Senyum yang indah

257 26 6
                                    

Banyak hal yang paling disukai oleh Melan, salah satunya senyum Kayla.

"Senyummu indah, ijinin aku buat selalu jagain senyum itu, sampai nanti"

***

Seperti biasanya, Melan mengunjungi kelas Kayla. Entah kenapa, wajah Kayla selalu murung, tidak bersemangat. Mungkin karena dia terlalu banyak pikiran. Dia seolah merasa hidupnya sudah tak lagi berarti, padahal belum tentu apa yang divonis sama dokter saat itu adalah hasil akhir. Karena di setiap pemberian Tuhan, akan selalu ada keajaiban setelahnya.

"Kamu kenapa Kay, lelah banget tuh muka?", tanya Melan saat dia telah sampai dihadapan Kayla. Seraya jemarinya mencubit pelan pipi kayla yang menggemaskan.

"Ada hal yang ingin aku bicarakan sama kamu Lan, tapi nanti pulang sekolah. Kamu ada waktu jalan-jalan sama aku nanti malam?", tanya Kayla. Mencoba memaksakan lengkungan garis bibirnya melengkung ke atas.

"Akan selalu ada waktu untuk kamu, aku suka senyum kamu. Boleh aku minta sesuatu?", tanya Melan menatap hangat wajah Kayla.

"Apa?", jawab Kayla.

"Senyummu indah, ijinin aku buat selalu jagain senyum itu, sampai nanti. Aku gak ingin senyum itu hilang di wajah kamu", ujar Melan memberi senyum. Kayla melebarkan senyumnya, dan mengangguk iya. Dia selalu mendapat semangat tiap kali Melan berusaha membuatnya tersenyum. Melan memang kadang kaku, tapi dia selalu bisa membuat Kayla merasa berarti, Melan selalu berusaha meyakinkan Kayla bahwa kebahagiaannya hanya dia.

"Jika suatu saat aku kenapa-napa, kamu mau tetap ada disamping aku Lan?", tanya Kayla lagi.

"Always, aku gak kan pernah pergi ninggalin kamu. Apapun yang terjadi sama kita suatu saat nanti. Karena aku mencintai kamu tanpa alasan, percaya sama aku", Melan berusaha meyakinkan Kayla. Karena selama ini, Melan tidak pernah memandang siapa Kayla dan bagaimanapun sifatnya. Karena baginya, mencintai memang harus tanpa sebab. Karena jika beralasan, kemudian alasan itu hilang, maka perasaannya pun akan hilang.

"Makasih Lan, aku gak pernah tau. Gimana nanti aku tanpa kamu, stay with me", ujar Kayla sendu. Ingin rasanya air mata itu keluar dari sudut matanya, tapi dia berusaha menahannya. Dia tidak ingin terlihat lemah dihadapan Melan, meskipun benar dia sangat terharu dan beruntung memiliki pasangan seperti Melan yang tulus.

"Sama-sama, oiya aku bawain kamu bolu kesukaanmu. Dihabisin ya, aku harus temuin pak Rojak dulu, ada urusan dikit. Biasalah soal osis", Melan terkekeh. Dia kemudian beranjak dari tempat itu setelah mencubit pipi Kayla untuk kesekian kalinya.

Setelah kepergian Melan, butiran-butiran halus yang tertahan itu pun berjatuhan membasahi pipinya seperti gletser di kutub yang mencair. Dia kemudian berusaha menghapus air mata itu, supaya tidak diketahui sama teman-teman yang lainnya. Tidak lama kemudian Acy menghampiri Kayla. Dia baru saja balik dari kantin, kemudian duduk di sebelah Kayla.

"Kay, kamu baik-baik aja kan?", tanya Acy.

"Aku baik-baik aja Cy. Tadi Melan kesini", jawab Kayla dengan senyum terpaksa.

"Kak Melan tu baik banget, selalu aja sempatin waktu buat temuin pacarnya", ujar Achy.

"Iya cy, terkadang aku merasa. Apakah aku pantas untuk dia, sementara keadaan aku sekarang seperti ini", ucap Kayla. Dia selalu merasa, bahwa yang dialaminya adalah sebuah beban. Tapi dia berusaha untuk tidak membuat orang yang dia cintai ikut merasakan kesedihannya. Kehadiran Melan di hidupnya, seolah membawa semangat yang besar untuknya menjalani hidup di hari esok.

"Kamu jangan berpikir kayak gitu Kay, optimis. Kak Melan sayang banget sama kamu, lebih baik kamu kasih tahu dia yang sebenarnya terjadi. Percayalah, dia gak kan pernah ninggalin kamu", Acy memberi semangat kepada Kayla.

"Makasih Cy, kamu memang sahabat terbaik aku", ucap Kayla kemudian memeluk sahabatnya itu. Dia beruntung memiliki sahabat seperti Acy, dia seperti saudara sendiri bagi Kayla. Karena selama ini, Acy adalah orang yang selalu bersamanya dalam suka dan duka. Begitupun dengan Acy, memiliki sahabat seperti Kayla adalah sebuah keajaiban dalam hidupnya. Kayla sangat baik kepadanya, dan selalu membantunya tiap kali dia menghadapi masalah.

Kayla memang dalam keadaan bimbang saat ini, karena hasil lab yang dia terima dari dokter cukup membuatnya terkejut. Tapi bukan berarti dia harus pesimis dan terjatuh dalam kesedihan, karena dibalik itu semua ia masih memiliki seorang Melan yang tidak berhenti menyayanginya, juga Acy yang selalu menyemangatinya.

***

Kolis baru saja kembali dari kantin sekolah, dia melewati koridor kelas 12 IPA 1. Dia mengedarkan pandangannya ke dalam kelas itu, ia sengaja melangkah dengan pelan. Agar dia bisa melihat dengan jelas apa yang ada di kelas itu. Orang yang dia cari ternyata tidak ada, siapa lagi kalo bukan Melan.

"Kak Melan dimana ya, tumben belum balik ke kelas", ucap Kolis dalam hati.

Deva yang dari tadi memperhatikan Kolis dari dalam kelasnya, kemudian keluar dan berniat menghampiri Kolis yang melangkahkan kakinya menuju kelasnya.
Bergegas Deva dengan sigap menghampiri Kolis.

"Lis, Kolis", teriak Deva yang berlari kearah Kolis.

"Iya kak", jawab Kolis. "Kak Deva, temannya kak Melan kan?", lanjut Kolis.

"Iya, salam kenal ya. Nanti malam ada acara gak?", tanya Deva.

"Kayaknya gak ada kak, kenapa?", tanya Kolis.

"Aku mau ngajak kamu makan bakmi, aku sering liat kamu makan bakmi di kantin. Jadi aku pikir kamu doyan bakmi gitu", ujar Deva.

"Iya kak, aku doyan banget. Boleh juga, nanti dimana kak?", tanya Kolis.

"Nanti aku kabarin tempatnya, aku chat lewat WA ya. Ada nomornya?", tanya Deva. Kemudian Kolis menyebutkan nomor whatsappnya satu persatu.

"Thanks ya", ucap Deva tersenyum.

"Iya Kak, sama-sama", Kolis kemudian bergegas meninggalkan Deva yang masih mematung di depan kelasnya. Dia terus saja memperhatikan Kolis hingga masuk ke kelasnya.

"Senyummu gak pernah berubah, tetap indah seperti kali pertama aku lihat saat itu. Aku suka senyum kamu", ujar batinnya. Tiba-tiba dari belakang seseorang menghampirinya kemudian menepuk punggungnya.

"Hei, ngapain bengong sendiri kayak patung di museum", ucap Melan.

"Yaelah, ngagetin aja. Gak bisa lihat temannya senang apa, hari ini aku tu senang banget", ujar Deva.

"Kenapa?", tanya Melan penasaran.

"Akhirnya aku dapat nomor whatsapp cewek itu", jawab Deva kegirangan.

"Owh, uda satu langkah lebih maju. Jangan menyerah, tapi jangan terlalu baper juga. Slow, bikin dia penasaran sama kamu", saran Melan.

"Berat juga ya", ucap Deva.

"Apanya yang berat? tinggal chat aja. Simpel kok", ujar Melan.

"Iya Lan, nanti malam aku jalan sama dia. Doaen ya", pinta Deva.

"Doaen apa? biar diterima sama tu anak atau biar kamu gak kehabisan kata-kata kalo ngomong sama dia", ejek Melan.

"Dua-duanya", Deva tertawa.

"Good luck", ucap Melan. Deva hanya tersenyum, perasaannya sangat bahagia, setidaknya dia tidak lagi hanya mengagumi Kolis, tapi bisa mengajaknya jalan-jalan. Memang nanti malam adalah hal pertama bagi Deva, sehingga dia sedikit tidak percaya diri. Namun Melan selalu membatnya yakin, sehingga banyak trik-trik yang Melan kasih tahu kepada Deva. Meskipun Melan sendiri bukan cowok yang hebat soal cinta, dia hanya belajar dari pengalamannya saat mendekati Kayla saat itu. Sama seperti Deva, Melan juga awalnya hanya mengagumi Kayla diam-diam tanpa berani menyatakannya. Kemudian akhirnya berhasil, karena dia berpikir menyukai seseorang tidak cukup dipendam saja tapi dinyatakan. Masalah jawabannya itu urusan belakangan.

TBC...

Hai readers, Melan dan Kolis baru bisa update nih. Mohon maaf sering telat, author sedikit sibuk dengan tugas kuliah. Tapi tenang aja, Melan dan Kolis akan selalu hadir kok, pastinya dengan quote-quote baper dari Melan. Ditunggu ya,

See you, salam cinta dari Melan dan Kolis

IG: @satriawan_heri



MELAN & KOLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang