"Lo kenapa sih Ro? Kok gue liat lo bengong terus dari tadi?" Tanya Dimas sambil melihat perubahan sikap Faro.
"Hooh gak biasanya lo murung gitu, lo ada masalah?" Kini Revan yang berbicara.
"Heh Ro, kita ngomong malah lo anggurin, lo kenapa sih jadi gak fokus kayak gini?"
"E-eh maaf, kalian tadi ngomong apa?" Faro tersadar dari lamunan nya.
"Ck dari tadi kita ngomong, eh ternyata lo gak denger."
"Issshhh ngeri gue sama si Faro, lo kenapa sih? Jangan-jangan lo kerasukan yah?"
"Eh anjiir enak aja lo kalo ngomong, gue gak kerasukan." Dengan cepat Faro menoyor kepala Revan.
"Ayolah bro, cerita sama kita-kita lo kenapa? Mendadak lo pengen cepet-cepet balik ke Spanyol, kenapa sih?"
"Gue gapapa."
Ucapan Bella tadi membuat Faro tidak fokus, ada apa dengan gadis itu? Apa dia baik-baik saja?
Pikiran Faro sudah melayang, ia tidak bisa berpikir positif, ia hanya takut, takut kehilangan seseorang yang sudah ia anggap sebagai adik kandung sendiri.
"Ya ampun ini banyak banget telfon yang gak keangkat dari Jessie." Ucap Revan sambil melihat ponselnya.
"Iya nih, dari Putri juga, kok barengan yah?"
"Apa jangan-jangan..." Ucap Faro menggantung ucapan nya.
"Jangan-jangan bebep Jessie kangen ama ayang Levan." Ucap Revan sambil menunjukkan sederetan gigi putih nya.
Dengan cepat Faro menghilangkan pikiran buruk dalam otaknya, setelah menempuh perjalanan berjam-jam, akhirnya mereka sampai di Spanyol.
Satu kata yang tersirat dalam pikiran Faro saat ini 'cemas' Ya! Dia cemas memikirkan seseorang yang sangat mencintai nya.
Tepat saat mereka sampai di rumah yang notabenenya adalah milik keluarga Bram, mereka melihat ada bendera kuning melengkung di teras rumahnya.
Kini mereka saling bertatapan, mereka semua bahkan tidak tahu apa yang terjadi saat ini, dengan langkah tergesa-gesa mereka langsung memasuki rumah mewah itu.
Terdengar jelas di telinga mereka ada lantunan ayat suci Al-Quran yang membuat mereka terbelak saat melihat mayat yang tergeletak dengan kain putih yang menutupi badan kaku nya.
Siapa?
Naya langsung menghampiri mereka ber-tiga, terlihat jelas dari wajahnya ia seperti telah kehilangan seseorang.
"Nay lo kenapa? Si-siapa yang meninggal?" Tanya Faro, Revan dan Dimas pun terkejut dengan apa yang mereka lihat saat ini.
"Fa-ro Bella meninggal." Tangis Naya pecah.
Faro terkejut mendengar hal itu, Faro menarik lengan Naya dengan lembut, lalu membawa nya dalam dekapan Faro.
"Lo gak boleh sedih, lo harus ikhlas Nay." Ucap Faro berusaha menenangkan Naya.
"Tapi Far, di-a...udah...pergi ninggalin aku..."
Faro melepaskan pelukannya, lalu menghapus air mata yang berada di pipi gadis itu.
"Jangan nangis, kalo kamu nangis nanti Bella juga ikut sedih." Ucap Faro sambil mengusap puncak rambut Naya.
"Kamu kemana aja? Apa kamu tahu? Saat dia udah sekarat, cuman nama kamu yang dia sebut! Bahkan dia cuman pengen nelfon kamu untuk terakhir kalinya, tapi apa? Kamu malah bentak dia, kenapa kamu bikin Bella sedih?"
Faro diam, ia kembali mengingat perkataan Bella saat di telfon, ia tidak menyangka jika Bella akan pergi meninggalkan nya, sekarang tidak ada lagi yang mengganggu hidupnya, tidak ada yang membuat hidup Faro risih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destino [SELESAI]
Teen Fiction[FOLLOW DULU AKUN INI BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE] Highest rank: 6 in Pengorbanan ***** "Hallo nama kamu ciapa?" Tanya laki-laki berumur kurang lebih lima tahun. "Nama aku Ana." Ucap gadis berambut pirang. "Nama aku Falo, kamu mau gak jadi pacal ak...