Predator

27 1 0
                                    

Hhh.. kenapa pertandingannya harus dibatalkan.. padahal aku semangat sekali ingin menontonnya.” keluh Taehyung saat dirinya dan Jimin tiba di depan gedung asrama.

Pertandingan basket yang awalnya akan diadakan sepulang sekolah ini harus dibatalkan karena beberapa murid yang ikut bermain akan mengikuti test di kelasnya besok. Jadi, mau tidak mau, mereka harus memilih belajar daripada bermain.

“Hei, hei, bukankah itu Namjoon?” bisik Jimin pada Taehyung

Rose, Wendy, Irene, dan Seulgi yang juga baru tiba, menyadari bahwa wanita yang di depan Namjoon adalah Jisoo.

“Sedang apa mereka? Kenapa banyak sampah disana?” tanya Wendy.

“Tidak. Itu..bukan sampah.” tukas Irene yang akhirnya mengerti apa yang baru saja terjadi.


Mata Namjoon mengarah ke para murid yang mulai berdatangan. Karena sudah begitu ramai, ia lalu berbalik untuk meninggalkan tempat itu dan masuk ke asrama.

Namun ternyata Jisoo masih belum menyerah. Ia langsung menahan tangan kanan Namjoon.

Lagi-lagi, Namjoon berpikiran dangkal. Ia membuat semua murid yang ada disana langsung panik ketakutan saat ia berbalik sambil mengangkat kepalan tangan kirinya ke arah Jisoo.

Namun, tiba-tiba..

“Apa yang kau lakukan?!”

Tangan Namjoon pun berhasil ditahan oleh Taehyung.

Namjoon, yang memang menunggu detik-detik ini, sangat bersyukur. Akhirnya momen ‘indah’-nya ini datang juga.

Namjoon segera melepaskan tangannya yang dipegang Jisoo, lalu mendaratkan sebuah pukulan keras ke wajah Taehyung hingga ia terjatuh.

Sontak murid-murid yang sudah bertambah banyak makin dibuat panik dengan adegan barusan. Padahal ini bukan kali pertama mereka melihat Namjoon memukuli orang, tapi karena sudah cukup lama mereka tidak melihat adegan ini lagi, mereka tetap panik dan terkejut seperti baru pertama kali melihatnya.

Jimin dan Irene serentak ingin membantu Taehyung, namun mereka segera berhenti saat Jin yang sudah lebih dulu berlari menghampiri predator yang sedang mengamuk itu.

Sang predator pun rupanya belum puas, Namjoon menarik kerah baju Taehyung, dan saat ia mengangkat kepalan tangannya hendak memukul Taehyung lagi dengan bertubi-tubi, Jin pun sukses menahan tangannya.

Saat di padang lumpur, ia memang menyerah. Tapi sekarang tidak, Namjoon melepaskan cengkeramannya dari kerah baju Taehyung, lalu berbalik memukul wajah Jin dengan cukup keras.

Dan kini, para murid yang sedaritadi hanya menonton, bergegas menghampiri Namjoon karena merasa dirinya sudah kelewatan. Petugas asrama yang baru tiba pun langsung memisahkan Namjoon dari Jin.

Jimin segera menghampiri Taehyung dan membantunya berjalan menuju ruang kesehatan untuk mengobati memar yang cukup besar di pipinya itu.

Hal yang sama juga dilakukan Rose pada Jin. Rose mengantarkan Jin ke ruang kesehatan. Sedangkan Namjoon dibawa ke ruang Bu Sonjeong.

Jisoo yang masih menangis sekaligus shock dengan kejadian yang begitu cepat ini tak mampu bergerak. Seulgi, Irene, dan Wendy langsung menghampirinya.

“Jisoo-ah, tenanglah. Kau tidak apa-apa, kan?” Irene merangkul Jisoo dan menenangkannya.

“Jisoo-ah, ada apa ini? Kenapa dia juga mencoba untuk memukulmu?” tanya Seulgi seraya mengusap air mata Jisoo.

“Hei, sudah berapa kali kami bilang Namjoon itu tidak waras?! Bagaimana bisa dia ingin menghajar wanita seperti itu?! Aku juga sudah hampir dihajarnya kemarin.” tambah Wendy dengan sangat emosi mengingat perbuatan Namjoon.

“Kalian tenanglah! Jisoo sedang shock. Jangan banyak bicara dulu.” Irene berusaha mendinginkan suasana.

Tiba-tiba, Jisoo yang sedaritadi mematung, langsung bergegas berjalan meninggalkan Irene, Seulgi, dan Wendy.

“Jisoo-ah, kau mau kemana?”

“Jangan kemana-mana dulu. Beristirahatlah di asrama!”

Jisoo berhenti sejenak, lalu berbalik menghadap ketiga temannya yang sangat mencemaskannya itu. “Aku baik-baik saja. Kalian duluan saja ke asrama. Aku akan segera kembali.” Jisoo kemudian melanjutkan langkahnya lagi tanpa berbalik sedikitpun.

“Bagaimana ini? Apa kita harus mengikutinya?” tanya Wendy.

“Jangan! Biarkan saja. Aku rasa.. dia akan menemui Taehyung.” Entah kenapa ada perasaan lain saat Irene mengatakan itu. “Seulgi-ah, bukannya kau akan latihan sekarang?”

“Ah, iya! Untung saja kau ingatkan!” seru Seulgi sembari menepuk dahinya.

“Yasudah, ayo kembali ke asrama.”



----

Look HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang