Tak Harus Bersama

255 25 18
                                    

Ada kalanya perasaan didahulukan daripada logika. Karena cinta tak harus memiliki

"Hati memang punya hak untuk bahagia. Tapi bahagia tidak harus bersama, karena melihatmu bahagia, hatiku ikut bahagia"

* * *

Suasana pagi masih seperti biasanya di sekolah, Melan sudah berada di sekolah sejak pagi tadi, wajah tidak bersemangat. Pikirannya selalu kepada Kayla yang berjuang dengan penyakitnya. Rencananya sore nanti Kayla akan operasi, Melan berharap setelah operasi itu Kayla bisa kembali lebih baik, sekalipun dia sadar hasilnya tidak mungkin seratus persen menghilangkan penyakit itu dari tubuh Kayla. Deva menghampirinya, dia dari tadi memperhatikan Melan murung. Deva sudah sering melihat Melan seperti itu, tapi untuk kali ini wajahnya sangat lelah, sehingga memaksa Deva untuk menanyakan keadaanya.

"Kamu kenapa Lan, kamu sakit? muka pucat banget", tanya Deva.

"Eh Dev, aku gak apa-apa. Aku hanya kepikiran keadaan Kayla aja", jawab Melan.

"Kayla kenapa? dia tidak masuk sekolah?", tanya Deva lagi.

"Iya Deva, Kayla sebenarnya di rumah sakit sekarang, nanti sore dia operasi", ujar Melan dengan wajah mencuat sendu.

"Kayla sakit apa sampai operasi segala?", lagi-lagi Deva bertanya, dia masih sangat penasaran.

"Kanker darah, sudah studium 3. Aku kasian sama Dev, semoga dia kuat hadapi itu semua", jawab Melan.

"Astaga, aku gak pernah nyangka hal itu Lan. Kamu harus selalu ada untuk dia, Kayla pasti sangat butuh kehadiran orang-orang tercintanya untuk membuat dia semangat. Karena setau aku, penyintas kanker itu butuh perhatian dan kasih sayang yang tulus. Dia beruntung punya kamu, cowok paling baik untuk dia", Deva terkejut dengan apa yang dia dengar dari Melan.

"Iya Dev, semoga itu belum berakhir. Aku benar-benar belum siap kehilangan dia", ujar Melan, hatinya sangat sedih.

"Kamu sabar ya Lan, selalu berdoa. Semoga Kayla akan baik-baik aja", seru Deva seraya menepuk-nepuk punggung Melan. Dia juga sangat terkejut dengan hal itu.

"Thank you Dev, semoga Tuhan memberinya kebaikan", ucap Melan.

"Oiya nanti pulang sekolah kamu kesana kan? Aku ikut ya sama Kolis", pintanya.

"Iya, gak apa-apa. Nanti bareng aja Dev", jawab Melan.

Deva bisa memahami bagaimana perasaan Melan saat ini, sebagai sahabat ia hanya mampu memberi motivasi dan dukungan. Mungkin tidak semua orang bisa menerima kenyataan tentang apa yang diderita oleh pasangannya, tapi Melan mampu menerima hal itu, bahkan dia selalu berusaha untuk melakukan hal terbaik untuk Kayla, hal paling hebatnya lagi Melan tidak pernah berhenti mencintai Kayla sedikitpun. Cinta memang tidak cukup hanya sekedar rasa suka, tapi yang terpenting adalah menerima setiap jengkal kekurangan maupun kelebihannya.

Sambil menunggu waktu bel masuk, Deva sengaja ke kelas Kolis. Dia ingin menemui Kolis. Setiap laki-laki yang menyukai wanita pasti akan melakukan hal yang sama, salah satunya berkunjung ke kelas, walaupun tanpa tujuan yang jelas. Deva sudah berada di kelas Kolis, namun Kolis sepertinya sedang tidak di kelas. Kemudian dia kembali lagi ke kelasnya, tanpa disengaja, dia menabrak seseorang yang tiba-tiba keluar dari kelas sebelahnya. Beberapa buku berserakan di lantai, kemudian Deva segera membereskannya bersamaan dengan perempuan itu, dia tidak lain adalah Acy. Deva sangat mengenalnya, karena sudah sangat sering mereka bertemu saat Melan mengunjungi Kayla, ataupun ketika mereka jalan-jalan di Mall. Namun mereka sedikitpun tidak pernah berbicara, entah karena sama-sama malu atau mungkin sama-sama kaku. Keduanya memiliki sifat yang sama, suka menyimpan perasaan.

"Sorry Cy, aku ngelamun tadi", ucap Deva.

"Gak apa-apa kak, gak usah minta maaf, akunya aja yang memaksa diri bawa buku banyak-banyak", Acy tersenyum, wajahnya berubah. Dia menjadi salah tingkah saat Deva menatapnya.

"Gak apa-apa aku bantuin, lagi pula ini banyak. Kebetulan aku juga belum masuk kelas, mau di anterin ke perpus kan?", Deva berniat membantu Acy membawakan buku paket bahasa indonesia, dia hanya tidak tega melihat Acy membawakannya sendiri.

"Makasih ya kak", ucap Acy tersenyum tipis.

"Sama-sama", jawab Deva dan bangkit. Mereka langsung bergegas menuju perpus. Entah apa yang dirasakan Acy berada di samping Deva, sejak dulu ini adalah kali pertama mereka jalan bersaman bahkan berbicara. Hatinya sangat deg-degan, dia hanya takut siswa lain jadi salah paham dengan kejadian ini. Terlepas dari itu, ini adalah hari keberuntungannya bisa sedekat ini dengan Deva, laki-laki yang notabene orang yang selama ini dia kagumi, namun tidak pernah berani mengatakan perasaannya.

* * *

Setelah meminta ijin untuk pulang lebih awal, Melan langsung berangkat ke rumah sakit. Karena operasinya akan dimajukan satu jam dari rencana. Tidak lama, Melan tiba di rumah sakit, dia langsung menemui Yesi. Operasinya sedang berjalan, perasaan Melan bercampur aduk, dia hanya berharap hasilnya akan lebih baik dan bisa melihat Kayla bersemangat lagi menjalani hari-harinya. Cukup lama menunggu, Melan dan Yesi duduk bersama di bangku panjang menunggu operasinya selesai.

"Bunda jangan khawatir, semua akan baik-baik saja, Kayla pasti sembuh Bun", ujar Melan saat menatap wajah Yesi, dia sangat sedih, sepertinya dia telah menangis semalaman.

"Iya Lan, bunda percaya sama Tuhan, semoga ada keajaiban untuk Kayla. Dia anak bunda satu-satunya yang bunda punya. Hanya dia yang selalu mendengar cerita-cerita bunda, semenjak papanya pergi lebih dulu menghadap Tuhan, dia hanya punya bunda di hidupnya. Sekarang setidaknya ada kamu juga yang membuatnya bertahan untuk hidup, sekalipun kita gak pernah tahu sampai kapan dia mampu bertahan dengan sakitnya. Satu permintaan bunda Lan, buatlah hari-hari Kayla bahagia, buat dia ketawa, buat dia lupa dengan penyakitnya. Dia sangat menyayangimu Lan", jelas Yesi. Dia menceritakan segal hal tentang Kayla, dia hanya ingin Melan tahu bahwa Kayla sangat tulus kepadanya.

"Iya bun, aku janji akan buat dia bahagia setiap hari. terima kasih ya bun udah percaya sama aku untuk kebahagiaan Kayla", ujar Melan.

"Aku percaya kamu orang baik Lan, Kayla sudah cerita banyak tentang kamu ke bunda", ucap Yesi.

"Iya bun", Melan tersenyum.
Tidak lama, dokternya keluar dari ruang operasi. Dia memberitahukan hasilnya kepada Yesi setelah mereka berbicara empat mata di ruangan dokter itu. Sementara Melan menghampiri Kayla di ruang perawatan, dia masih tidak sadarkan diri karena obat biusnya masih bekerja. Melan duduk di sebelahnya, dia memegang tangan Kayla seraya menatap wajah Kayla, masih tetap cantik di mata Melan. Air mata Melan perlahan mengalir menyusuri pipinya, untuk pertama kalinya dia menangis karena wanita. Dia hanya tidak mampu menahan kesedihannya melihat wajah itu, wajah yang selama ini tersenyum dihadapan, wajah yang selama ini tertawa bersamanya, bercanda bersamanya, seolah kenangan-kenangan yang dulu muncul kembali diingatan Melan. Hal itulah yang membuat Melan menangis, karena wajah itu sekarang terlihat lelah dan tak lagi tersenyum tiap kali Melan hadir dihadapan Kayla.

"Jika aku boleh meminta satu hal, aku ingin Tuhan selalu menjadikanku sebagai alasan kamu bahagia, aku akan berusaha untuk selalu menjadi pacar terbaik untuk kamu. Dan aku tidak akan pernah membuatmu sendiri, aku janji. Sampai kapanpun, kamu tetaplah bahagiaku yang paling nyata", bisik Melan seraya air matanya terus mengalir dengan deras.

Deva, Acy, Kolis dan Mendi ternyata sudah berada di rumah sakit, mereka hanya berdiri melihat Melan dan Kayla dari balik pintu. Mereka tidak ingin merusak suasana haru keduanya, namun berbeda dengan Kolis. Perasaannya bercampur aduk antara sedih dan cemburu. Keduanya tidak bisa ditebak, sisi lain ia sedih melihat kondisi Kayla, karena dia pun baru sekarang mengetahui hal itu, sisi lain ia cemburu melihat perhatian Melan kepada Kayla. Tapi dia juga harus sadar bahwa Melan tidak akan pernah menyakiti dan meninggalkan Kayla, apalagi saat kondisi Kayla saat ini.

"Hati memang punya hak untuk bahagia. Tapi bahagia tidak harus bersama kan, karena melihatmu bahagia, hatiku ikut bahagia kak", ucap Kolis dalam hati seraya menghapus butiran halus yang mengalir dari sudut matanya. Adakalanya perasaan didahulukan daripada logika, karena mencintai tidak harus memiliki. Tapi cinta yang sebenarnya adalah sebuah perasaan bahagia saat melihat orang yang dicintai bahagia.

TBC...

Readers, bagaimana dengan part ini. Kolis memang harus sabar, karena mencintai orang yang punya pacar, memang selalu ada konsekuensinya. Semoga Kolis bisa. Bagaimana dengan Kayla? Mampukah dia bertahan dengan penyakitnya?

Tunggu di part berikutnya ya.

MELAN & KOLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang