“Pak, aku mohon izinkan aku sebentar saja. Aku janji tidak akan lama-lama.” Seulgi memohon pada Pak Choi sambil menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya.
“Seulgi, kau tahu sendiri dokter bilang bahwa kau harus beristirahat dua hari lagi. Aku tidak mungkin mengizinkanmu latihan dengan kondisimu yang masih belum pulih.”
“Tapi, pak, aku sudah baik-baik saja sekarang. Lihat! Aku bahkan sudah bisa berdiri dan berjalan.” ucap Seulgi sambil membuktikan perkataannya dengan mondar mandir di hadapan Pak Choi.
Seulgi memang sudah membaik hari ini. Dia bahkan mengambil sendiri sarapan buburnya di kantin dan memakannya di ruang kesehatan lalu mengembalikannya lagi sendiri ke kantin. Padahal itu adalah tugasnya suster ruang kesehatan.
Dan kini, alih-alih beristirahat di atas kasur, Seulgi malah berjalan mondar mandir di depan Pak Choi bahkan sesekali melompat hanya agar dibolehkan latihan untuk lomba seni yang hanya tinggal dua hari lagi. Padahal kondisinya masih belum pulih seutuhnya dan harus beristirahat lebih lama lagi.
Semangat Seulgi yang begitu tinggi itupun terasa jelas oleh Pak Choi. Ia sungguh tidak tega melihat Seulgi memohon padanya seperti itu. Ia tahu Seulgi benar-benar ingin memenangkan perlombaan itu. Dan Pak Choi pun sebenarnya sudah sangat bangga dengan kesungguhan Seulgi untuk mengharumkan nama Sekolah Kepribadian. Tapi bagaimana bisa Pak Choi mengizinkannya begitu saja saat kondisi Seulgi yang benar-benar butuh istirahat yang banyak. Pak Choi tak mau membuat Seulgi terbebani lagi.
“Pak, kumohon..” lirih Seulgi dengan mata yang berkaca-kaca. “Izinkan aku mengharumkan nama sekolah ini. Aku benar-benar..aku..aku tidak mau mengecewakan mereka yang sudah berharap padaku, Pak. Tolong...tolong izinkan aku…”
Tiba-tiba saja hati Pak Choi tergetar saat melihat setetes air mengalir di pipi Seulgi. Pak Choi sungguh tak tega menolak permintaan suci Seulgi, tapi…
“Baiklah..tapi, kau harus janji…”
“Benarkah, Pak?! Te..terimakasih banyak, Pak. Aku benar-benar berterimakasih.” sorak Seulgi sampai mengejutkan suster ruang kesehatan yang sedang membereskan obat-obatan. Untung saja saat ini tidak ada murid lain yang sedang sakit.
“Tapi ingat, kau hanya boleh latihan selama 1 jam. Tidak lebih! Dan jika kau merasa lelah, beristirahatlah, dan langsung kembali ke sini. Mengerti?!”
“Siap, Pak! Aku sangat mengerti.” Langsung saja Seulgi membungkukkan badannya lalu bergegas menuju pintu.
Tapi siapa sangka. Saat Seulgi baru saja hendak memegang gagang pintu, Seulgi meringis kesakitan sambil memegangi perutnya. Kali ini sakitnya tak dapat ia tahan hingga lututnya tak mampu menahan tubuhnya, lalu Seulgi pun terduduk lemas di depan pintu.
Sontak Pak Choi dan suster pun segera membopong Seulgi kembali ke kasur. Dan Pak Choi langsung menyuruh suster menelepon dokter.
“Ada apa, Seulgi? Apa perutmu sakit lagi?” tanya Pak Choi panik.
“Urghh..a..aku..tidak apa-apa, Pak. Ha..hanya sakit sedikit.” kilah Seulgi sambil menahan sakit yang menusuk-nusuk perutnya.
“Apa maksudmu?! Bibirmu pucat sekali! Tanganmu juga dingin! Bertahanlah sedikit lagi. Dokter akan segera datang.”
Beberapa menit kemudian, dokter pun datang, dan langsung memeriksa Seulgi. Seulgi diberi suntikan pereda sakit, vitamin dan juga antibiotik. Kini, dokter pun memasang infus pada Seulgi agar nutrisi cepat tercerna di tubuhnya. Dokter juga menyuruh Seulgi untuk tidak beranjak dari tempat tidur dan benar-benar harus beristirahat total. Selama pemeriksaan, Seulgi hanya terdiam pasrah dengan keadaannya saat ini.
Pak Choi membungkukkan badan seraya berterimakasih pada dokter setelah berbincang sedikit mengenai kondisi Seulgi. Saat dokter tersebut telah pergi dan Pak Choi hendak masuk kembali ke ruang kesehatan, Bu Sonjeong memanggil Pak Choi dan menghampirinya.
“Apa Seulgi sakit lagi?” tanya Bu Sonjeong.
Pak Choi hanya mengangguk lemah.
“Heuh!” Bu Sonjeong mendesah kasar. “Ada apa denganmu? Tidak biasanya kau teledor seperti ini.”
Pak Choi tersentak oleh ucapan Bu Sonjeong.
“Apa kau tidak mengerti apa yang sedang terjadi sekarang? Bagaimana caramu mengajari muridmu sampai dokter harus bolak-balik seperti ini?! Apa tidak terpikir olehmu jika hal ini sampai ke dinas pendidikan? Mereka akan mengira kita menyiksa murid! Tidakkah itu terpikir olehmu Choi Jung Won seonsaengnim?!” Intonasi Bu Sonjeong meninggi.
Pak Choi terdiam mendengar kata-kata panjang Bu Sonjeong.
“Aku peringatkan dirimu, jika hal ini sampai terdengar ke dinas pendidikan, bersiaplah untuk meninggalkan sekolah ini.” ucap Bu Sonjeong tegas lalu pergi meninggalkan Pak Choi.
Sementara Pak Choi masih terdiam, namun kini sambil memejamkan matanya. Pak Choi sama sekali tidak marah ataupun tersinggung dengan ucapan Bu Sonjeong yang menyudutkannya. Pak Choi malah mengakui bahwa semua ini memang salahnya. Pak Choi merasa tidak becus mendidik dan menjaga seorang murid. Apalagi murid yang berbakat seperti Seulgi.
Dengan perasaan bersalah bercampur khawatir, Pak Choi kembali masuk ke dalam ruang kesehatan, “Seulgi, apa kau… Eo?! Dia sudah tertidur.”
“Eo? Benarkah? Sepertinya tadi dia masih terjaga..” sahut suster yang juga baru menyadari Seulgi sudah tertidur.
“Ya sudah, biarkan dia beristirahat. Suster, tolong jaga dia.”
“Baik, pak.”
Pak Choi pun keluar dari ruang kesehatan.
Mata Seulgi masih tertutup. Namun tiba-tiba, setetes air mengalir pelan dari ekor matanya.
----

KAMU SEDANG MEMBACA
Look Here
FanfictionLima anak laki-laki dengan kepribadian yang berbeda akan dipindahkan ke sebuah sekolah unik yang akan mengubah hidup mereka. Taehyung, anak yang suka bermain dan selalu menjahili teman temannya. Jimin, tidak punya impian dan hanya ingin bersenang se...