Hujan baru saja turun, membuat dedauan masih sedikit basah. Embun nya pun masih terasa sejuk, membuat gadis ini sesekali menghirup aroma embun.
Sejuk. Batin nya, ia sangat suka embun di pagi hari. Seperti sedang di puncak, pikirnya.
Gadis berambut pirang kini sedang bersenandung kecil, sambil mengayunkan kedua kakinya. Ia tersenyum manis, melangkahkan kakinya keluar rumah dan menuju sebuah rumah mewah tepat di sebelah rumah milik kedua orang tuanya.
Ia ingin memencet bel yang ada di pintu itu, namun tinggi badan nya tidak dapat memungkinkan.
Kemudian ia mulai mengetuk pintu itu dengan tangan kecilnya. Lalu mengucapkan nama seseorang.
"Falo, Falo." Ucap nya dengan pelan.
Namun belum juga ada jawaban. Ia tidak menyerah, ia mengucapkan sekali lagi.
Setelah beberapa menit kemudian, keluar lah seorang anak laki-laki bersama wanita berparuh baya membukakan pintu untuk gadis itu.
"Eh ada Ana, maaf yah tadi Bunda lagi di toilet."
"Iya gapapa Bunda." Ucap nya sambil tersenyum bahagia.
"Ayok Ana masuk." Ucap Faro sambil meraih tangan kecil Naya, lalu mengajak nya ke dalam. Diana tersenyum ketika melihat kedua nya bisa saling akrab, walaupun baru pertama kali bertemu.
"Ana udah makan?" Tanya Diana lembut.
"Udah Bunda, tadi mama masakin nasi goleng." Ucapnya sambil menunjukkan sederetan gigi putihnya.
"Bagus kalo gitu."
"Wah Ana kita samaan, aku juga tadi makan nasi goleng buatan bunda. Nasi goleng nya enak loh." Ucap Faro girang.
"WAH BENELAN?"
"Iya, Ana, enak pake banget."
Mendengar hal itu, membuat Naya membulatkan matanya. Ia tidak percaya jika masih ada masakan yang lebih enak dari masakan mamanya itu.
"Ana mau nyoba masakan Bunda?" Tanya Diana.
Naya mengangguk, sembari tersenyum polos. Perut nya sudah kenyang, tetapi ia sangat penasaran seberapa lezat makanan buatan Diana. Setahunya hanya masakan Mama nya lah yang paling lezat.
Diana tersenyum hangat. Lalu beranjak dari tempat duduknya.
"Yaudah sebentar yah, bunda ambilin dulu. Oh iya, Faro kamu mau makan lagi?"
Laki-laki itu menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum.
"Engga bunda, Falo masih kenyang."
"Yaudah." Ucapnya sembari jalan menuju dapur.
Hanya butuh waktu beberapa menit, Diana kembali ke ruang tamu dengan sepiring nasi goreng buatan nya itu.
"Ana ayo makan." Ucapnya sambil memegang sendok.
"Ana bisa sendili bunda." Katanya sambil mengambil alih sendok itu. Diana hanya tersenyum.
"Kamu hebat, gak manja. Gak seperti Faro, tadi aja Faro makan nya di suapin Bunda."
"Bunda... Falo malu." Ucapnya sambil memajukan bibirnya, hal itu mampu membuat Diana terkekeh.
"Hehe, Mama selalu ajalin aku untuk makan sendili kan aku sudah besal." Ucapnya sambil menyuapkan nasi ke dalam mulut.
"Tuh Faro dengar, Ana aja makan sendiri masa kamu engga."
"Bunda udah, aku malu, masa bunda permaluin aku di depan calon istli aku sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Destino [SELESAI]
Teen Fiction[FOLLOW DULU AKUN INI BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE] Highest rank: 6 in Pengorbanan ***** "Hallo nama kamu ciapa?" Tanya laki-laki berumur kurang lebih lima tahun. "Nama aku Ana." Ucap gadis berambut pirang. "Nama aku Falo, kamu mau gak jadi pacal ak...