Melawan Kata Hati

403 46 17
                                        

Kolis itu gak mudah buat jatuh cinta, tapi jika dia udah menyukai seseorang, dia akan benar-benar tulus

"Hati memang gak bisa menolak rasa yang hadir, tapi bukan berarti memaksanya untuk memilikimu"

***

Kolis baru saja sampai di sekolahnya setelah mengantar Fathir. Dia begitu bersemangat, seperti orang memang undian. Setelah memarkir mobilnya, dia langsung beranjak menuju kelasnya. Namun sebelum dia sampai ke kelasnya, geng Mora lagi-lagi membuat mood Kolis tidak bagus. Ia selalu saja ingin berbuat ulah, seperti telah menjadi sarapannya saja. Jika tidak berbuat masalah sehari saja, mungkin hidupnya tidak akan tenang.

"Miss Kolisa yang sok cantik, aku ingetin kamu ya. Jangan sok-sok dekat sama Melan, cewek berantakan kayak kamu gak cocok sama Melan", cibirnya sambil kedua tangan dilipat di dadanya. Kolis coba tidak menggubris cibiran Mora itu, dia tidak ingin berbuat masalah.

"Eh cewek jadi-jadian, mending kamu urus tu muka yang bedaknya ketebelan, atau bibirmu yang lipstiknya alay dari pada ngurusin idup aku, aku gak mau kamu jadi masalah di hidup aku, ngerti", Kolis meninggalkannya dengan tatapan sinis. Namun, tiba-tiba Mora menarik pergelangan tangan Kolis dengan paksa.

Mora memang orang yang tidak suka dikalahin, dia akan puas kalau dia berhasil membuat malu Kolis. Kolis yang tidak suka disentuh sama cewek seperti Mora, langsung memaksa melepaskan tangannya.

"Dasar pengecut!", umpat Mora dengan tatapan yang penuh kekesalan.

"Aku hanya gak mau kak Melan melihat aku kayak dia melihatmu. Pembuat masalah. Harusnya kamu yang nyadar, udah ditolak masih aja ngebet. Keganjenan", cibir Kolis, dia mendekatkan wajahnya menantang. Sorot matanya tajam, emosinya hampir saja tak terkendali. Untung saja dia masih ingat kata Melan saat di kantin kemarin.

"Owh, jadi sekarang kamu mau berusaha ngerebut Melan. Ngaca, punya kaca kan. Dan sadar kamu saingan sama siapa, kamu gak ada apa-apanya dibanding aku. Jadi gak sa mimpi", ucap Mora sambil menunjuk-nunjuk wajah Kolis, dengan nada yang berbisik sehingga tidak terdengar siapapun kelau mereka sedang berdebat.

Sikap Mora membuat Kolis mulai kesal. Namun dia tetap terlihat santai, karena jika dia meladeni ucapan Mora. Sama aja, dia gak jauh beda sama Mora.

"Sorry, mending kamu pergi. Tampangmu gak cocok berada di depan aku, bye,bye Miss Mora", ejek kolis kemudian beranjak masuk kelas. "Eh, jangan lupa ke kamar mandi, bersihin tu muka. Ketebelan bedakmu", tambah Kolis, ejekannya membuat Mora geram. Dia kepal kedua tangannya secara bergantian, dia ingin sekali menonjok Kolis. Sayangnya Kolis telah lenyap dari pandangannya.

Kedua teman Mora berusaha menenangkannya. Kebencian Mora semakin menjadi-jadi, dia tidak ingin Kolis dekat sama Melan. Dia akan selalu punya cara membuat Kolis kalah darinya. Tidak lama, dia meninggalkan kelas IPA 1.

"Kenapa tu nenek lampir pagi-pagi dah nyerocos kayak perkutut kelaperan?", tanya Mendi ketika Kolis telah sampai di bangkunya.

"Ta--u. Gatal kali mulutnya gak ngejekin orang sehari, dasar cewek gila", cibir Kolis yang masih bermuka kesal. Tingkah Mora berlebihan menurut Kolis.

"Oh, paling Melan lagi. Susah juga ya jadi cowok ganteng kayak Melan, pada direbutin. Lagi pula dia kan pacaran sama Gilang, masih aja ngebet ma pacar orang", ujar Mendi.

"Tau dah, Gilang juga. Tampang aja yang pemberani, sama cewek kayak Mora aja takut. Kalo aku jadi Gilang, udah tak lempar jauh-jauh cewek kayak gitu. Gak tau diri", seru Kolis. Ia merasa kesal dengan Gilang, mau-maunya diPHP-in sama Mora. Padahal ada banyak juga yang suka sama Gilang, tapi tetap aja bertahan sama Mora.

MELAN & KOLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang