Pertemuan mendadak

299 31 7
                                        

Ada kalanya apa yang kamu mau tidak sesuai harapan, tapi bisa jadi itu adalah keberuntungan

"Hatimu punya hak untuk bahagia, biarin aku menetap di hati kamu sebentar saja"

***

Setelah bel istirahat, Kolis harus masuk ke perpustakaan. Sebuah tempat keramat baginya, karena dia paling benci masuk perpustakaan. Bertemu ratusan buku, juga suasana ruangan yang begitu hening. Sangat membosankan baginya, tentunya bukan suasana demikian yang harapkan saat ini. Namun, mau tidak mau dia harus masuk perpustakaan karena dia mendapat tugas tambahan dari pak Rojak. Semua soal yang dia kerjakan sama sekali tidak ada yang benar, sehingga pak Rojak menghukumnya untuk mencatat dan menghapal rumus fisika dari semua materi yang telah berlalu. Dia bisa saja menggunakan gatgetnya untuk mencari referensi, namun dia berpikir tidak ada salahnya mencoba masuk perpustakaan yang selama hampir dua tahun di SMA ini tidak pernah melihat isi dalam perpustakaan sekolahnya. Dia melangkahkan kaki dengan niat yang bulat, dia dengan semangat menjalankan hukuman itu. Karena dia tidak ingin terlihat seperti siswa yang nakal lainnya, sekalipun tidak juara kelas, setidaknya dia tidak berbuat masalah disekolah ini. Dia ingin populer karena prestasinya, meskipun bukan dalam bidang eksak. Ada bidang lain untuk berprestasi, karena masing-masing orang punya kelebihan masing-masing, begitulah pemikirannya.

Setelah sampai di perpustakaan, ia mulai mencari buku fisika. Perlahan dia menyusuri rak-rak buku itu untuk menemukan apa yang dia mau. Tepat ia menghentikan langkahnya ketika ia menemukan tempat tersedianya buku fisika dari berbagai penulis, kemudian dia mengambil salah satunya dan mulai membuka lembaran-lembaran buku tersebut.

"Suka ke perpustakaan juga?", sapa Melan yang berada di belakangnya. Melan baru saja masuk, dan berniat mencari buku paket fisika.
"Emm, jarang sih kak, pas ada tugas aja", jawabnya polos memperlihatkan gigi ratanya.
"Oh ya, kalo aku sih sering sempatin waktu buat baca buku. Apalagi tempatnya tenang dan nyaman untuk belajar. Emang tugas apaan dari pak Rojak?", tanya Melan menatap hangat mata Kolis.
"Emm. Gak ada apa-apa kok kak, hanya ingin menghapal rumus saja, makanya bela-belain kesini", jawab Kolis. Melan sudah tahu, jika pak Rojak menyuruh menghapal rumus berarti siswa tersebut sedang bermasalah dengan pelajar itu.
"Oh, kirain karena kamu gak ngerjain Tugas. Uda ketemu buku yang pas?", tanya Melan lagi.
"Belum piks kak, masih cari yang tepat", jawab Kolis lagi, sambil membuka satu persatu lembaran bukunya. Bukan karena ia ingin membacanya, hanya karena salah tingkah saja. Karena Melan sedang memperhatikannya, tatapannya hangat dan menenangkan.
"Kamu kenapa, kok jadi aneh gitu mukanya. Gimana sama idolamu di sekolah, uda ngasih kode?", tanya Melan kemudian. Dia seperti sedang introgasi penjahat kelas kakap. Pertanyaannya rumit, susah dijawab.
"Sudah kak, tapi cowoknya gak peka-peka. Coba kasih aku saran kak, siapa tau saran kak Melan berhasil", ujar Kolis kemudian menutup bukunya.
"Masih kurang kali Lis. Gini deh, cowok gak peka itu biasanya bakal cepat memperhatikan cewek yang bermasalah, atau cewek yang berprestasi. Jadi misi kamu, mending kamu tunjukin prestasimu di bidang yang kamu sukai. Mungkin saja dia akan memperhatikanmu, asal jangan menyerah", jelas Melan. Dia memang tidak pernah tahu siapa cowok yang sangat dia sukai.
"Jadi aku harus jadi juara kelas ya kak?", tanya Kolis.
"Gak harus seperti itu Lis, tapi jadilah diri sendiri. Apalagi kamu juga cantik, dia pasti mau deh sama kamu. Percaya sama aku" ujar Melan.
"Tapi dia beda kak, kan aku pernah cerita kalo dia sayang banget sama pacarnya. Aku gak mau jadi pengganggu kak, aku mengerti juga perasaan cewek. Jadi lebih baik dipendam saja sementara kak", jawab Kolis.
"Iya juga sih, kamu benar. Mungkin cinta memang butuh waktu untuk bercerita, di waktu yang tepat juga hati yang kuat untuk menunggu. Kamu yakin kuat?", tanya Melan.
"Iya kak, aku yakin cinta yang tulus tak mudah menyerah. Karena aku percaya, hati tidak pernah berbohong. Suatu saat cowok itu bakal paham, kalo diam-diam ada yang menyukainya sepenuh hati", jelas Kolis. Sesekali ia melempar senyum, Melan senang dengan senyuman Kolis.
"Iya Lis, hati tidak mudah memaknai apa yang kodein. Kadang juga, kebaikan cowok ke cewek itu cuma perasaan empati. Jadi jangan sampai baperan", Melan terkekeh.
"Gak baper kok kak", ia menjeda ucapannya. "Susah ya jadi cewek, gak ada aturan buat menyampaikan perasaan duluan, jadi mesti menunggu cowok itu peka", lanjutnya.
Melan terkekeh mendengar keluhan Kolis, namun dia mengerti. "Cewek memang hanya bisa menunggu, dan jika yang ditunggu-tunggu tidak nyadar juga. Lebih baik beralih jalur, memilih orang yang menyukai dan menerima hatimu dengan tulus", seru Melan. "Siapa sih tu cowok?", lanjut Melan penasaran.
Belum sempat Kolis menjawab pertanyaan Melan, bel masuk berbunyi. Dan tidak boleh ada yang masih berkeliaran setelah gurunya sudah masuk ke kelas, begitulah aturannya.
"Sampai ketemu, rajin belajar. Salam sama tante", ujar Melan sebelum dia beranjak dari hadapan Kolis yang mematung di depan Melan. Dia tidak tahu mau menjawab apa, dia hanya mengangguk mengiyakan. Hati terkadang berontak ingin mengatakan bahwa dia sangat menyukai Melan, namun sisi lain Kolis harus menjaga harga dirinya jika harus mengatakan itu lebih dulu. Lagi pula, Melan belum tentu mau dengannya. Jadi sama saja bunuh diri jika harus mengatakan cinta sama pacar orang lain.

***

Mora sedang melihat-lihat foto Melan, sengaja dia koleksi di galeri ponselnya. Foto-foto itu diambil dari instagram Melan secara diam-diam. Bibirnya tersenyum tiap kali ia melihat foto itu, karena Melan memang satu-satunya cowok yang sangat dia sukai. Tiba-tiba Gilang datang dan menghampiri Mora, kemudian duduk di sebelahnya.
"Liatin apa sih, senyum-senyum sendiri kayak orang gila?", tanya Gilang.
"Gak apa-apa. Lagi seneng aja, emang gak boleh kalo aku senyum?", Mora melirik Gilang.
"Aku malah senang, senyum aja tiap hari. Biar bumi jadi adem", seru Gilang.
"Ada-ada aja Lang", ucap Mora datar. "Lang, aku boleh nanya gak?", ucap Mora.
"Boleh, apaan. Jangan tanya perasaan aku ya", Gilang terkekeh.
"Aku cantik kan?", tanya Mora.
"Iya, buat aku kamu cantik. Kenapa? Aneh banget", tanya Gilang penasaran.
"Kok Melan gak mau ya sama aku?", ucapnya menatap Gilang. Gilang pastinya sakit mendengar hal itu, siapapun pasti akan merasakan hal yang sama ketika yang disukai malah menyukai orang lain.
"Ra, Melan sudah punya Kayla. Dia sangat mencintai Kayla, jadi gak ada satupun orang yang bisa mengubah hati Melan", tegas Gilang. Dia berusaha meyakinkan Mora, bahwa Melan tidak pernah menyukainya sampai kapanpun.
"Apa aku salah menyukainya?", tanya Mora.
"Hatimu punya hak untuk bahagia, biarin aku menetap di hati kamu sebentar saja. Aku bisa buat kamu lebih bahagia dari ini Ra", jelas Gilang. Dia berusaha membuat Mora percaya bahwa dia adalah cowok terbaik yang bisa menyayanginya dengan tulus.
"Iya Lang. Aku butuh waktu", seru Mora.
"Aku hanya ingin kamu bahagia, itu saja", ucap Gilang sambil memegang bahu Mora dan menatapnya hangat.
"Terima kasih Lang", kata Mora.
"Iya Ra", sahut Gilang. Hatinya memang tidak bisa berbohong, dia sangat menyayangi Mora. Tidak lama, guru bahasa indonesia datang. Gilang pun kembali ke bangkunya. Dalam cinta, kesabaran dan perjuangan itu perlu. Sekalipun menyakitkan, ia percaya bahwa pada akhirnya nanti Mora akan mampu melihat siapa yang mencintainya dengan tulus. Hanya saja, dia harus menunggu waktu yang tepat sampai Mora membuka hatinya.

TBC...

Hai readers, akhirnya bisa di publish lanjutannya. Selamat membaca. Jangan lupa koment dan votenya ya.

See you. Dua hari lagi di update ya. Salam cinta dari Melan dan Kolis.

MELAN & KOLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang