gaje?*
Hehehe maap minmin lagi suntuk nih:D
Btw makasih yaa yang sudah baca..
Masih menerima kritik dan saran loh:)
Pantengin terus kisahnya ya gaes…Gomawo chingu~
KAMU SEDANG MEMBACA
Look Here
FanfictionLima anak laki-laki dengan kepribadian yang berbeda akan dipindahkan ke sebuah sekolah unik yang akan mengubah hidup mereka. Taehyung, anak yang suka bermain dan selalu menjahili teman temannya. Jimin, tidak punya impian dan hanya ingin bersenang se...