66. Ilusi semata?

1.1K 38 3
                                    

Faro dan yang lain nya pun masuk melalui pintu belakang, semua orang sudah berpencar ke arah ruangan yang berbeda.

Mereka sengaja melakukan itu, agar lebih cepat mencari keberadaan Naya, karena ini sudah satu hari sejak Naya pergi menghilang.

Sudah satu jam mereka mencari dari pintu belakang, namun Naya belum juga di temukan.

Bahkan yang lain sudah kembali mengumpul di tempat yang sebelumnya sudah di tentukan.

Disana ada Bram, Faro, Putri, Dimas, Jams, Revan, Jessie, Rangga, Mahesa,Dimas, Putri, Tomi, dan juga Diana. Bahkan Risa dan Bi Siti pun sudah datang ke sini.

"Pah, gimana dong anak mamah belum ketemu." Ucap Risa sejak tadi hanya bisa menangis dan khawatir.

"Mamah tenang dulu yah, kita berdoa saja, semoga tidak terjadi apa-apa dengan Naya." Ucap Bram yang tidak kalah khawatir dengan Risa. Bagaimana tidak? Walaupun mereka adalah orang tua angkat Naya tetapi mereka sudah menganggap nya seperti anak sendiri.

"Iya Ris, lebih baik kamu tenang dulu aja, aku yakin Naya pasti cepat ketemu kok." Ucap Diana terlihat tidak cemas seperti yang lain nya.

Ya! Diantara yang lainya hanya Diana yang tidak terlihat cemas, dia justru memasang wajah yang sangat santai.

"Dim, gi-mana nih Na-ya." Ucap Putri di sela isak tangisnya.

"Ust jangan nangis, lebih baik kita cari lagi yah."

"Ta-pi Na-ya."

"Dia pasti baik-baik aja kok."

"Far, tinggal satu ruangan yang belum kita cek!" Ucap Tomi memberi tahu, karena hanya ia lah yang tahu seisi rumah nya.

"Apa?"

"Gudang!" Seketika suatu tempat mulai terlintas dari ingatan Tomi, ya setau nya, ada sebuah gudang di bawah tanah.

"Oke kita langsung ke sana!" Dengan langkah yang cepat, mereka semua langsung memasuki ruangan yang belum sempat ia kunjungi, yaitu gudang yang berada di bawah tanah.

Satu persatu mulai memasuki ruangan yang berada di bawah tanah itu, di sana gelap tidak ada pencahayaan sama sekali, ruangan yang di penuhi dengan sarang laba-laba, penuh dengan debu, dan juga tidak ada ventilasi yang memenuhi ruangan itu.

Walaupun gudang, ruangan itu cukup besar, mereka semua memutuskan untuk berpencar.

Dengan perasaan takut, Faro kini mendekati mayat yang tergeletak di dekat kakinya berpijak. Keringat mulai bercucuran dari dahi nya, tubuhnya mulai bergetar, ia tidak bisa menahan tangis nya. Langkah kakinya semakin mendekat ke arah gadis yang memakai baju putih yang sudah di lumuri oleh darah itu.

Ia mengigit bibir bawahnya, berusaha untuk tidak kembali menangis, berusaha untuk berpikiran positif, lagi dan lagi detak jantung nya semakin berdebar kencang.

"GAK MUNGKIN!" Ucap Faro saat sudah memastikan mayat yang ada di depan nya itu, seketika jantung nya seperti berhenti berdetak, darahnya seperti berhenti mengalir, tangis nya sudah tidak bisa ia tahan seperti sebelumnya.

Seketika semua orang terkejut karena teriakan Faro, membuat semua orang mendekati ke sumber suara.

Sama hal nya dengan Faro, semua orang pun terkejut melihat mayat yang tergeletak di hadapan mereka, Riaa mulai memberanikan diri melihat sosok gadis itu. Berharap otaknya berkata bohong, dan juga berharap agar hatinya berkata salah.

Namun sepertinya takdir berkata lain, Risa langsung memeluk erat mayat itu, tidak peduli walaupun kini baju gadis nya sudah berubah menjadi berwarna merah.

Destino [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang