Hampir 'Jatuh' atau Sudah 'Jatuh'

36 1 0
                                    

“Apa Seulgi sudah membaik sekarang?” tanya Wendy lesu sambil mengaduk-aduk makan siangnya.

Irene yang sedaritadi melamun bahkan sedikitpun tak menyentuh makanan yang ada didepannya.

Hhh.. sepi sekali tidak ada Seulgi. Menurutmu apa ia bisa mewakili sekolah ini tahun ini?” tanya Wendy lagi.

Namun Irene masih saja melamun tanpa menghiraukan Wendy.

Wendy yang paling tidak suka diabaikan dan kini diabaikan oleh sahabatnya sendiri, sontak geram.

“Hei, Irene! Kau mengabaikanku, ya?!”

Irene kontan terkejut karena teriakan Wendy yang sekaligus jadi pusat perhatian oleh murid-murid di kantin. “Eo?! Eo..eo..aku..”

“Hei, kenapa kau jadi gagap begini?!”

Eo..tidak..aku..tidak apa-apa…”

“Jangan bohong! Sudah daritadi kita disini tapi kau bahkan belum menyentuh makananmu. Cepat katakan padaku, apa ada yang mengganggumu?”

Jantung Irene seketika berhenti berdetak. Terkadang memiliki sahabat yang sudah lama kenal bisa membuat mati kutu dalam hal-hal seperti ini.

Namun Irene tetap tidak mau mengatakan apa yang sedang berkecamuk di dalam pikirannya saat ini. Ia hanya ingin melupakannya.

“Tidak, aku tidak apa-apa. Sungguh.. Hm.. Oh, ya, bagaimana kalau kita menjenguk Seulgi sepulang sekolah nanti?” tanya Irene mengalihkan pembicaraan. Dan untung saja Wendy adalah tipe orang yang sangat mudah untuk dialihkan.

“Baiklah, aku akan mengajak Rose eonnie juga.”

Irene mengangguk dan diam-diam menghela napas lega karena Wendy tidak bertanya yang aneh-aneh lagi.


--

Bel tanda sekolah telah usai pun berbunyi. Murid-murid berhamburan keluar kelas. Ada yang langsung menuju asrama, ada yang menuju lapangan, dan ada juga yang menuju perpustakaan. Berbeda dengan murid-murid lain yang begitu bersemangat saat jam sekolah usai, Irene yang masih saja layaknya mayat hidup berjalan dengan lemasnya seperti telah kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya.

Urrgghh, keluarlah dari pikiranku!!” gerutu Irene sambil menepuk-nepuk kepalanya. Untung saja ia dan Wendy beda kelas, jadi ia bisa lebih leluasa merutuki dirinya sendiri yang sedari tadi.. tidak! Sedari kemaren, tak henti-hentinya memikirkan kecemburuannya dengan...

“Apa?! Cemburu?!” Irene kontan menggeleng-gelengkan kepala dengan sekuat tenaga berharap pikiran konyolnya barusan lenyap selenyap-lenyapnya. Bagaimana bisa ia cemburu? Untuk apa ia cemburu? Siapa Taehyung baginya?

Irene mempercepat langkahnya menuju ruang kesehatan, barangkali Wendy dan Rose sudah lebih dulu kesana.

Namun saat Irene hendak menuruni tangga, lagi-lagi langkahnya terhenti oleh suara yang sepertinya selalu mengikutinya kemanapun ia pergi.




--

‘Irene? Bagaimana ini?? Apa aku harus bertanya lagi padanya? Tapi bagaimana jika ia marah lagi..’ tanya Taehyung dalam hati.

Ya. Tidak hanya Irene yang pikirannya dilanda kekacauan. Taehyung yang ekspresinya memang sudah seperti mayat hidup, jadi semakin tampak seperti-mayat-hidup-yang-ingin-menjadi-mayat-lagi karena kebingungan dengan sikap Irene tadi siang. Ia ingin menuntaskan rasa penasarannya, tapi entah kenapa Taehyung begitu takut melihat Irene marah seperti tadi lagi. Dengan kata lain, ia tak mau membuat Irene marah. Dan kalaupun Irene marah karena dirinya, kenapa? Apa yang membuat Irene kesal?

“Irene-shi!” Akhirnya Taehyung memberanikan dirinya untuk menghampiri Irene.

Namun, Irene tak menoleh ke arahnya, ia hanya diam mematung.

Saat Taehyung sudah berada di depan Irene, Irene langsung mengalihkan pandangannya seolah tak mau melihat wajah Taehyung.

“Hei, kau masih marah padaku?” tanya Taehyung.

“Untuk apa aku marah padamu?”

“Lalu, kenapa kau membentakku tadi? Padahal kemaren kau bilang aku boleh menjadi temanmu.”

Irene jadi teringat dengan ucapannya pada Taehyung tempo hari,

“Jika kau masih bisa membuktikannya sekali lagi.. aku akan menjadi temanmu.”

Hhh..aku jadi menyesal telah mengatakan itu..” gumamnya lesu.

“Apa?”

Eo?! Eo..aku..aku bilang begitu jika kau bisa membuktikan kalau kau bukan gangster..” Irene kembali bergumam, “Tapi kau malah memeluk wanita lain..”

“Apa? Memeluk wanita lain? Apa maksudmu?”

‘Wah, gawat! Kenapa dia bisa mendengarnya!?’ benak Irene panik. “Su..sudahlah, lupakan! Minggir sana, aku mau turun.”

“Hei, sebenarnya apa yang membuatmu marah? Ah, kau ini, berbeda sekali dengan temanmu, Jisoo. Dia sangat ceria dan ramah pada semua orang. Tapi kau sangat pemarah dan galak.” goda Taehyung dengan wajah cemberut.

“Kalau begitu jangan berteman denganku!!!” teriak Irene kesal. Ia pun langsung melewati Taehyung yang sudah berhasil membuatnya kesal berkali kali lipat.

Namun saking kesalnya, Irene tak sadar sudah ada anak tangga di bawah kakinya. Ia pun jadi hilang keseimbangan dan hampir terjatuh.. Namun tiba-tiba..sebuah tangan dengan secepat kilat meraih lengan Irene dan menariknya.

Tanpa sengaja, saat menarik Irene, tangan Taehyung yang satu lagi mendekap tubuh Irene hingga tubuh mereka saling bersentuhan. Kedua tangan Irene pun tergeletak indah di pundak Taehyung. Dan wajah mereka..

Bayangkan saja sendiri seberapa dekat wajah mereka berdua sekarang..


--

Look HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang