Jimin bergegas meraih botol minumnya dan menengguknya sampai habis. Karena sudah lama tidak menari, Jimin begitu lelah, tenaganya terkuras habis, peluh dimana mana. Padahal Pak Choi hanya mengajarkan gerakan dasar yang tak begitu sulit.
Karena jam pelajaran sudah berakhir, murid murid lain pun satu per satu meninggalkan ruangan. Begitu juga Jimin yang sudah bersiap siap untuk kembali ke asrama. Namun saat Jimin menoleh ke samping, ia melihat sebuah speaker biru yang sama dengan milik perempuan yang ia cari tadi. Dan ternyata benar, perempuan berkaus hitam dan kuncir kuda datang lalu memasukkan speaker itu kedalam tasnya. Namun lagi lagi, perempuan itu membelakangi Jimin hingga ia tidak bisa melihat wajahnya.
Jimin langsung menepuk pundak perempuan itu pelan.
“Ya?” jawab perempuan itu tanpa menoleh sambil mengelap keringatnya dengan tissu.
“Aku ingin bertanya sesuatu.”
--
Seulgi’s pov.
“Baik, Pak.”
“Seulgi, apa kau baik baik saja?”
“Eo?! Ya.. aku baik baik saja. Kenapa bapak bertanya seperti itu?”
“Tidak, aku hanya khawatir perlombaan ini akan membuatmu letih. Tapi jangan lupa memberitahuku jika ada sesuatu, oke?”
“Baiklah, Pak.” aku membungkukkan badanku pada Pak Choi lalu pergi.
Entah kenapa tubuhku begitu lelah dan aku sama sekali tidak bersemangat. Tidak. Bukan tubuhku yang lelah. Tapi yang lebih tepatnya, pikiranku.
Keringatku banyak sekali. Aku meraih tissu dan mengambil beberapa lembar untuk mengelap keringatku yang bercucuran.
Ah.. kenapa speaker ini masih diluar? Entah kenapa sejak tadi aku menggerutu tidak jelas seperti orang gila. Aku.. betul betul lelah.
Siapa lagi ini? “Ya?” jawabku lesu saat ada seseorang yang menepuk pundakku dari belakang.
“Aku ingin bertanya sesuatu.”
Uh ayolah. Aku bukan google. Kenapa kau ingin bertanya padaku?! “Silahkan.” aku benar benar tidak bersemangat kali ini, menoleh pada orang ini saja aku tidak bersemangat, dan kini dia ingin bertanya padaku… ah kenapa harus hari ini??
“Aku ingin bertanya tentang musik yang kau gunakan saat latihan sebelum kelas dimulai tadi..”
Musik? “Kenapa? Kau menyukainya?”
“Ya! Aku sangat menyukai jenis musik itu!”
Kenapa dia senang sekali? Tunggu.. dia tadi melihatku menari? “bagaimana dengan gerakannya?” tanyaku iseng. Ah! Aku semakin tidak ingin menoleh ke arahnya. Aku tidak sanggup melihat raut wajahnya sekarang. Bagaimana jika dia menganggapku aneh? Atau bahkan dia berpikir, “kau bercanda? Gerakanmu itu sangat buruk! Dan aku hanya ingin mengatakan musik sebagus itu tidak cocok dengan gerakan konyolmu itu!” Oh, tidak! Kenapa aku harus menanyakan hal itu?! Seulgi bodoh!
“Gerakanmu juga bagus. Aku menyukainya.”
A..apa?? Aku tidak salah dengar, kan? Apa dia bercanda? Apa.. dia sungguh sungguh? Oh Tuhan,kenapa aku langsung sebahagia ini?
“Sungguh?” aku tidak tahan dengan kebahagiaan ini dan langsung menoleh ke arah orang yang memujiku barusan.
Tapi.. hanya dalam waktu sedetik, kebahagiaan itu langsung sirna setelah aku melihat orang yang ada di depanku saat ini.
“Kau?!”
--
Jimin terdiam sekaligus salah tingkah bercampur malu dan kesal. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan sekarang. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa perempuan yang didepannya ini bukanlah perempuan yang ia cari tadi. Tapi, semakin kuat ia berusaha, dirinya malah semakin yakin bahwa perempuan ini adalah perempuan yang ia kagumi tadi.
Seulgi mendadak tertawa lepas setelah melihat ekspresi Jimin. “Hei, kenapa ekspresimu seperti itu? Tadi kau bilang apa? Gerakanku bagus? Ternyata kau juga bisa memuji orang lain, ya?”
Jimin benar benar merasa harga dirinya sudah tinggal setetes. Bagaimana bisa ia memuji perempuan yang jelas jelas sudah ia permalukan hari ini.
“Kau sungguh percaya diri sekali! Aku salah orang! Bukan kau yang aku maksud!” kilah Jimin. Bagaimanapun juga ia harus berbohong saat ini untuk menyelamatkan harga dirinya. Ia bahkan rela menjadi pengagum rahasia daripada harga dirinya yang melayang.
Namun tiba tiba, Seulgi mendekati Jimin, dan bicara perlahan, “Tidak usah berbohong. Hanya aku yang latihan sebelum kelas dimulai tadi. Woahhh.. apa sekarang seorang imo cerewet sudah punya penggemar?” Seulgi menaikkan alisnya sebelah sambil melempar smirknya pada Jimin.
Jimin langsung geram dan berteriak pada Seulgi, “Hei! Aku hanya menyukai gerakanmu, bukan dirimu!”
“Hei! Apa tadi aku bilang kalau kau menyukaiku?!” Seulgi benar benar tak mampu menahan tawanya, “Wahhh…. Sangat lucu melihat seorang gangster tertangkap basah seperti ini. Sudah dulu, ya. Aku lelah. Sampai jumpa, penggemar..” Seulgi melambaikan tangannya di depan wajah Jimin, dan berlalu dengan senyum kemenangan yang terkembang di wajahnya.
Jimin hanya bisa menahan amarahnya dan merutuki dirinya sendiri. Ia memang mengagumi gerakan Seulgi, tetapi ia kecewa kenapa harus Seulgi.. kenapa harus perempuan yang sebelumnya ia permalukan namun kini berbalik mempermalukan dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Look Here
FanfictionLima anak laki-laki dengan kepribadian yang berbeda akan dipindahkan ke sebuah sekolah unik yang akan mengubah hidup mereka. Taehyung, anak yang suka bermain dan selalu menjahili teman temannya. Jimin, tidak punya impian dan hanya ingin bersenang se...