Hari ini adalah hari pertama Naya masuk sekolah, ia sekolah di SMA Taruna Bangsa, sekolah favorit yang berada di daerah Jakarta.
"Aduh jam berapa nih? Mampus gue telat lagi." Naya melirik kjam dinding yang berada di rumah nya, jam menunjukkan pukul 06.30 ia pun langsung bersiap siap untuk ke sekolah.
"Aduh mah, mamah lihat tali sepatu Naya gak?" Naya kebingungan mencari tali sepatunya. Karena biasanya tali itu selalu melekat di sepatunya, namun berbeda dengan kali ini, karena kemarin ia baru mencuci sepatu nya, dan lupa meletakkan nya dimana.
"Ada di laci kamar sayang." Ucap Risa lemah lembut.
"Mah tali rambut Naya kok gak ada sih, mama lihat gak? " Tanya Naya
"Ada di meja rias kamu." Ucap risa
"Mah sabuk sekolah aku dimana yah?" Tanya Naya, lagi dan lagi.
"Digantung di kamar sayang" Ucap Risa dengan penuh kesabaran.
"Mah kaus kaki aku dimana yah?" Tanya Naya, sambil merogoh laci di kamar nya.
"Ada di lemari kamu, sayang, coba cari." Ucap Risa, Risa adalah mama dari Anaya, dia sosok ibu yang sabar, buktinya menghadapi anak nya itu dia masih bisa tersenyum, Naya bukan lah manja tetapi dia orang yang pelupa, setiap ia lupa menyimpan barang, pasti dia menanyakan nya kepada mamah nya, karena mamah nya serba tahu.
"Mah Naya berangkat dulu yah." Ucap Naya sambil tergesa gesa.
"Loh kamu gak sarapan dulu?" Ucap Risa, Risa adalah mama dari Anaya Rosalia Putri.
"Duh mah Naya udah terlambat nanti aja deh di kantin, ayok pah kita berangkat" Ucap Naya sambil mengikat rambut nya asal, karena yang penting tidak terlalu berantakan.
"Assalamualaikum mah."Ucap Naya sambil punggung tangan Risa. Kini Naya dan Bram pun melaju dengan mobil nya itu.
"Yah macet lagi pah"Ucap Naya kepada Bram, mukanya terlihat sedikit lesu, karena ia tidak ingin terlambat sekolah hanya karena macet.
"Namanya juga hari senin pasti macetlah." Bram terkekeh melihat putri nya itu, karena Naya selalu khawatir dengan segala hal.
"Yaudah Naya jalan kaki aja deh takut terlambat, lagian bentar lagi juga sampe kok pah." Ucap Naya ia langsung mencium punggung tangan Bram
"Hati hati yah" Ucap Bram sambil melambaikan tangannya kepada putri kecil nya itu.
Naya tidak menghiraukan papa nya, dan ia langsung berlari sekencang-kencangnya, hingga ia tidak melihat jika di depan nya ada batu besar.
Bruk
Tubuh Naya tersungkur di tanah, ia hanya meringis kesakitan. Lututnya sedikit lecet.
Sial! Batin Naya.
"Sini biar gue bantu." Ucap laki-laki yang memakai seragam yang sama dengan Naya. Laki-laki itu menyodorkan tangan nya dan berniat untuk menolong nya.
Sepersekian detik Naya terus menatap nya, ya! Naya terkagum dengan ketampanan laki-laki itu.
"Hallo! Lo gapapa?" Tanya laki-laki itu dan membuat Naya tersadar dari lamunan nya.
"E-eh iya gue gapapa, makasih yah." Naya bangun dari tempat ia terjatuh lalu kembali berlari meninggalkan laki-laki itu.
"Sama-sama." Ucap laki-laki itu, belum ia menjawab, Naya sudah pergi menjauh, Naya tidak sadar jika sebenarnya laki-laki itu satu sekolah dengan nya.
Naya kini sudah sampai di sekolah nya, dia beruntung karena pagar sekolah nya itu belum ditutup, dengan nafas nya masih tersenga senga itu ia berjalan di koridor sekolah nya, Naya merasa aneh mengapa ia diperhatikan oleh senior senior nya (yah mungkin karena naya cantik).
KAMU SEDANG MEMBACA
Destino [SELESAI]
Teen Fiction[FOLLOW DULU AKUN INI BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE] Highest rank: 6 in Pengorbanan ***** "Hallo nama kamu ciapa?" Tanya laki-laki berumur kurang lebih lima tahun. "Nama aku Ana." Ucap gadis berambut pirang. "Nama aku Falo, kamu mau gak jadi pacal ak...