Jimin segera bersembunyi saat melihat Pak Choi keluar dari ruang tari. Jimin mendengar semua pembicaraan antara Pak Choi dan Seulgi. Ia juga sudah tahu bahwa Seulgi akan mewakili sekolah ini dalam perlombaan seni. Jimin pun merasa Seulgi memang pantas dijadikan perwakilan dalam perlombaan itu. Melihat tarian dan gerakannya waktu itu, Jimin benar-benar mengaguminya.
Tiba-tiba muncul niatan Jimin untuk melihat Seulgi berlatih. Dengan cara mengendap-endap, ia bisa mendengar samar-samar suara musik Seulgi, musik yang sama dengan yang ia dengar saat di kelas tari waktu itu. Musik yang benar-benar disukai Jimin.
Dengan kehati-hatian yang luar biasa, Jimin membuka sedikit pintu ruang tari dan mengintip Seulgi dari sana. Ia berdecak kagum. Seulgi benar-benar hebat dan keren. Untuk ukuran wanita, ia benar-benar luar biasa. Tarian dan gerakannya sudah seperti penari profesional. Bahkan Jimin merasa dirinya tak bisa sehebat itu.
Jimin tersentak, saat baru setengah musik, Seulgi tiba-tiba berhenti dan mematikan musiknya. Jimin cepat-cepat bersembunyi di balik pintu yang masih sedikit terbuka itu.
--
Seulgi’s pov
Klik.
Aku memencet tombol off dari speaker lalu terduduk di lantai sambil mengatur nafas.
“Kenapa? Kenapa kau jadi buntu begini, Kang Seulgi?!” teriakku seperti orang gila.
Ya. Aku memang sudah gila sekarang. Ini bahkan buka pertama kalinya aku mengikuti lomba ini. Tapi rasanya seperti aku baru keluar dari gua selama bertahun-tahun dan buta dengan dunia luar, tanpa mengetahui sedikitpun tentang apa yang telah terjadi selama aku berada di dalam gua. Aku tidak tahu apapun. Aku buntu. Benar-benar buntu.
Ya. Mungkin aku memang baru saja keluar dari gua. Gua kesombongan. Selama ini aku merasa hanya dirikulah yang terbaik. Selama ini aku hidup sangat tenang tanpa ada hambatan apapun. Tapi ternyata aku salah. Kini, setelah mengetahui bahwa ada yang lebih baik dariku, aku seakan tak mengenal siapa diriku. Aku meragukan diriku sendiri. Aku bahkan menyalahkan orang-orang yang telah menyemangatiku. Kenapa manusia sombong sepertiku harus disemangati? Kenapa kalian membuang-buang harapan pada manusia yang tak tahu diri ini?
“Hhhh…”
Entah untuk yang keberapa kalinya aku mendesah. Aku menyesali perbuatanku yang terlalu santai selama ini.
Lalu, aku bangkit dengan penuh keyakinan yang dibuat-buat.
“Baiklah! Kang Seulgi! Kau tidak boleh santai lagi sekarang! Kau tidak boleh mengecewakan orang-orang yang telah mendukungmu! Kau harus cepat menyempurnakan gerakan ini! Harus!!”
Aku langsung menekan tombol on dari speaker, lalu melanjutkan tarianku.
Entah akan ada hasil yang memuaskan atau tidak. Aku tidak tahu. Sekarang, aku hanya harus berusaha sampai titik penghabisan. Lalu setelah itu, setelah apa yang aku perbuat selama ini, aku akan menghukum diriku sendiri. Sampai aku tidak akan pernah lagi menerima harapan dari siapapun. Termasuk dari diriku sendiri..
--
Jimin tercenung setelah apa yang ia dengar barusan.
Keputusasaan. Menyerah. Hampa.
Jimin sudah pernah mendengar jeritan keputusasaan seperti itu sebelumnya..
*
13 tahun yang lalu…
“Yeobo… sudahlah. Nanti Jimin mendengarnya..” ucap seorang wanita paruh baya pada suaminya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Look Here
FanfictionLima anak laki-laki dengan kepribadian yang berbeda akan dipindahkan ke sebuah sekolah unik yang akan mengubah hidup mereka. Taehyung, anak yang suka bermain dan selalu menjahili teman temannya. Jimin, tidak punya impian dan hanya ingin bersenang se...