Kehidupan asmara tidak akan berjalan sesuai keinginan kita, bahkan ada banyak sekali rintangan yang harus dihadapi, jika aku mencintaimu tetapi kamu mencintai orang lain itulah takdir yang harus aku terima, aku tidak bisa memaksamu untuk mencintaiku karena cinta bukanlah sebuah paksaan, bahkan akupun bisa lelah, lelah mencintaimu dan ketika aku lelah, aku akan melupakan bahwa aku pernah mencintaimu.
Taman bermain merupakan salah satu surga bagi anak-anak manis di muka bumi ini. Siapa yang tidak menyukai taman? Bahkan hampir semua anak-anak menyukai taman bermain bukan?
Laki-laki berambut hitam kini sedang sibuk menendang bola nya tidak beraturan. Laki-laki itu terus menendang, hingga ia tidak sadar jika tendangan nya mengenai gadis yang sedang bermain boneka Barbie. Gadis itu meringis kesakitan. Karena perbuatan laki-laki itu, kini tangan nya memar.
"Maap aku gak cengaja." Laki-laki itu mengusap pelan lengan gadis yang berada di samping nya.
"Awww cakit." Lagi-lagi gadis itu meringis kesakitan.
"Maap yah, jangan nangis dong, aku kan udah minta maap." Laki-laki itu berusaha menenangkan gadis yang sejak tadi menangis karena kesakitan.
"Emang nya kalo kamu mimta maap, kepala aku bakalan cembuh?"
Laki-laki itu menggelengkan kepalanya lalu berlari menuju ibunya yang sedang berdiri.
"Faro kamu mau kemana sayang?" Tanya wanita berparuh baya.
Laki-laki itu tidak mendengar ucapan ibu nya, laki-laki itu terus berlari entah kemana.
Faro. Ya nama laki-laki berumur lima tahun itu, ia tinggal bersama kedua orang tua nya.
Faro dengan cepat memasuki rumahnya, lalu melangkahkan kaki menuju kamarnya yang berada di lantai satu.
Ia berjinjit untuk mengambil sebuah kotak yang di simpan di lemari nya. Setelah mendapatkan kotak itu, ia kembali bergegas menuju taman bermain.
"Kamu mau ngapain sayang?" Tanya sang ibu.
"Ini rahasia, ayok ikut aku Bun." Faro menarik lengan sang ibu.
Faro kini kembali duduk di samping gadis yang sejak tadi menangis, lalu ia menarik lengan gadis itu dengan sangat lembut.
"Kamu ma-u ngapain cih?" Tanya Naya di sela isak tangis nya.
"Kamu diem aja, aku mau obatin tangan kamu dulu." Dengan lihai ia mengobati gadis itu, sehingga lengkungan di bibirnya mulai muncul.
"Awww cakit."
"Cebental yah ini bental lagi celecai."
"Nah udah beles." Faro tersenyum puas ketika sudah mengobati gadis itu.
"Maacih yah, kamu udah ngobatin tangan aku."
"Kamu hak ucah bilang telima kacih, coalnya kan ini calah aku, maapin aku yah. Tadi aku gak cengaja."
"Iya gapapa."
Diana hanya tersenyum melihat anak kecil yang menurut nya sangat lucu. Faro yang bertanggung jawab dan Naya yang mudah memaafkan orang lain
"Loh kok sekarang malah diem-dieman gitu, Faro ayok kenalan sama temen baru kamu." Ucap Diana.
"Oke Bun."
"Halo nama kamu ciapa?" Tanya laki-laki berumur sekitar lima tahun.
"Nama aku, Ana." Ucap Naya berambut pirang sambil tersenyum ke arah Faro.
"Nama aku Falo."
"Nama kamu bagus yah." Puji Naya.
"Nama kamu juga cantik, sama kayak olang nya." Ucap Faro sambil menunjukkan sederetan giginya.
Aduh masih kecil aja udah berani gombal. Ucap Diana terkekeh saat melihat tingkah anak nya.
"Ana, rumah kamu dimana?"
"Di samping lumah Tante."
"Oh ya? Kok Tante gak tau sih kalo kamu tinggal di sana."
"Iya Tan, coalnya aku gak pelnah kelual lumah."
"Loh kenapa cantik?" Tanya Diana sambil menautkan kedua alisnya.
"Coalnya gak ada yang mau lain ama anak pelempuan, katanya anak pelempuan itu cengeng Tante."
"Oh begitu."
"Mulai cekalang kamu gak pelu cedih, aku mau kok temenan cama kamu." Ucap Faro sambil menatap Naya.
"Woaaah kamu benelan?" Tanya Naya dengan mata yang berbinar-binar.
"Iya dong, nanti kita main bareng." Ucap Faro.
"Nah bener tuh sayang, mulai sekarang kamu main aja ama Faro. Main di rumah Tante juga boleh." Ucap Diana dengan senyuman nya.
"Woaaah asyik! Cekalang Naya punya temen." Ucap Naya sambil berjingkrak-jingkrak kesenangan.
"Faro... Ana... sebentar yah, bunda mau angkat telpon dulu."
Faro dan Naya saling bertatapan kemudian mengangguk. Diana dengan cepat mengangkat telepon. Faro dan Naya terkekeh geli saat mendengar Diana menelpon.
"Bunda, bunda, cuami itu apa?" Tanya Faro.
"Emmm kamu pasti nguping bunda yah?"
"Hehe iya Bun."
"Iya Tan, emang nya cuami istli itu apa cih?"
Aduh gimana ngejelasin nya yah. Batin Diana.
"Iya Bun emang nya apaan sih?" Tanya mereka berdua dengan penasaran.
"Jadi...suami istri itu, Bunda sama papah."
"Yang jadi cuami nya itu ciapa Bun?"
"Papah suami Bunda, dan Bunda istri nya papah."
"Oh gitu yah Tante."
"Bunda, bunda, isteli aku ciapa?"
"Istri sayang."
"Heh iya, istli aku ciapa?"
"Kamu belum punya istri, kan kamu masih kecil."
"Yah kok gitu cih Bun?" Ucap Faro merengek.
"Tante, tante, kalo cuami aku ciapa?"
"Kamu juga belum punya suami sayang, soalnya kalian berdua kan masih kecil."
"Yaaaah." Ucap Naya memelas.
"Ana, Ana gimana kalo kamu jadi istli aku, telus aku jadi cuami kamu?"
"Iya, Falo aku mau, lagi pula aku juga belum punya cuami, hihi."
"Eittsssss belum boleh sayang, nanti aja, kalo kalian udah dewasa yah."
"Yaaaah."
"Yaudah Ana, nanti kalo kita udah besal, kamu jadi istli aku yah."
"Iya Falo aku mau."
"Janji yah?"
"Janji." Mereka berdua tersenyum lalu saling mengaitkan jari kelingking mereka.
Diana hanya terkekeh geli melihat tingkah anak berumur lima tahun. Faro yang melamar Naya, dan Naya menerima lamaran Faro.
*****
Akankah persahabatan mereka akan terjalin sampai mereka dewasa? Apakah Faro menyukai Naya saat sudah dewasa nanti?Akankah suatu saat nanti rasa cinta Faro dapat terbalaskan? Apakah Naya juga mencintai nya? Apakah mereka akan bersama?
Apakah mereka bisa bersatu? Apakah ada ujian yang mereka hadapi? Apa saja ujian nya? Bagaimana mereka menghadapi itu semua? Apa yang mereka lakukan? Bagaimana akhir dari cerita ini?
Akankah mereka selalu bersama? Untuk mengisi hari-hari? Akankah masalah yang mereka hadapi akan selesai?
Bagaimana akhir dari cinta mereka?
KAMU SEDANG MEMBACA
Destino [SELESAI]
Teen Fiction[FOLLOW DULU AKUN INI BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE] Highest rank: 6 in Pengorbanan ***** "Hallo nama kamu ciapa?" Tanya laki-laki berumur kurang lebih lima tahun. "Nama aku Ana." Ucap gadis berambut pirang. "Nama aku Falo, kamu mau gak jadi pacal ak...