-DUA-

2.9K 142 33
                                    

Terduduk dengan wajah lesu, hanya mengaduk-aduk minuman yang ia pesan sejak pagi. Merasa bosan hidup seperti ini, terlalu di kekang dan tidak bisa bebas. Elsa merasa hidupnya berubah saat kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan dan ia hanya hidup dari uang sang paman. Ditambah sikap kakaknya yang selalu membatasi setiap aktivitasnya. Bahkan jika Elsa memiliki teman baru, Raka akan melakukan introgasi pada orang yang ingin berteman dengan Elsa, sampai akhirnya orang itu menjauhinya.

"Hai?"


Gadis itu hanya melirik sekilas, lalu kembali mengaduk-aduk jus di hadapannya. Membiarkan Sasa duduk di hadapannya dan meletakkan beberapa buku yang sering Sasa baca.

"Kok murung sih, Kenapa?" tanya Sasa.

Elsa menggelengkan kepalanya. "Aku bosen, Sa. Aku bosen hidup kayak gini terus. Punya kakak yang aneh, selalu ngehalangin pergaulan. Padahal kan aku udah gede, udah kuliah semester satu. Meskipun masih jadi mahasiswa baru, ya pasti aku tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Kalau kayak gini terus, gimana aku bisa punya pacar coba?" lirih Elsa.

Sasa meraih minuman Elsa yang hanya diaduk-aduk sedari tadi. Dan kemudian meminumnya. Menatap wajah Elsa yang kurang baik.

"Pacaran aja diem-diem," celetuk Sasa asal.

"Diem-diem, kamu lupa kalau dulu aku pernah pacaran diem-diem? Hasilnya apa? Ketahuan kan, dan tahu kan apa yang terjadi? Cowok aku dilempar petasan, kan kasian," ucap Elsa.

Sasa mengangguk dan sesekali terkikik. Ia baru ingat kejadian itu, kejadian saat Elsa duduk dibangku kelas dua SMA. Sasa mulai membuka bukunya sembari otaknya berpikir atas sikap Raka pada Elsa selama ini.

"Jangan-jangan..." ucapan Sasa menggantung, gadis itu menatap Elsa dengan alis kiri yang terangkat. Membuat Elsa menautkan alisnya.

"Jangan-jangan apa?" tanya Elsa yang mulai penasaran dengan kelanjutan kalimat Sasa.

"Kakak lo suka lagi sama lo, makanya dia gak suka lo bergaul sama sembarang orang. Dia takut lo di kenalin sama cowok terus lo pacaran," bisik Sasa.

Satu jitakan berhasil mendarat mulus di kening Sasa yang saat itu poninya diikat ke belakang bersama rambutnya yang di kuncir ekor kuda. Sasa terlihat cemberut dan mengusap keningnya yang terasa sedikit panas.

"Jangan ngasal kamu. Gak mungkin lah Kak Raka bisa suka sama aku, kita kan kakak adik," ucap Elsa kesal.

"Tapi kan bisa aja Elsa, kayak di sinetron-sinetron gitu."

"Kebanyakan nonton sinetron, ini dunia nyata bukan sinetron," ucap Elsa.

Sasa hanya mengedikkan bahunya dan kembali meminum jus milik Elsa. Diikuti Elsa yang meraih salah satu buku milik Sasa, membaca buku mungkin bisa sedikit memperbaiki mood-nya sembari menunggu kelasnya di mulai pukul delapan pagi.

***

Suara kelas yang riuh membuat Elsa meringis melihatnya, melangkah dengan kesal menuju tempatnya yang berada di barisan kursi paling belakang.

Sampai akhirnya kelas itu hening seketika, tepat saat Elsa menyetel lagu dari mp3 yang ia bawa dan memasang earphone di kedua telinganya, menaikkan volume suara sampai batas paling keras agar tidak mendengar suara riuh kelas yang sudah hening.

Elsa melihat ke arah papan tulis, melihat beberapa teman satu prodi dengannya berkumpul. Mereka mengerubungi salah seorang laki-laki yang sangat asing di matanya. Wajahnya tampan, dan Elsa tersenyum miring mengingat wajah kakaknya yang menyebalkan. Menurutnya, laki-laki di depan sana jauh lebih tampan di banding kakaknya.

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang