Permintaan Hati

235 19 28
                                        

[Sekuat apapun Kolis berusaha menjauh, hatinya tetap memilih Melan]

"Terkadang menjauh sebentar adalah cara sederhana mengembalikan rasa yang nyaris hilang"

* * *

Gilang masih mencoba bertahan dengan perasaannya yang sama sekali belum terbalas, ia mulai bimbang dan merasa jenuh dengan perjuangannya untuk mendapatkan hati Mora. Beberapa hari ini, ia sengaja tidak terlalu sering bersama Mora. Dia hanya berusaha untuk membuat hatinya lebih nyaman, dan tidak lagi terluka sangat dalam. Dia duduk sendiri di taman sekolah, sambil mendengar musik kesukaannya, dia memperhatikan Mora dan teman-temannya dari kejauhan. Dia terkadang tersenyum melihat Mora dan teman-temannya bersenda gurau, saat melihat Mora tertawa dan saat melihat Mora tersenyum, semua itu adalah hal terindah yang Gilang sukai dari Mora.

Gilang kemudian menulis sebuah kalimat di sebuah kertas, seraya pandangannya tak berpaling dari Mora. Pena di tangannya berjalan dengan lancar, seolah kata-kata itu mengalir seperti air membentuk sajak yang indah.

Teruntuk Mora kekasihku,
Maaf, jika kehadiranku tak juga membuatmu bahagia

Maaf, jika cintaku tak juga membuatmu mengerti
Maaf, jika perjuanganku tak juga mampu meyakinkanmu

Aku pergi, bukan karena aku membencimu
Aku pergi, bukan karena hatiku terluka sangat dalam
Aku pergi, bukan karena aku menyerah

Aku pergi, karena itulah cara untuk membuatmu bahagia
Aku pergi, karena begitulah caraku mencintaimu dengan baik
Aku menyayangimu.

~Gilang~

Setelah kalimat itu telah selesai dia tulis, dia kemudian memasukannya ke dalam amplop berwarna biru. Amplop itu kemudian dia simpan di sakunya. Dia kembali tersenyum  melihat Mora yang tersenyum di sana. Dia bangkit dan kembali ke kelasnya, dia menuju bangku Mora dan meletakkan amplop berisi surat itu ke dalam saku tas Mora. Setelah itu dia langsung keluar dan berniat menemui Melan yang baru saja selesai rapat osis.

Gilang akhirnya bertemu dengan Melan, dia ingin hubungan pertemanan mereka kembali membaik seperti dulu. Saat ini, dia benar-benar telah mengambil keputusan untuk melupakan perasaannya kepada Mora. Dia sadar, hati Mora tidak mungkin terbuka lagi untuk cowok lain selain Melan. Dia berusaha menerima hal itu, karena menurutnya persahabatan mereka lebih penting dari memaksakan hati yang tidak terbalas.

"Lan... Melan...!" teriak Gilang memanggil Melan yang baru saja keluar ruangan. Melan menghentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara.

"Ada apa Lang?" tanya Melan.

"Aku boleh bicara sebentar," pintanya. Kemudian Melan duduk di bangku panjang yang ada di depan ruang osis.
"Lan, aku ingin persahabatan kita kembali kayak dulu lagi. Aku tahu aku salah, sudah memfitnahmu dan menjelek-jelekanmu di depan Mora, aku pikir dengan kayak gitu Mora bisa menyukaiku. Tapi ternyata gak, dia terus saja ngarapin kamu Lan, sekarang aku ingin minta maaf atas semua kesalahan aku saat itu, aku berharap kamu mau memaafkan aku," jelas Gilang. Dia berharap hubungan pertemanannya kembali membaik seperti dulu.

"Lang, aku tidak membencimu. Aku marah karena aku kecewa, itu saja. Selama ini, aku selalu menganggapmu sahabatku Lang. Mama juga sering tanyain kamu, aku cuma jawab kamu lagi sibuk. Aku juga minta maaf telah berkata kasar sama kamu, lalu bagaimana dengan Mora?" tanya Melan.

"Aku juga ingin, persahabatan kita bertiga kembali kayak dulu. Cuma kamu yang bisa jelasin ke Mora. Dia selalu dengerin kamu Lan, dia pasti mengerti penjelasanmu. Apalagi sebentar lagi kita lulus, aku ingin kita tetap bersahabat, sekalipun mungkin kita akan berpisah dengan pendidikan dan cita-cita kita masing-masing, bantu aku Lan," pinta Gilang. Dia benar-benar menyesal telah merusak persahabatan mereka.

MELAN & KOLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang