Kolis, Listen to me!

238 13 7
                                        

Kehilangan adalah rasa takut yang tak ingin dilalui oleh siapapun, sekalipun rasa itu datang di waktu yang terlambat

~ ~ ~ ~

Setelah menempuh perjalanan dari Jepang ke Indonesia, mereka bertiga tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Mereka langsung menuju rumah sakit siloam tempat Kolis dirawat saat ini. Pikiran dan hati Melan masih bimbang, takut dan sedih. Ia hanya tidak ingin terjadi sesuatu dengan Kolis, bagaimanapun ia telah memberikan hatinya untuk Kolis semenjak Keyla pergi. Namun, ia tidak pernah mampu untuk mengakui hal itu karena Keyla masih ada dalam hari-harinya selama ini meskipun Keyla telah pergi selamanya.

Cukup lama menempuh perjalanan, mereka tiba di rumah sakit. Melan langsung menemui Monika dan Harry yang masih menemani Kolis di ruangan tempat ia dirawat. Sementara Gilang dan Mora mengikutinya masuk ke ruangan untuk melihat keadaan Kolis yang masih belum sadarkan diri.

"Tante! Gimana keadaan Kolis?" tanya Melan panik. Ia langsung menghampiri Kolis dan duduk di sebelahnya seraya menatap wajah Kolis yang di masih memakai ventilator.

"Dia belum sadarkan diri Lan, dokter bilang butuh waktu yang cukup lama untuk Kolis sadarkan diri lagi," jawab Monika.

"Dia pasti sembuh kan tante?"

"Iya Lan, tapi ada sesuatu yang harus kamu tahu," jawab Monika menghampiri Melan yang tengah bersedih.

"Apa tante?" tanya Melan menatap Monika penasaran.

"Dokter juga bilang, jika dia mengalami Amnesia jadi kemungkinan besar Kolis tidak lagi mengingat banyak hal yang terjadi dalam hidupnya. Tapi dokter juga bilang jika masih ada kemungkinan ingatannya kembali melalui terapi dan adanya seseorang yang membantu mengembalikan ingatannya lagi, karena ada kemungkinan masih ada memori yang masih ia ingat sebelum ia mengalami kecelakaan itu," jelas Monika.

"Ya Allah, inilah yang aku takutkan tan. Aku berharap semua akan segera membaik," ujar Melan dengan nada sendu. Ia memang terpukul dengan kondisi Kolis sekarang.

Melan mengusap wajahnya pelan dengan kedua tangannya. Ia merasa bersalah karena tidak mampu menepati janjinya untuk selalu menjaga Kolis. Dia masih saja menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi dengan Kolis, ia menyadari bahwa perhatiannya selama ini sangat jarang. Ia menghela napas dan menatap wajah Kolis yang tak lagi terlihat ceria, namun pucat tak berdaya.

Monika dan Harry yang melihat kecemasan Melan, ikut terlarut dalam kesedihannya. Mereka sangat mengetahui perasaan Melan saat ini. Mereka hanya berharap Melan selalu menyayangi dan tidak pernah meninggalkan Kolis dalam keadaan seperti ini. Keduanya perlahan meninggalkan ruangan Kolis dan membiarkan Melan menemani Kolis, mungkin saja mampu mempercepat kesadaran Kolis yang tengah koma.

"Sekarang aku sadar, ini adalah kesalahan terbesar yang pernah kulakukan dalam hidupku, aku gak ingin itu terjadi Lis, aku gak ingin kehilangan orang yang aku cintai untuk kedua kalinya. Pliss! Bangun! Dengerin aku! Aku sangat menyayangimu," ujar Melan seraya mengelus kepala Kolis. Air matanya tak tertahankan lagi, mengalir membasahi pipinya.

* * *

Tanpa dia sadari ia tertidur di sebelah kolis. Setelah bangun, ia langsung memperhatikan wajah kolis lagi, tapi belum juga ada tanda-tanda untuk sadarkan diri. Masih dengan perasaan sedih menyelimuti pandangannya, ia kemudian mencium kening kolis dan meninggalkan ruangannya, ia tidak tahan melihat Kolis terbaring seperti itu. Baginya, ini pertama kali ia melihat orang yang dia cintai terbaring di rumah sakit. Ia berpikir, apakah dulu Keyla juga merasakan hal itu ketika ia terbaring dan mengalami kebutaan.

Melan kemudian memutuskan untuk merelaksasikan pikirannya, ia menikmati secangkir kopi di sebuah kedai yang tidak jauh dari rumah sakit. Ia tidak sendiri tapi ditemani Gilang dan Mora. Melan berada di depan kedua sahabatnya dengan wajah penuh bersalah dan sedih yang sangat dalam. Mora maupun Gilang pernah melihat wajah itu setelah kepergian Keyla, sekarang terlihat lagi di wajah Melan. Mereka pun memahami perasaan itu dan berusaha membuat Melan optimis dan berpikir positif.

"Lan! Aku tahu gimana perasaanmu saat ini, yakinlah!" seru Gilang menyemangati sahabatnya.

"Iya Lang, entahlah! Pikiranku, hatiku, hanya tentang Kolis. Aku bukan pasangan yang baik untuknya," jawab Melan.

"Lan! Jangan berbicara begitu, ini soal waktu. Aku, Gilang dan Kolis sendiri tahu yang terjadi denganmu, kehilangan Keyla tak mudah membuatmu untuk menyayangi orang lain lagi. Tapi Kolis, ia selalu percaya bahwa kamu akan menyayanginya setelah waktunya tiba. Dia tidak pernah menyalahkanmu Lan, dia sangat menyayangimu," jelas Mora. Ia mencoba mengembalikan semangat yang pernah dia lihat dari Melan kala itu.

"Iya Ra, tapi ini semua gara-gara aku yang gak pernah perhatian sama dia. Mengabaikannya selama ini, bahkan tak memperdulikan perasaan tulusnya," ujar Melan, ia masih saja menyalahkan dirinya sendiri.

"Gak Lan, kamu sudah menjadi hal terindah bagi Kolis selama ini. Dia bahagia selama kamu bahagia, hanya itu yang ingin dia lihat darimu. Jangan menyalahkan dirimu lagi, semua harus terjadi seperti ini. Sekarang kamu bisa menyadari, arti Kolis bagimu setelah kejadian ini. Aku hanya berharap, kamu melihat hal positifnya Lan," jelas Gilang. Ia selalu saja menjadi sahabat yang bijak sejak dulu. Semua yang dikatakan Gilang benar, Melan memang harus melihat hikmahnya dari semua kejadian ini.

"Thanks Lang! Ra! Kalian selalu ada untukku dalam keadaan ini." Jawab Melan. Ia kemudian menyeruput kopi yang ada dihadapannya.

"Karena kita adalah sahabat," ucap Mora.

"Sahabat akan selalu ada dalam suka dan duka," tambah Gilang.

Melan merasa terharu dengan ucapan kedua sahabatnya itu. Ia hanya mampu tersenyum dalam kegundaan hati yang terus menyelimutinya. Ia berusaha untuk selalu berpikir positif dengan keadaan Kolis seperti saran Gilang. Setelah itu, ia berniat untuk kembali lagi ke rumah sakit, ia tidak ingin membiarkan Kolis sendiri, meskipun disana ada Monika dan Harry yang menemani Kolis.

"Entah, bagaimana kujelaskan kegelisahanku. Satu hal yang selalu kuharapkan saat ini, melihatmu sadar dan mendengar bahwa aku sangat menyayangimu Kolis," ucapnya dalam hati.

* * *

TBC...

Bagaimana menurut kalian perasaan Melan saat ini?

Mampukah Kolis sadarkan diri dan mengingat lagi?

Siapa kira-kira yang masih Kolis ingat dalam hidupnya, apakah ada sesuatu yang selama ini membuatnya penasaran?

Temukan jawabanya di part berikutnya, sabtu depan ya. See you. Semoga terhibur. Thanks

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MELAN & KOLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang