Ini merupakan hari kedua setelah Naya menghilang entah kemana. Sebenarnya, mereka ingin mencari Naya sejak kemarin, namun kondisi cuaca tidak mendukung, ya! Kemarin hujan sangat deras, ditambah lagi petir yang menyambar membuat mereka takut untuk pergi keluar.
Risa sangat ingin mencari anaknya sejak kemarin, namun lagi-lagi Bram mencegahnya. Risa begitu khawatir, walaupun Naya bukanlah puteri kandungnya, namun ia sudah menganggap Naya seperti anak kandungnya sendiri. Di tambah lagi, kini Risa hanya memiliki Naya setelah kematian Bella. Dan kejadian itu membuat Risa sangat terpukul, bahkan Risa depresi selama dua minggu.
Mereka semua bersyukur, karena cuaca hari ini sangat mendukung, tidak seperti tadi malam. Dan mereka semua sengaja menginap di rumah Risa dan Bram, untung saja rumah mereka sangat besar, jadi bisa menampung mereka.
Mereka semua langsung berada di posisinya masing-masing. Sesuai dengan kesepakatan bersama. Rangga, Dimas dan Mahesa pergi menuju Rumah orangtua Rosa, yang tidak lain adalah istri dari Mahesa dan ibu dari ketiga anak itu.
"Pah... apa benar Bunda yang melakukan semua ini?" Tanya Rangga yang sedak duduk di jok paling depan.
"Papah berharap tidak."
"Ta-pi, bagaimana jika semua kenyataan itu benar Pah?"
"Papah juga tidak tahu sayang, yang terpenting sekarang kita harus memastikan, apakah bunda ada di rumah Omah atau tidak."
"Bagaimana kalau Bunda tidak ada di sana Pah?"
"Berarti---."
"Berarti apa Pah?"
"Berarti bener nyokap lo yang ngelakuin itu semua, oh iya gue jadi inget, lo juga kan dulu pembunuh! Dan jangan lupa lo juga pernah bunuh orang yang paling gue sayang! Lo itu cuman temen bangsat yang seharusnya gak gue anggap sebagai sahabat!"
"Elah Dim, lupain aja kali si Olivia mah! Lagian dia juga udah mati!"
"BRENGSEK lo! Dia orang yang paling gue cinta, dan lo seenaknya bilang lupain? Ya mungkin sekarang gue udah punya pengganti dia, tapi rasa cinta gue sama Olivia gak akan pernah hilang, andai aja waktu itu lo gak ngedorong Olivia ampe masuk jurang pasti dia masih ada di samping gue saat ini!" Ucap Dimas panjang lebar sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.
"Mungkin saat ini lo belum pernah ngerasain yang namanya 'kehilangan' sosok wanita yang paling lo cintai, mungkin saat lo udah ngerasain, lo baru sadar, jika kehilangan seseorang yang kita anggap berharga, itu menyakitkan. Apalagi jika sosok itu pergi karena orang terdekat dari kita."
"Terserah lo! Gue gak peduli dengan urusan lo yang menyedihkan itu!"
"Dasar PSIKOPAT lo anjing!"
"Sudah-sudah kalian jangan bertengkar, lebih baik kita fokus untuk mencari Naya." Ucap Mahesa.
Dimas dan Rangga pun bungkam, mereka pun memalingkan wajah mereka dan mulai menatap jalanan macet.
Dan gue pernah ngerasain kehilangan sosok yang gue cinta, itu karena SAHABAT! Dan orang nya itu lo Rangga, Anjing! Gue kira lo itu sahabat gue, tapi ternyata lo itu cuman temen bajingan! Gak seharusnya lo ngedorong Olivia sampe ke jurang.
Batin Dimas, sambil mengingat kejadian masa SMA nya, dimana ia harus rela kehilangan sosok yang paling ia cintai.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit, akhirnya mereka sampai di rumah orang tua Rosa.
Mahesa pun langsung memencet bel yang berada di gerbang, tidak lama kemudian keluar lah sosok paruh baya yang menggunakan kacamata andalan nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destino [SELESAI]
Teen Fiction[FOLLOW DULU AKUN INI BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE] Highest rank: 6 in Pengorbanan ***** "Hallo nama kamu ciapa?" Tanya laki-laki berumur kurang lebih lima tahun. "Nama aku Ana." Ucap gadis berambut pirang. "Nama aku Falo, kamu mau gak jadi pacal ak...