Hati yang Gelisah

104 12 9
                                        

Mora memang takut untuk kehilangan orang yang dia cintai, tapi dia masih percaya bahwa cinta Gilang tidak pernah hilang

"Kamu pernah membuatku yakin tentang perasaanmu, sekarang aku ingin selalu yakin bahwa kamu masih mencintaiku"

~ ~ ~ ~

Setelah Mora sampai di Apartemennya, pikiran tentang Gilang masih menggenangi otaknya. Ia hanya masih belum memahami apa yang selama seminggu ini terjadi dengan kekasihnya itu. Satu sisi dia takut terjadi sesuatu dengan Gilang di Berlin, tapi sisi lain dia takut Gilang memiliki kekasih lain disana.

Pikirannya mulai berpikir hal-hal negatif tentang Gilang disana, dia berusaha untuk meyakinkan hatinya bahwa Gilang masih sangat menyayanginya, jadi tidak mungkin akan melakukan hal itu. Dia mencoba lagi menghubungi Gilang lewat Whatsapp, beberapa kali ia mencoba untuk menelpon namun Gilang tidak juga mengangkatnya bahkan tidak memberi kabar balik kepadanya.

"Lang, kamu dimana sih? Kamu kenapa sih Lang? Lusa hari ulang tahun aku, sekalipun kamu gak bisa datang ke Jepang, gak masalah. Tapi setidaknya kamu kabarin aku Lang, aku rindu kamu," gumamnya dengan rentetan pertanyaan yang menghuni pikirannya.

Dia tidak tahan dengan kesedihannya, dia pun menangis. Dia mengingat kenangannya bersama Gilang saat hujan turun dan membasahi mereka berdua di tengah lapangan basket kala itu, tepat di hari mereka resmi berpacaran.

"Kamu tahu Lang, dulu kamu nunjukin aku arti cinta itu sebenarnya. Dan kamu yang mengajarkanku membuka hati untuk orang lain, sekarang aku hanya mencintaimu," gumamnya lagi seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Tidak lama setelah lamunan itu menyelami kenangannya tentang Gilang. Ponselnya berbunyi bertanda sebuah panggilan masuk, tepatnya dari Melan.

Hallo Lan

Hei Ra, kamu habis nangis?

Gak kok Lan, aku Cuma lagi Flu dikit aja pas balik tadi.

Yakin? Kamu baik-baik aja?

Iya Lan, yakin, aku baik-baik aja.

Oke, aku cuma mau mastiin itu aja, karena aku juga pernah berada di posisimu. Semoga Gilang baik-baik aja ya.

Iya Lan. Makasih ya

Sama-sama Ra, yaudah kamu istirahat. Cepat sembuh ya, sampai ketemu di kampus besok.

Oke, see you

Bye, Bye

Sekarang Mora sudah sedikit lega, mendengar ucapan semangat dari sahabatnya sudah cukup membuatnya lebih baik. Sekalipun Melan tidak pernah mencintainya lebih dari seorang sahabat, tapi perhatian Melan ke Mora sangat besar. Bahkan dia akan selalu mendahulukan Mora daripada dirinya sendiri.

Disisi lain, Mora sangat kasihan dengan penderitaan yang dialami Melan, kehilangan Kayla adalah hal terburuk yang pernah dia temui. Mora juga sadar, Melan sangat menyayangi Kayla bahkan hanya dia satu-satunya wanita yang ada di hatinya. Mora juga berpikir, tidak mungkin Melan bisa melepas semua kenangan-kenangannya bersama Kayla, sekalipun sekarang Kolis adalah seseorang yang akan menggantikan Kayla, secara perlahan Melan akan mencintai Kolis seperti dia mencintai Kayla dulu, dia hanya butuh waktu untuk bisa berdamai dengan keadaan yang dia jalani saat ini.

"Lan, seandainya kamu mau berusaha untuk mencintai Kolis, mungkin kamu tidak akan terlarut dalam kenangan yang terus mengisi hari-harimu bersama Kayla dulu. Kamu pantas untuk selalu bahagia Lan, bukan terpuruk," gumam Mora seraya memandang fotonya bersama Melan dan Gilang yang terpampang di sudut kiri meja belajarnya.

* * *

TBC...

Cukup lama untuk menemukan ide baru untuk kelanjutan kisah Melan & Kolis ini. Semoga Part ini bisa menghibur sahabat-sahabat semua. Tetap dukung cerita ini ya, jangan lupa komentarnya ya. See you. Terima kasih udah setia menunggu kelanjutan ceritanya.

MELAN & KOLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang