Seperti kata orang, cinta kadang ada batas kadaluarsanya
"Kamu gak perlu ngebalas cinta aku, tapi bahagialah saat bersamaku. Itu aja"
***
Gilang telah sampai dengan mobil sportnya, di dalamnya ia tidak sendiri. Bersamaan dengannya keluar seorang wanita dengan rambut terurai, terlihat memang sangat sempurna. Semua siswa mengenalnya, siapa lagi kalau bukan Mora. Wanita yang selalu bermasalah di sekolah, karena selalu menganggap dirinya senior, dan harus dituruti apapun keinginannya.
Mereka mulai melangkahkan kaki menuju kelasnya, kebetulan kelas mereka searah. Dari kejauhan juga terlihat Melan dan Kayla menuju arah yang sama, namun Melan hanya memperhatikan saja, tanpa menegur ataupun memberi senyum kepada keduanya. Keduanya melewati Gilang dan Mora yang tiba-tiba berhenti ketika mereka lewat dari sebelahnya.
Gilang maupun Mora menyimpan rasa sakit yang sama. Mora yang kesal melihat Melan begitu perhatian dengan Kayla, begitu juga Gilang harus tetap sabar ketika melihat Mora yang masih saja memperdulikan Melan dan Kayla. Dia hanya ingin, Mora bisa melupakan perasaannya. Kemudian dia bisa menghargai perasaan tulusnya yang hingga saat ini masih tetap menunggu hati Mora seutuhnya.
"Ra, kamu kenapa berhenti?", tanya Gilang yang juga ikut berhenti.
"Gak ada Lang, benci aja sama mereka", jawab Mora. Gilang tahu yang Mora maksud.
"Mau sampai kapan Ra? Ngarapin orang yang sama sekali gak peduli sama kamu. Lihat aku, aku mencintai kamu tanpa sebab, tapi alasan apapun", tegas Gilang.
"Aku gak tahu Lang. Kalo kamu merasa berat, kamu boleh ninggalin aku. Dari awal aku uda bilang kan Lang, aku belum bisa ngehapus Melan dari hati aku", jawab Mora menatap Gilang tajam.
Dia memang egois, dia menerima Gilang saat itu hanya untuk melampiaskan kekesalannya kepada Melan yang selalu menolaknya, namun Gilang tahu saat hatinya telah tulus mencintai Mora.
"Aku ngerti Ra maksudmu, kamu gak perlu ngebalas cinta aku, tapi bahagialah saat bersamaku. Itu saja, karena saat kamu bahagia, aku merasa nyaman", ujar Gilang memegang bahu Mora dengan tatapan hangat.
"Kasih aku waktu Lang. Hati aku rusak, gak mudah perbaikinya. Sorry kalo aku egois", jawab Mora.
Memang benar hatinya selalu terluka tiap kali melihat Melan sama Kayla, karena Melan selalu perhatian sama Kayla dan tidak pernah sedikit melihatnya yang sangat berharap. Seharusnya dia bisa bahagia seandainya dia mampu menerima ketulusan cinta Gilang, karena sampai detik ini Gilang selalu mengutamakannya lebih dari apapun.
"Oke. Selama apapun itu, aku tunggu. Tapi janji sama aku, jangan pernah menangis, karena aku tidak ingin hal itu terjadi sama kamu", Gilang kemudian meninggalkannya.
Sebelum Gilang pergi, ia sempat memencet hidung mancungnya, Gilang selalu seperti itu. Seperti telah menjadi kesukaannya. Mora hanya melempari senyum kepada Gilang yang beranjak ke kelasnya.
"Semoga, saat hatiku mulai menerimamu. Kamu belum menghilangkan perasaanmu kepadaku Lang", ucapnya pelan sambil tatapannya tak lepas dari punggung Gilang yang semakin jauh.
Seperti kata orang, cinta kadang ada batas kadaluarsanya. Kadang juga dia muncul terlalu lama bahkan terlambat. Saat orang yang selama ini mengejar-ngejar Mora, harus beranjak karena dia sadar hatinya tidak pernah mendapat tempat terbaik di hati Mora.
Semoga saja, sampai nanti hati Gilang tidak pernah berubah sampai Mora bisa menerima kehadiran hati lain di hidupnya. Karena ia harus sadar, Melan tidak akan pernah menyukainya. Melan telah bahagia dengan Kayla, jadi tidak ada harapan lagi untuk Mora masuk di hati Melan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELAN & KOLIS
Teen FictionHigh School Series #1 Part masih utuh, jangan lupa membaca sampai bab 3, baru beri vomentnya ya. "Karena tanpa kamu sadari, mencintaimu adalah hal yang paling menyenangkan" ~~~ Bagi cewek sepopuler dan secantik Kolis, mungkin hal aneh jika dia hanya...