Bel istirahat tak mampu memberi kekuatan pada langkah kaki Jin saat ini. Setelah berbicara dengan Pak Lee melalui telepon yang ia pinjam dari ruang kesiswaan tadi, Jin mengurungkan niatnya untuk ke kantin. Nafsu makannya seketika lenyap.
Jin memang berharap orangtuanya tidak curiga dengan kepergiannya yang mendadak ini. Tapi saat Pak Lee mengatakan, “Orangtuamu belum menanyakanmu.”, seolah yang ia dengar adalah, “Orangtuamu tidak memperdulikanmu.”
Jin merasa dirinya sangat aneh. Ia berbohong, namun ia ingin kebohongannya itu terbongkar.
Jin memang sengaja berbohong pada orangtuanya tentang kepindahannya ke Sekolah Kepribadian dengan mengatakan bahwa ia mengikuti lomba di Swiss. Ya. Kebohongan yang sama dengan yang ia katakan pada seluruh murid di Gwinam.
Tapi semenjak ia mengatakan itu, orangtuanya tidak pernah menanyakan apapun. Mereka mengizinkan Jin begitu saja pergi ke Swiss yang jaraknya dari Seoul tidaklah dekat. Mereka juga tidak mengatakan apapun saat Jin berangkat dari rumahnya. Mereka hanya sibuk menelepon, menelepon, dan menelepon..
Jin sebenarnya tidak ingin orangtuanya tahu bahwa dia sebenarnya tidak di Swiss, melainkan di Sekolah Kepribadian, tapi hal ini malah membuatnya semakin yakin dengan dugaannya selama ini. Dugaan yang berawal sejak ia kecil dulu.
Jin bergidik memikirkan semua itu.
Ia lalu memutuskan untuk langsung saja menuju kelas berikutnya dan membaca sesuatu agar pikirannya menjadi tenang.
Saat Jin berjalan menuju kelasnya, ia melihat ada seorang perempuan yang begitu pelannya menuruni anak tangga sambil berpegangan erat dengan tangan tangga. Awalnya Jin merasa aneh, namun kemudian ia terus berjalan tanpa menghiraukan perempuan itu.
Namun tiba tiba, terdengar suara jeritan yang membuat langkah kaki Jin terhenti dan menolehkan kepalanya ke arah perempuan tadi.
Jin langsung menghampiri perempuan itu yang ternyata sudah terjatuh di lantai.
“Kau tidak apa apa?” Jin memegang tangan perempuan itu dan membantunya untuk berdiri.
“Aku tidak apa apa.. kakiku hanya terkilir..” jawab perempuan itu.
“Duduk saja dulu.”
Perempuan itu pun duduk di anak tangga. “Untung saja aku terjatuh di anak tangga kedua.. kalau di anak tangga yang lebih tinggi..mungkin aku akan dilarikan ke rumah sakit..”
“Menurutmu kau terjatuh seperti ini adalah sebuah keberuntungan?” Jin mengangkat alisnya.
Perempuan itu hanya tersenyum malu.
“Tahan sebentar.” Jin berlutut lalu membuka sepatu perempuan itu.
Sontak saja si perempuan terkejut, “Apa yang kau lakukan?!”
“Tahan saja.” Jin lalu mengusap pergelangan kaki perempuan itu dengan lembut dan..
“Aw!!” jerit perempuan itu kesakitan.
“Sudah selesai. Coba goyangkan kakimu.”
Perempuan itu menggoyangkan kakinya, dan ternyata kakinya sudah normal kembali. “Aku sangat sangat berterimakasih padamu.” ucap perempuan itu dengan mata berbinar binar.
Seketika kedua alis Jin terangkat saat menatap perempuan itu cukup lama. “Eo?! Ternyata kau gadis yang tadi pagi!”
Perempuan itu mengernyit, lalu mencoba mengingat, “Ah, benar, kau juga lelaki yang tadi pagi. Kau menolongku lagi sekarang.”
Jin tersenyum.
“Tapi.. aku belum pernah melihatmu sebelumnya.” lanjut perempuan itu.
“Benarkah? Aku memang anak pindahan, tapi aku sudah 5 hari berada di sekolah ini.”
“Ah! Kau anak yang dari kota itu? Aku baru masuk hari ini, itu sebabnya aku baru melihatmu.”
“Kau juga anak pindahan?”
“Tidak, aku murid lama disini. Kemarin aku harus absen karena sakit.”
“Ah.. sepertinya kau masih belum pulih. Sebaiknya kau beristirahat saja dulu di ruang kesehatan.” saran Jin.
“Aku sudah tidak apa apa sekarang. Tadi aku hanya tersandung oleh kakiku sendiri. Aku hanya ceroboh.”
“Lalu, yang tadi pagi? Apa itu juga karena kecerobohanmu?” goda Jin, karena ia tahu kejadian yang tadi pagi, saat perempuan itu hampir terjatuh dan menggulingkan dirinya di tangga, bukanlah suatu kecerobohan.
Perempuan itu hanya tersenyum malu, karena tahu maksud Jin.
“Kita sudah banyak mengobrol tapi tidak berkenalan. Namaku Jin, Kim Seokjin.” Jin mengulurkan tangannya ke arah perempuan itu.
“Namaku Rose.” perempuan itu membalas uluran tangan Jin sambil tersenyum.
Mereka berdua saling berpandangan sambil tersenyum, agak lama. Tiba tiba..
“Rose eonnie!!” teriak Wendy yang datang bersama Irene dan Seulgi.
Kontan Jin melepaskan tangannya, dan langsung berdiri, “Aku..permisi dulu.” Jin pun pergi meninggalkan gadis gadis itu dan menuju ke kelasnya.
---
“Eonnie, kau sungguh tidak apa apa?” tanya Irene dengan raut wajah khawatir.
Sementara Rose, orang yang dikhawatirkan Irene, malah melahap makan siangnya tanpa menghiraukan Wendy dan Seulgi yang menatapnya dengan heran. “Woahh.. aku benar benar merindukan makanan kantin. Aku sangat bosan setiap hari hanya makan sup dan bubur saja.”
“Eonnie, bukankah kau bilang tadi pagi kau sedikit pusing? Lalu bagaimana? Apa kau juga terjatuh tadi pagi? Apa ada yang terluka?” tanya Seulgi yang lebih panik.
“Hei, aku bersumpah sekarang aku baik baik saja. Dan tidak ada yang terluka. Kalian jangan khawatir.” ucap Rose sambil tetap melahap makan siangnya.
“Syukurlah, eonnie baik baik saja. Tapi.. kenapa tadi Jin sunbae bersamamu?” tanya Irene.
Wendy tiba tiba mendekatkan wajahnya ke Rose dan berbisik, “Eonnie, apa jangan jangan..kau sekarang sedang…”
“Hei,” potong Rose, “Kau itu masih kecil. Jangan memikirkan yang aneh aneh.”
“Memangnya apa yang kupikirkan?” tanya Wendy dengan tampang polos yang dibuat buat.
“Tapi aku yakin pasti Jin sunbae yang menolongmu. Dia benar benar sunbae yang baik dan bijaksana.” ucap Seulgi yang lalu menceritakan pada Rose tentang kejadian saat Jin berusaha melerai perkelahian antara Namjoon dan Yoongi.
Mendengar cerita Seulgi, Rose terdiam, ia memikirkan sesuatu sampai ucapan terakhir Seulgi mengejutkannya.
“Hanya Jin sunbae-lah yang paling aman dari teman temannya yang lain.”
Rose mengernyit, “Yang lain? Memangnya ada berapa anak yang dipindahkan kesini?”
“Ada lima anak.”
Rose tercengang. Lima anak dalam satu hari? Sepertinya masyarakat mulai mengerti tujuan sebenarnya Sekolah Kepribadian didirikan, pikir Rose.
“Aku pergi duluan, ya. Kelasku selanjutnya adalah kelas sains. Dan aku bertugas menyiapkan peralatan hari ini. Sampai jumpa, semuanya! Sampai jumpa, eonnie!” pamit Irene yang langsung bergegas menuju kelas sains.
“Semangat!” seru Rose, Seulgi, dan Wendy.
“Ah iya, dimana Jisoo? Aku tidak melihatnya daritadi. Biasanya dia selalu bersemangat setiap aku mulai masuk sekolah.” tanya Rose setelah selesai menghabiskan makan siangnya.
“Kami juga belum melihatnya. Kupikir dia sudah bersama eonnie.” kata Wendy.
----

KAMU SEDANG MEMBACA
Look Here
FanfictionLima anak laki-laki dengan kepribadian yang berbeda akan dipindahkan ke sebuah sekolah unik yang akan mengubah hidup mereka. Taehyung, anak yang suka bermain dan selalu menjahili teman temannya. Jimin, tidak punya impian dan hanya ingin bersenang se...