Seulgi’s pov
Jam sekolah telah berakhir. Tiap detik, menit, jam, seolah benar benar berjalan begitu cepat. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Apa aku menyerah saja tahun ini? Tapi orang orang pasti akan kecewa padaku. Rasanya aku ingin menghilang saja dari dunia ini. Kenapa setiap hari malah semakin memberatkan?
Author’s pov
Bagaimana tidak? Perlombaan seni akan diadakan 4 hari lagi. Sementara Seulgi, yang menjadi perwakilan di lomba tari, masih belum siap untuk mengikuti lomba itu. Ini memang bukan pertama kalinya Seulgi menjadi perwakilan. Selama Sekolah Kepribadian berdiri, dan selama dirinya bersekolah disini, Seulgi sudah tiga kali menjadi perwakilan. Dan walaupun hanya mendapat juara 3, Seulgi bisa merasakan nama Sekolah Kepribadian ini perlahan menjadi lebih baik di mata sebagian masyarakat umum.
Dan sekarang, nama Sekolah Kepribadian lebih terkenal lagi dan banyak yang telah menilai bahwa selain kelas seni lukis, pengajaran di kelas seni tari Sekolah Kepribadian juga adalah yang terbaik. Masyarakat bahkan mengakui bahwa murid murid hebat dari Sekolah Kepribadian berasal dari murid kelas seni tari. Dan itu jugalah yang membuat para orangtua, kini, berbondong bondong memasukkan anak mereka ke Sekolah Kepribadian, bahkan tanpa pikir panjang, mereka langsung menyetujui jika pihak sekolah anak mereka ingin mentransfer anaknya ke Sekolah Kepribadian.
Dan semua itu, salah satu penyebabnya datang dari seorang murid yang pernah belajar di Sekolah Kepribadian tahun lalu. Dia membuat nama Sekolah Kepribadian melejit setelah ia menjadi perwakilan perlombaan seni di bidang tari. Namanya Kai. Lelaki asal Suncheon itu memang memiliki bakat luar biasa di bidang tari. Dan saat ia mengikuti perlombaan seni tahun lalu, ia telah mengukir sejarah baru bagi Sekolah Kepribadian. Ia berhasil meraih juara 1 di perlombaan itu dengan tarian yang membuat takjub seluruh masyarakat Korea Selatan. Hal itu juga membuat nama Sekolah Kepribadian menjadi perbincangan di seluruh penjuru kota. Dan itu adalah pertama kalinya Sekolah Kepribadian meraih peringkat pertama darii setiap perlombaan yang diikuti.
Memang itu termasuk prestasi besar bagi Sekolah Kepribadian, namun kini bagi Seulgi, itu merupakan beban besar. Bukannya iri ataupun tidak senang dengan kebaikan untuk sekolahnya itu. Tapi Seulgi yang menjadi perwakilan tahun ini, merasa memiliki tanggung jawab besar untuk Sekolah Kepribadian. Tidak mungkin di saat sekolahnya ini sedang gemilang, kemudian dia datang dan merusaknya.
Seulgi memang murid terpintar di kelas tari. Tapi ia tidak sehebat Kai. Walaupun tak ada yang mengatakan apapun padanya, namun ia tahu bahwa semua orang menaruh harapan besar padanya agar bisa seperti Kai di perlombaan tahun ini.
Hal itu malah membuat Seulgi tidak percaya diri. Ia juga jadi merendahkan kemampuannya sendiri. ‘Bagaimana jika aku mendapat juara 3 lagi? Atau yang lebih parah, bagaimana jika aku tidak mendapat juara berapapun?’. Kalimat itulah yang selalu menggema di pikiran Seulgi akhir akhir ini.
Langkah Seulgi menjadi gontai setelah memikirkan itu semua. Semangatnya sudah benar benar hilang. Ia terus menundukkan kepalanya dengan lesu hingga ia menabrak seseorang yang ada di depannya.
Seulgi tersentak, “Ma..” Seulgi menggantung ucapan ‘maaf’nya setelah melihat orang yang ia tabrak barusan adalah orang yang sangat tidak pantas untuk dimintai maafnya. Siapa lagi kalau bukan orang yang sangat ia benci. Yap! Park Jimin.
Tanpa melanjutkan kalimat ‘maaf’nya, Seulgi langsung berlalu di samping Jimin.
Namun, Jimin yang tidak terima dengan sikap Seulgi sontak berteriak, “Hei! Kau tidak akan meminta maaf padaku?!”
Seulgi menoleh ke arah Jimin dan menjawab dengan singkat, “Tidak.”
“Hei! Kau barusan menabrakku! Bagaimana jika aku terjatuh dan terluka? Apa kau selalu merasa tidak bersalah seperti ini pada semua orang?”
“Aku tidak akan pernah meminta maaf pada dirimu. Dan sebelum kau mengatakan hal itu, berkacalah pada dirimu sendiri!”
“Apa maksudmu?!”
Seulgi mendesah kasar, “Orang yang tidak punya rasa bersalah itu adalah dirimu!”
Jimin mengernyit, dan sesaat kemudian ia mengerti apa maksud Seulgi. “Kau..masih marah padaku..karena aku menghina tarianmu?”
Seulgi tak menjawab, dan berniat pergi meninggalkan Jimin karena ia kini sudah sangat kesal.
Namun, Jimin menahan Seulgi, dan berdiri di hadapannya. Jimin terdiam sebentar, sebenarnya ia tak mau mengatakan ini, “Aku..aku, kan, sudah meminta maaf padamu.” ucapnya terbata bata. Entah kenapa saat ini, sisi manly Jimin seketika pudar.
Seulgi mengernyit, “Kau bermimpi?! Aku tidak pernah mendengarmu mengatakannya!”
‘Aish! Kenapa dia lupa? Aku sangat benci mengatakan hal ini.’ gerutu Jimin dalam hati. “Itu..saat..sebelum kau menaiki bus..kemarin.”
Seulgi mencoba mengingat. Dan tiba tiba ia mendesah. Ya. Jimin memang pernah mengucapkan kata ‘maaf’ padanya saat pulang dari padang lumpur Gwangju Utara kemarin. Tapi jelas tujuan maafnya itu untuk hal yang berbeda. “Hei! Bagaimana bisa itu disebut permintaan maaf? Lagipula itu adalah dua hal yang berbeda. Kau mendorongku kemarin.”
“Itu adalah permintaan maaf rangkap. Tapi yang penting, kan, aku sudah mengucapkan maaf padamu.” ucap Jimin.
Seulgi menggeleng gelengkan kepalanya sambil bergumam, “Kau benar benar tidak tertolong.” Lalu ia pergi meninggalkan Jimin.
--
“Wanita aneh.” Jimin bicara pada dirinya sendiri setelah melihat Seulgi hilang dari pandangannya. Tapi entah kenapa perasaan bersalahnya pada Seulgi masih bersarang di hatinya.
Memang benar baru kali ini ia merasa bersalah pada seseorang. Dan sekalinya perasaan itu muncul, untuk menghilangkannya pun tidaklah mudah.
‘Ah! Kalau tahu begini aku tidak akan berbicara apapun padanya.’ Jimin menyesali dirinya sendiri.
Sejenak ia berpikir, mungkin ucapannya yang kemarin itu memang sangat keterlaluan, dan wajar saja Seulgi sakit hati karena ada orang yang menghina karyanya.
Dengan harapan supaya rasa bersalahnya ini segera hilang, Jimin memutuskan untuk melakukan sesuatu agar Seulgi mau memaafkannya. Tapi apa?
----

KAMU SEDANG MEMBACA
Look Here
FanfictionLima anak laki-laki dengan kepribadian yang berbeda akan dipindahkan ke sebuah sekolah unik yang akan mengubah hidup mereka. Taehyung, anak yang suka bermain dan selalu menjahili teman temannya. Jimin, tidak punya impian dan hanya ingin bersenang se...