Suka diam-diam

342 38 9
                                    

Tidak selamanya hati akan bertahan dengan kuatnya, ada waktunya melepas tanpa diminta

"Saat kamu rindu, kamu harus ngerti satu hal. Jangan sakit, jika dia gak merhatiin kamu sama sekali. Karena kamu bukan siapa-siapa"

***

Setelah masuk kelas, Kolis berniat untuk duduk di bangkunya. Namun, niatnya berubah ketika ia melihat surat kaleng lagi. Entah dari siapa surat itu, dia masih mencari tahu. Hasilnya masih nihil, ia tidak menemukan pengirimnya. Kemudian ia mengambil surat itu, dan membacanya dalam hati.

Kamu pasti nanya siapa aku, saat ini aku hanya suka melihatmu dari kejauhan. Jangan takut, aku pengagum yang baik hati kok.

Selalu surat itu tanpa nama, tanpa inisial dan tanpa tujuan. Kolis jadi berpikir, mungkin saja surat itu salah sasaran. Tapi bagaimana mungkin bisa salah, karena setiap hari surat itu selalu ada di tempat yang sama. Lalu sampai kapan, pengagum rahasia itu akan terus bersembunyi tanpa mau memunculkan sosoknya.

Kolis kemudian memasukan surat itu ke saku tasnya, sudah hampir sepuluh surat yang tersimpan di saku itu. Dia hanya berharap, pengagum rahasia itu adalah orang yang baik tanpa berani menyakitinya dengan hal-hal bodoh yang tidak diinginkan.

"Ehm", Mendi menderham. "Ada yang dapat surat lagi nih", ejek Mendi.

"Iya nih. Wajarlah", jawab Kolis senyum.

"Bingung ya sama cerita cinta kamu, satu sisi kamu ngagumin orang gak bilang-bilang. Sisi lain, ada orang yang ngagumin kamu diam-diam. Kayaknya hidupmu memang jalan ditempat ya Lis", ujar Mendi.

"Maksudmu? Kamu bilang aku aneh", terka Kolis menatap Mendi dengan tatapan yang siap mencerkam mangsanya.

"Gini loh Lis, miss pelupa sejagat. Mau sampai kapan kamu ngagumin orang, bilang aja kali. Seenggaknya dia tahu perasaanmu", tegas Mendi.

"Ini bukan masalah ngagumi aja Men, tapi menjaga hubungan baik sama kak Melan. Aku lebih milih jadi temennya selama apapun itu, asal hubunganku sama kak Melan tetap baik. Masalah pengagum rahasia itu, aku gak peduli. Toh aku gak tau siapa", Kolis menggangkat kedua bahunya.

"Kolis.Kolis. Padahal yang suka sama kamu tu banyak banget tau gak, bisa-bisanya ya hati milih orang yang gak tepat", kata Mendi sambil memperhatikan penjelasan Pak Rojak.

"Kamu pikir hati itu kayak radio, punya radar buat nyari orang yang tepat untuk disukai. Aku mana tau Men, tiba-tiba rasa suka itu datang, terus gak mau minggat", Kolis terkekeh.

Dia memang tidak pernah memusingkan terlalu dalam dengan apa yang dia rasakan. Kalo memang nanti hatinya tak lagi menyukai Melan, mungkin saja sudah waktunya untuk beranjak jauh meninggalkan apa yang tak lagi mengharapkannya. Karena tidak selamanya hati akan bertahan dengan kuatnya, ada waktunya dia melepas tanpa diminta.

"Mendi...!!!", panggil pak Rojak. " Silahkan kerjakan nomor 2 di papan tulis", pintanya dengan tatapan tajam. Sudah menjadi ciri khasnya.

"Kok aku sih, mati dah aku", gumamnya pelan. Dia memang belum memahami materi yang sedang dilatihankan, padahal itu materi minggu lalu yang diberikan oleh pak Rojak.

"Mampus kau Men, buruan maju. Mending jawab asalan aja, dari pada di depan kena hukuman", ejek Kolis terkekeh. Dia tahu kemampuan fisika Mendi, bisa dipastikan Mendi bakalan kena hukuman pak Rojak.

MELAN & KOLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang